Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERUBAHAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN JANGKA PANJANG DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 1921-2010 Muhammad Fikri Sigid; Muhammad Rais Abdillah; Zadrach Leudofij Dupe
Jurnal Sains Dirgantara Vol 18, No 2 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30536/j.jsd.2021.v18.a3555

Abstract

Fenomena perubahan iklim berdampak besar pada sistem iklim di Bumi yang salah satunya ditunjukkan pada perubahan karakteristik curah hujan. Berbeda dengan respons temperatur yang cenderung homogen, respons curah hujan terhadap perubahan iklim lebih kompleks karena presipitasi sangat dipengaruhi oleh karakter sirkulasi dan topografi regional. Di sisi lain, variabilitas iklim jangka panjang seperti Interdecadal Pacific Oscillation (IPO) juga dapat menyebabkan perubahan karakteristik curah hujan global. Namun, dampak perubahan iklim dan IPO terhadap hujan di Indonesia, khususnya Jawa Barat, belum terdokumentasi dengan baik. Penelitian ini menganalisis perubahan karakteristik curah hujan jangka panjang di Provinsi Jawa Barat pada periode 1921-2010 dengan mempertimbangkan faktor perubahan iklim dan variabilitas interdecadal. Berdasarkan tren linier, curah hujan di Provinsi Jawa Barat meningkat sebesar 1,61 mm/dekade. Semua periode baik DJF, MAM, JJA, maupun SON, menunjukkan peningkatan curah hujan, namun peningkatan yang signifikan secara statistik hanya terjadi pada musim pra-monsun (SON) yaitu sebesar 3,70 mm/dekade. Penyebab lemahnya tren tersebut adalah curah hujan di Jawa Barat bervariasi kuat secara interdecadal (standar deviasi 10,38 mm). Variabilitas ini berkorelasi positif secara signifikan dengan indeks IPO; menunjukkan bahwa telekoneksi akibat variabilitas internal dari Samudra Pasifik berpengaruh besar terhadap tren hujan di Jawa Barat. Anomali suhu muka laut dan pola sirkulasi angin permukaan terlihat menyebabkan perubahan hujan tersebut sebagai akibat dari sinyal-sinyal IPO yang bervariasi secara spasial. Dalam studi perubahan iklim terhadap curah hujan di Indonesia, diperlukan perhatian khusus pada variabilitas-variabilitas interdecadal agar tren dan proyeksi iklim yang muncul dapat dijelaskan dengan baik.
Perubahan Temperatur setelah Letusan Pinatubo 1991 dari Luaran Model CMIP5 dengan Analisis Neraca Energi Rahma Alfina Salsabila; Rusmawan Suwarman; Muhammad Rais Abdillah
Jurnal Sains Dirgantara Vol 19, No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30536/j.jsd.2022.v19.a3557

Abstract

Letusan Pinatubo 1991 memberikan dampak signifikan terhadap anomali temperatur global pasca letusan yang terlihat, baik dari observasi maupun hasil luaran The fifth phase of the Coupled Model Intercomparison Project (CMIP5). Dalam penelitian ini kami mengkaji perubahan temperatur setelah letusan Pinatubo 1991 dengan analisis neraca energi yang difokuskan pada wilayah Benua Maritim dengan luaran model CMIP5. Variabilitas iklim tiga model CMIP5 dievaluasi dengan dataset observasi untuk menentukan model yang paling representatif. Perhitungan anomali saat kejadian letusan Pinatubo dilakukan pada model terpilih, dengan menghilangkan efek ENSO terlebih dahulu. Kemudian, analisis perubahan temperatur rata-rata wilayah dengan neraca energi permukaan pada tahun 1989 – 1993 menunjukkan bahwa terjadi penurunan temperatur yang berlangsung selama 24 bulan sampai akhir periode analisis setelah letusan terjadi. Nilai anomali negatif terbesar yaitu 0,37 °C. Berdasarkan pendekatan neraca energi dan radiasi, penurunan temperatur terlihat akibat anomali energi neto bernilai negatif, yang mencapai -2,93 W.m-2 pada satu tahun pasca letusan. Penurunan yang signifikan dari downwelling shortwave radiation, dengan nilai rata-rata anomali mencapai -3,70 W.m-2, berpengaruh besar pada nilai energi neto. Analisis lebih jauh menunjukkan bahwa penurunan ini lebih banyak disebabkan oleh naiknya reflected shortwave radiation at Top of Atmosphere daripada efek penyerapan radiasi oleh aerosol di atmosfer.
Peninjauan Parameterisasi Wind Gust saat Kejadian Konvektif dan Non-Konvektif: Studi kasus di Bandara Internasional Kertajati Muhammad Rafid Zulfikar; Muhammad Rais Abdillah; Prasanti Widyasih Sarli
Jurnal Ilmu Fisika Vol 15 No 2 (2023): September 2023
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jif.15.2.175-187.2023

Abstract

Wind gusts (gusts) are sudden increases in wind speed that potentially cause severe damage to infrastructure. Gusts occur within several seconds but numerical weather models typically predict future wind with a time step of tens of seconds or minutes. Therefore, a parameterization is needed to estimate gust. Gusts can be produced convectively and non-convectively depending on the presense of thunderstorm. The gust parameterization schemes may perform differently in both cases. In this study, five wind gust parameterization schemes were evaluated at the Kertajati International Airport. Based on simulations of three convective gust and three non-convective gust events using several evaluation metrics, we find that the best scheme for non-convectively driven gusts is the Turbulent Kinetic Energy (TKE) scheme, while the Hybrid scheme performs best for convectively driven gusts. However, the performance of Hybrid scheme during non-convective event is not so far behind TKE scheme. The Hybrid scheme was developed to work on both non-convective and convective events and this capability is evidently shown. The result could be useful to develop mitigation measures for strong wind incident that frequently occurs in Indonesia.