Maya Febriyanti
Akademi Kebidanan Harapan Bunda Bima

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Situasi Gizi Buruk pada Bayi dan Balita di Kecamatan Woha Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat Nuraini Fitri Irmah; Nurislamyati Nurislamyati; Maya Febriyanti
Bima Nursing Journal Vol 2, No 2 (2021): Mei
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.139 KB) | DOI: 10.32807/bnj.v2i2.747

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gizi buruk berdasarkan teori Unicef yaitu makan tidak seimbang, Ispa Diare, Ketahanan pangan, Pola asuh, Sanitasi, Pelayanan Kesehatan, Pengetahuan dan sosial Budaya. Metode yang digunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubunganya. Pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan pada orang tua bayi balita gizi buruk,Bidan Desa, Kader, Koordinator KIA,Korrdinator Gizi, KASI Gizi,, Tokoh agama dan tokoh masyarakat. Penelitian ini dapat disimpulkan Masih banyaknya bayi dan balita yang mengalami gizi buruk di Kecamatan Woha Kabupaten Bima disebabkan oleh: Makan tidak seimbang yaitu anak makan kurang dari 3 kali sehari dengan menu yang tidak bervariasi. Penyakit Ispa dan Diare yang selalu menjadi penyakit penyerta terjadinya gizi buruk. Pola asuh yang tidak memadai, yaitu ada yang dirawat bukan oleh orang tua tapi oleh neneknya serta tidak diberikannya ASI Ekslusif pada anak. Sanitasi yang berkaitan dengan cuci tangan sebelum makan serta ditemukannya minum air yang tidak dimasak. imunisasi yang tidak lengkap, pada kerangka berfikir tidak ada imunisasi, namun pada penelitian ditemukan banyak anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap
Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Usia Menarche di SDN 44 Kota Bima: Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Usia Menarche di SDN 44 Kota Bima Maya Febriyanti
Ahmar Metastasis Health Journal Vol. 1 No. 3 (2021): Ahmar Metastasis Health Journal
Publisher : Yayasan Ahmad Mansyur Nasirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.014 KB) | DOI: 10.53770/amhj.v1i3.54

Abstract

Introduction: The average age of menarche in adolescents has decreased from 12.4 years to 11.8 years. One of the causal factors is nutritional factors that can be assessed from Body Mass Index (BMI). This study aimed to analyze the relationship between BMI and the age of menarche. Methods: This research is a quantitative analytical study with a cross-sectional design. The location is at SDN 44 Bima City. The population in this study were all students in grades IV-VI with the sampling technique of total sampling. Results: Of the4 respondents who had a lightweight BMI, all of them experienced normal menarche age, and those who had a normal BMI, most of them experienced normal menarche age, that is ten respondents (83.3%), while respondents who had a light fat BMI were seven respondents and all experienced (100%) abnormal age of menarche or early menarche. The statistical tests showed a p-value of 0.00(<0.05). Conclusion: there is a significant relationship between BMI and age of menarche. It is hoped that the next researcher will examine other factors that influence menarche and a larger population. Pendahuluan: Umur menarche pada remaja rata-rata telah berkurang dari 12,4 tahun menjadi11,8 tahun. Salah satu faktor penyebab yaitu faktor gizi yang bisa dinilai dari Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan IMT dengan usia menarche. Metode :penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional, lokasi penelitian di SDN 44 Kota Bima. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas IV-VI dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Hasil: Dari 4 responden yang memiliki IMT kurus ringan seluruhnya mengalami usia menarche normal dan yang memiliki IMT normal sebagian besar mengalami usia menarche normal yaitu sebanyak 10 responden (83,3%), sedangkan responden yang memiliki IMT gemuk ringan sebanyak 7 responden dan semua mengalami (100%) usia menarche tidak normal atau menarche dini. Hasil uji statistik menunjukkan p-value 0,00 (<.0,05). Kesimpulan : ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan usia menarche. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang mempengaruhi menarche serta jumlah populasi yang lebih banyak.  
Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Resiko Tinggi Melalui Kelas Ibu Hamil Maya Febriyanti; Suryati Suryati; Sri Astuti
Ahmar Metakarya: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2023): Ahmar Metakarya: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Ahmad Mansyur Nasirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53770/amjpm.v2i2.137

