Anwar Santoso
LAPAN

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Karakteristik Perilaku Parameter Angin Matahari dan Medan Magnet Atarplanet Sebelum Badai Geomagnet Selama Siklus Matahari ke-24 Anwar Santoso
Jurnal Sains Dirgantara Vol 19, No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30536/j.jsd.2022.v19.a3581

Abstract

ABSTRAKRiset cuaca antariksa merupakan pokok kegiatan di Pusat Sains Antariksa, Lapan untuk mendukung kegiatan Space Weather Information and Forecasting Service (SWIFtS) dan amanat Undang-undang No. 21 Tahun 2013. Salah satunya adalah terkait fenomena badai geomagnet. Badai geomagnet terjadi akibat masuknya angin matahari bersamaan dengan arah selatan medan magnet antarplanet (IMF Bz(-)). Perilaku parameter angin matahari bersama IMF Bz(-) sebelum badai geomagnet dapat menentukan terbentuk tidaknya dan sekaligus besar kecilnya badai geomagnet yang ditimbulkannya. Dalam makalah ini, dilakukan analisis karakteristik perilaku parameter angin matahari dan IMF Bz (-) sebelum badai geomagnet. Hasil analisis sepanjang siklus matahari ke-24 diperoleh bahwa badai geomagnet dominan dipengaruhi parameter kecepatan angin surya (VSW) -37,58% disusul parameter kerapatan angin surya (NSW) 22,72% dan parameter tekanan angin surya (PSW) 4,88%. Dengan demikian, dalam kegiatan evaluasi dan prediksi cuaca antariksa terkait badai geomagnet kedepannya agar memperhitungkan ketiga parameter angin surya (NSW, VSW dan PSW) dalam pemodelannya. Hasil ini diharapkan dapat membantu estimasi atau pemodelan kejadian badai geomagnet untuk mendukung kegiatan SWIFtS. Kata kunci: parameter angin matahari, medan magnet antarplanet, badai geomagnet
MODEL BADAI IONOSFER INDONESIA TERKAIT BADAI GEOMAGNET (INDONESIA IONOSPHERIC STORM MODEL RELATED TO GEOMAGNETIC STORM) Anwar Santoso; Mira Juangsih; Sri Ekawati; Iyus Edi Rusnadi; Anton Winarko; Siska Filawati; Dadang Nurmali
Jurnal Sains Dirgantara Vol 15, No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.388 KB) | DOI: 10.30536/j.jsd.2017.v15.a2617

Abstract

 Knowledge about the ionospheric response to the geomagnetic storms is needed to support SWIFtS activity in Space Science Center-LAPAN. However, it is difficult to predict its behavior. As an approach, it needs a model of the ionospheric response to geomagnetic storms. In this paper, the modeling of the Indonesia ionospheric storms to the geomagnetic storm was done by modifying the global empirical models developed by Araujo-Pradere. By using ap index data, Dst index, and foF2 ionosphere from BPAA Sumedang of 2005-2015, it was obtained the Indonesia ionospheric storms model related to the geomagnetic storm. The analysis result showed that the Sumedang ionospheric storms model had a deviation or error < 40% of the data. Therefore it can be concluded that this models can be used to support the SWIFtS activity in Space Science Center-LAPAN for future space weather conditions.  AbstrakPengetahuan tentang respon ionosfer terhadap badai geomagnet sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan SWIFtS di Pusat Sains Antariksa-LAPAN. Namun, sulit diprediksi perilakunya. Sebagai pendekatan, diperlukan sebuah model respon ionosfer terhadap badai geomagnet. Dalam makalah ini, dilakukan pemodelan badai ionosfer Indonesia terkait badai geomagnet dengan memodifikasi model empiris global yang telah dikembangkan oleh Araujo-Pradere. Dengan menggunakan data indeks ap, indeks Dst dan foF2 ionosfer BPAA Sumedang tahun 2005-2015 diperoleh model badai ionosfer regional Indonesia terhadap badai geomagnet. Dari analisis disimpulkan bahwa model badai ionosfer Sumedang tersebut memiliki simpangan atau kesalahan < 40% terhadap data. Hal ini menunjukkan bahwa model badai ionosfer Sumedang tersebut dapat dipergunakan untuk mendukung kegiatan SWIFtS di Pusat Sains Antariksa-LAPAN sebagai bahan pertimbangan dalam memprediksi kondisi cuaca antariksa akan datang.