Resmayeti Purba
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten, Jalan Ciptayasa km 01, Ciruas, Serang, Banten 42182

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI EMPAT VARIETAS BAWANG MERAH DI LUAR MUSIM (OFF-SEASON) DIKABUPATEN SERANG, BANTEN Purba, Resmayeti
9-772301-994005
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bawang merah di lahan sawah umumnya ditanam pada musim kemarau, karena pada musim hujan biasanya lahan sawah dipergunakan untuk pertanaman padi. Penanaman bawang merah di musim penghujan (off season) sering mengalami kerugian karena hasil dan keuntungan yang diperolehpetani  rendah. Untuk itu, perlu pemilihan  varietas yang dapat tumbuh pada musim penghujan. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan keuntungan usahatani bawang merah di luar musim (offseason) menggunakanempat varietas, yaitu Katumi, Bima, Manjoung dan Bima Curut (lokal).Budidaya bawang merah dilaksanakan di lahan petani, di  Kabupaten, Serang, Banten pada musim hujan (Februari-April 2013). Empat varietas diuji  dalam suatu percobaan yang ditata sesuai dengan rancangan acak lengkap dengan 5 ulangan.Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman jumlah daun, jumlah  umbi, produksi umbi dan keuntungan  usahatani bawang merah. Untuk mengetahui keuntungan usahatani bawang merah di luar musim digunakan rasio B/C. Hasil pengkajian menunjukkan bahwatinggi tanaman dan jumlah daun bawang merah di luar musim pada umur 42 HST secara berturut-turut  ialah varietas Katumi 36,82 cm dan 26,22 helai; varietas Bima  34,53 cm dan 20,04 helai; varietas Manjoung 32,61 cm dan 19,66helai, varietas Bima Curut (lokal) 29,51 cm dan 17,74 helai.Produksi  bawang merah secara berturut-turut ialah varietas Katumi, 7,27 ton/ha, varietas Bima 6,15 t/ha varietas  Manjoung5,85t/ha, dan Bima Curut (lokal) 5,40ton/ha. Keuntungan usahatani  bawang merah di luar musim secara berturut-turut diperoleh  varietas Katumi Rp. 64.480.000/ha dengan nilai B/C 1,24; varietas Bima sebesar Rp 47.480.000/ha   dengan nilai B/C 0,93,  varietas Manjoung Rp.42.680.000,-/ha dengan nilai B/C 0,78 dan varietas Bima Curut  (lokal) Rp. 36,480.000/hadengan rasio B/C 0,73.Data tinggi  tanaman, jumlah daun, produksi  dan keuntungan  usahatani bawang merah menunjukkan bahwa  varietas Katumi dapat digunakan sebagai alternatif  pada usahatani bawang merah di luar musim (off season),  Kabupaten Serang, BantenKata Kunci : Bawang merah, varietas, produksi, keuntungan, di luar musim ABSTRACTShallot cultivation in paddy fields is generally planted the dry season, because the rainy season is usually used for wetland cultivation. Shallot cultivation in the rainy season often suffered looses as result of farmers and low profits. As the results, it needs the selection of varieties that can be grown in the rainy season. This study aims to determine the  product and benefits of shallot farming in the off-season using four varieties. Shallot cultivation carried out infarmers’fields, in Serang District Banten Province in the rainy season (February-April 2013). Four varieties were tested in a trial that lay out according to a completely randomized design with 5 replications. The parameters  measured were plant height and number of  leaves, number of tubers as well as the production and benefits of shallot farming. To know the benefits of shallot farming in the off-season use ratio B/C. The study showed that the plant height and number of leaves of shallot in the off-season at the age 42 in a row HST varieties was 36.82 cm and 26.22 strands Katumi, varieties Bima  34.53 cm and 20.04 strands, varieties Manjoung was 32.61 cm and 19.66 strands, varieties Bima Curut 29.51 cm and 17.74 strands. Production of  shallots in a row is Katumi varieties 7.27 t/ha,  Bima  varieties 6.15 t/ha, varieties Manjoung 5.85 t/ha and Bima Curut 5,40 ton/ha. Advantages of shallots farming in the the off-season in a varieties obtained Katumi Rp.  64.480.000/ha with the B/C ratio of 1.24; varieties Bima of  47.480.000 /ha with the ratio B/C of 0.93, varieties Manjoung Rp. 42.680.000/ha and the value of B/C 0.78 and varieties Bima Curut  of Rp.36.480.000/ha with a ratio B/C of 0.73.  Data of plant height, number of leaves, the production  and benefits of shallot farming Katumi showed that varieties can be used as an alternative to shallot farming in the off-season, Serang, BantenKeywords: Shallot, varieties, production,   benefits, off season 
PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI EMPAT VARIETAS BAWANG MERAH DI LUAR MUSIM (OFF-SEASON) DIKABUPATEN SERANG, BANTEN Purba, Resmayeti
9-772301-994005
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bawang merah di lahan sawah umumnya ditanam pada musim kemarau, karena pada musim hujan biasanya lahan sawah dipergunakan untuk pertanaman padi. Penanaman bawang merah di musim penghujan (off season) sering mengalami kerugian karena hasil dan keuntungan yang diperolehpetani  rendah. Untuk itu, perlu pemilihan  varietas yang dapat tumbuh pada musim penghujan. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan keuntungan usahatani bawang merah di luar musim (offseason) menggunakanempat varietas, yaitu Katumi, Bima, Manjoung dan Bima Curut (lokal).Budidaya bawang merah dilaksanakan di lahan petani, di  Kabupaten, Serang, Banten pada musim hujan (Februari-April 2013). Empat varietas diuji  dalam suatu percobaan yang ditata sesuai dengan rancangan acak lengkap dengan 5 ulangan.Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman jumlah daun, jumlah  umbi, produksi umbi dan keuntungan  usahatani bawang merah. Untuk mengetahui keuntungan usahatani bawang merah di luar musim digunakan rasio B/C. Hasil pengkajian menunjukkan bahwatinggi tanaman dan jumlah daun bawang merah di luar musim pada umur 42 HST secara berturut-turut  ialah varietas Katumi 36,82 cm dan 26,22 helai; varietas Bima  34,53 cm dan 20,04 helai; varietas Manjoung 32,61 cm dan 19,66helai, varietas Bima Curut (lokal) 29,51 cm dan 17,74 helai.Produksi  bawang merah secara berturut-turut ialah varietas Katumi, 7,27 ton/ha, varietas Bima 6,15 t/ha varietas  Manjoung5,85t/ha, dan Bima Curut (lokal) 5,40ton/ha. Keuntungan usahatani  bawang merah di luar musim secara berturut-turut diperoleh  varietas Katumi Rp. 64.480.000/ha dengan nilai B/C 1,24; varietas Bima sebesar Rp 47.480.000/ha   dengan nilai B/C 0,93,  varietas Manjoung Rp.42.680.000,-/ha dengan nilai B/C 0,78 dan varietas Bima Curut  (lokal) Rp. 36,480.000/hadengan rasio B/C 0,73.Data tinggi  tanaman, jumlah daun, produksi  dan keuntungan  usahatani bawang merah menunjukkan bahwa  varietas Katumi dapat digunakan sebagai alternatif  pada usahatani bawang merah di luar musim (off season),  Kabupaten Serang, BantenKata Kunci : Bawang merah, varietas, produksi, keuntungan, di luar musimABSTRACTShallot cultivation in paddy fields is generally planted the dry season, because the rainy season is usually used for wetland cultivation. Shallot cultivation in the rainy season often suffered looses as result of farmers and low profits. As the results, it needs the selection of varieties that can be grown in the rainy season. This study aims to determine the  product and benefits of shallot farming in the off-season using four varieties. Shallot cultivation carried out infarmers’fields, in Serang District Banten Province in the rainy season (February-April 2013). Four varieties were tested in a trial that lay out according to a completely randomized design with 5 replications. The parameters  measured were plant height and number of  leaves, number of tubers as well as the production and benefits of shallot farming. To know the benefits of shallot farming in the off-season use ratio B/C. The study showed that the plant height and number of leaves of shallot in the off-season at the age 42 in a row HST varieties was 36.82 cm and 26.22 strands