Retno Fatmawati
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Kedudukan Dan Peran Dukun Bayi Dalam Kebudayaan Masyarakat Jawa Di Desa Muara Intan, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Ampar, Provinsi Riau Retno Fatmawati; Endang Rochmiatun; Amilda Amilda
Tanjak: Sejarah dan Peradaban Islam Vol 1 No 1 (2021): Tanjak: Jurnal Sejarah dan Peradaban Islam
Publisher : Program Studi Sejarah Peradaban Islam UIN Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1075.291 KB) | DOI: 10.19109/tanjak.v1i1.7396

Abstract

Penelitian ini berusaha mendeskripsikan keberadaan dukun bayi dengan menggunakan teori fungsionalnya Malinowski. Secara historis, dukun bayi mempunyai peran penting dalam perawatan pra-pasca persalinan, tetapi sekarang keberadaan dukun bayi mulai ditinggalkan. Namun, terdapat beberapa kelompok masyarakat yang masih mempertahankan keberadaan dukun bayi, salah satunya adalah masyarakat Desa Muara Intan. Kajian ini difokuskan untuk menjawab permasalahan antara lain: (1) Kondisi umum masyarakat di Desa Muara Intan; (2) Peran dukun bayi yang ada di Desa Muara Intan; dan (3) Kedudukan dukun bayi yang ada di Desa Muara Intan. Metode yang digunakan adalah etnografi dengan menggunakan teknik observasi partisipan, wawancara, dokumentasi, serta mengumpulkan materi audio-visual berupa gambar, foto, ataupun rekaman. Analisis data akan berlangsung bersamaan dengan bagian-bagian lain dari pengembangan penelitian ini, yaitu pengumpulan data dan penulisan temuan. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah dukun bayi dan masyarakat yang menggunakan jasa dukun bayi tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan dukun bayi masih tetap terjaga dikarenakan kebutuhan biologis masyarakat yang belum terpenuhi hanya dengan bantuan tenaga medis. Terutama dalam memenuhi kebutuhan reproduksi, yaitu pada masa kehamilan, melahirkan, setelah melahirkan, menyusui, dan perawatan bayi. Mempertahankan budaya bukanlah alasan utama, tetapi karena tetap terjaganya keberadaan dukun bayi inilah yang menjadikan suatu tradisi di masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukanlah regenerasi terhadap dukun bayi, agar keberadaan dukun bayi tetap terjaga ditengah masyarakat.