Abstract

Penyuluhan kesehatan Ibu dan Anak pada umumnya masih banyak dilakukan melalui konsultasi perorangan atau kasus per kasus yang diberikan pada waktu ibu memeriksakan kandungan atau pada waktu kegiatan posyandu. Hal ini hanya bermanfaat untuk menangani kasus per kasus namun memiliki kelemahan karena pengetahuan  yang  diperoleh  hanya  terbatas  pada  masalah  kesehatan  yang dialami saat  konsultasi dan penyuluhan  yang  diberikan  tidak  terkoordinir  sehingga ilmu yang diberikan kepada ibu hanya pengetahuan yang dimiliki oleh petugas sehingga tidak bisa mengukur pengetahuan. Peningkatan pengetahuan ibu hamil terkait pencegahan kehamilan resiko tinggi dan komplikasi  salah satu caranya yaitu dengan   program   kelas   ibu hamil. Tujuan Pengabdian masyarakat  ini untuk meningkatkan  pengetahuan ibu tentang kehamilan resiko tinggi. Metode kegiatan dilakukan dengan membuat soal pre dan post-test yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Berdasarkan hasil penilaian sebelum  (pre- test) diberikan penyuluhan pada kelas ibu hamil menunjukkan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi dan komplikasi persalinan yaitu 12 (100%) orang ibu hamil dalam kategori kurang dan mengalami peningkatan setelah dilakukan penyuluhan dengan melakukan penilaian kembali (post-test) dimana ibu hamil yang  pengetahuan kategori kurang yaitu kategori kurang 2 orang (16,7%), kategori cukup 6 orang (50%) dan kategori baik  4 orang (33,3 %). Diharapkan untuk kegiatan kelas ibu hamil kedepannya dapat dilaksanakan diluar jadwal Posyandu dan terpisah dengan tempat Posyandu.
Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Maya Febriyanti; Bambang Irawan
Ahmar Metakarya: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 1 (2023): Ahmar Metakarya: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Ahmad Mansyur Nasirah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53770/amjpm.v3i1.202

Abstract

Maraknya perilaku seks bebas di masyarakat terutama pada kalangan remaja saat ini telah menjadi perhatian serius bagi banyak pihak. Resiko dari pergaulan bebas yang berujung pada kehamilan tidak diinginkan itu telah menyebabkan sekitar 50.000 perempuan  berusia  15-19  tahun  di  Indonesia  meninggal  dunia saat  proses  persalinan. Perlunya perhatian terhadap kelompok remaja berkaitan dengan masalah pendidikan seks dan Kesehatan reproduksi bukanlah hal yang berlebihan jika kita memperhatikan berbagai kajian yang menyatakan tingginga angka seks bebas, angka kehamilan di luar nikah dikalangan remaja serta perilaku-perilaku lainnya seperti kekerasan seks. Oleh karena itu, pendidikan seks harus menjadi perhatian semua pihak yakni orang tua, sekolah, serta pihak pemerintah. Peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi salah satu caranya yaitu dengan memberikan penyuluhan kesehatan.Tujuan Pengabdian masyarakat  ini yaitu meningkatnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi Metode kegiatan dilakukan dengan membuat soal pre dan post-test yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Berdasarkan hasil penilaian sebelum (pre-test) diberikan penyuluhan pada remaja menunjukkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi yaitu 12 (400%) orang remaja dalam kategori kurang , kategori cukup 10 orang (33%) dan kategori baik 8 orang (27%) dan mengalami peningkatan setelah dilakukan penyuluhan dengan melakukan penilaian kembali (post-test) dimana remaja yang  pengetahuan kategori kurang yaitu kategori kurang 2 orang (6%), kategori cukup 8 orang (27%) dan kategori baik, 20 orang (67%). Diharapkan adanya kerjasama antara lintas program dan lintas sektoral dalam upaya peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.