Fenomena perubahan iklim berdampak besar pada sistem iklim di Bumi yang salah satunya ditunjukkan pada perubahan karakteristik curah hujan. Berbeda dengan respons temperatur yang cenderung homogen, respons curah hujan terhadap perubahan iklim lebih kompleks karena presipitasi sangat dipengaruhi oleh karakter sirkulasi dan topografi regional. Di sisi lain, variabilitas iklim jangka panjang seperti Interdecadal Pacific Oscillation (IPO) juga dapat menyebabkan perubahan karakteristik curah hujan global. Namun, dampak perubahan iklim dan IPO terhadap hujan di Indonesia, khususnya Jawa Barat, belum terdokumentasi dengan baik. Penelitian ini menganalisis perubahan karakteristik curah hujan jangka panjang di Provinsi Jawa Barat pada periode 1921-2010 dengan mempertimbangkan faktor perubahan iklim dan variabilitas interdecadal. Berdasarkan tren linier, curah hujan di Provinsi Jawa Barat meningkat sebesar 1,61 mm/dekade. Semua periode baik DJF, MAM, JJA, maupun SON, menunjukkan peningkatan curah hujan, namun peningkatan yang signifikan secara statistik hanya terjadi pada musim pra-monsun (SON) yaitu sebesar 3,70 mm/dekade. Penyebab lemahnya tren tersebut adalah curah hujan di Jawa Barat bervariasi kuat secara interdecadal (standar deviasi 10,38 mm). Variabilitas ini berkorelasi positif secara signifikan dengan indeks IPO; menunjukkan bahwa telekoneksi akibat variabilitas internal dari Samudra Pasifik berpengaruh besar terhadap tren hujan di Jawa Barat. Anomali suhu muka laut dan pola sirkulasi angin permukaan terlihat menyebabkan perubahan hujan tersebut sebagai akibat dari sinyal-sinyal IPO yang bervariasi secara spasial. Dalam studi perubahan iklim terhadap curah hujan di Indonesia, diperlukan perhatian khusus pada variabilitas-variabilitas interdecadal agar tren dan proyeksi iklim yang muncul dapat dijelaskan dengan baik.