Katumi, varieties Bima  34.53 cm and 20.04 strands, varieties Manjoung was 32.61 cm and 19.66 strands, varieties Bima Curut 29.51 cm and 17.74 strands. Production of  shallots in a row is Katumi varieties 7.27 t/ha,  Bima  varieties 6.15 t/ha, varieties Manjoung 5.85 t/ha and Bima Curut 5,40 ton/ha. Advantages of shallots farming in the the off-season in a varieties obtained Katumi Rp.  64.480.000/ha with the B/C ratio of 1.24; varieties Bima of  47.480.000 /ha with the ratio B/C of 0.93, varieties Manjoung Rp. 42.680.000/ha and the value of B/C 0.78 and varieties Bima Curut  of Rp.36.480.000/ha with a ratio B/C of 0.73.  Data of plant height, number of leaves, the production  and benefits of shallot farming Katumi showed that varieties can be used as an alternative to shallot farming in the off-season, Serang, BantenKeywords: Shallot, varieties, production,   benefits, off season 
PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI EMPAT VARIETAS BAWANG MERAH DI LUAR MUSIM (OFF-SEASON) DIKABUPATEN SERANG, BANTEN Purba, Resmayeti
Agriekonomika Vol 3, No 1: April 2014
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKBawang merah di lahan sawah umumnya ditanam pada musim kemarau, karena pada musim hujan biasanya lahan sawah dipergunakan untuk pertanaman padi. Penanaman bawang merah di musim penghujan (off season) sering mengalami kerugian karena hasil dan keuntungan yang diperolehpetani  rendah. Untuk itu, perlu pemilihan  varietas yang dapat tumbuh pada musim penghujan. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan keuntungan usahatani bawang merah di luar musim (offseason) menggunakanempat varietas, yaitu Katumi, Bima, Manjoung dan Bima Curut (lokal).Budidaya bawang merah dilaksanakan di lahan petani, di  Kabupaten, Serang, Banten pada musim hujan (Februari-April 2013). Empat varietas diuji  dalam suatu percobaan yang ditata sesuai dengan rancangan acak lengkap dengan 5 ulangan.Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman jumlah daun, jumlah  umbi, produksi umbi dan keuntungan  usahatani bawang merah. Untuk mengetahui keuntungan usahatani bawang merah di luar musim digunakan rasio B/C. Hasil pengkajian menunjukkan bahwatinggi tanaman dan jumlah daun bawang merah di luar musim pada umur 42 HST secara berturut-turut  ialah varietas Katumi 36,82 cm dan 26,22 helai; varietas Bima  34,53 cm dan 20,04 helai; varietas Manjoung 32,61 cm dan 19,66helai, varietas Bima Curut (lokal) 29,51 cm dan 17,74 helai.Produksi  bawang merah secara berturut-turut ialah varietas Katumi, 7,27 ton/ha, varietas Bima 6,15 t/ha varietas  Manjoung5,85t/ha, dan Bima Curut (lokal) 5,40ton/ha. Keuntungan usahatani  bawang merah di luar musim secara berturut-turut diperoleh  varietas Katumi Rp. 64.480.000/ha dengan nilai B/C 1,24; varietas Bima sebesar Rp 47.480.000/ha   dengan nilai B/C 0,93,  varietas Manjoung Rp.42.680.000,-/ha dengan nilai B/C 0,78 dan varietas Bima Curut  (lokal) Rp. 36,480.000/hadengan rasio B/C 0,73.Data tinggi  tanaman, jumlah daun, produksi  dan keuntungan  usahatani bawang merah menunjukkan bahwa  varietas Katumi dapat digunakan sebagai alternatif  pada usahatani bawang merah di luar musim (off season),  Kabupaten Serang, BantenKata Kunci : Bawang merah, varietas, produksi, keuntungan, di luar musim ABSTRACTShallot cultivation in paddy fields is generally planted the dry season, because the rainy season is usually used for wetland cultivation. Shallot cultivation in the rainy season often suffered looses as result of farmers and low profits. As the results, it needs the selection of varieties that can be grown in the rainy season. This study aims to determine the  product and benefits of shallot farming in the off-season using four varieties. Shallot cultivation carried out infarmers’fields, in Serang District Banten Province in the rainy season (February-April 2013). Four varieties were tested in a trial that lay out according to a completely randomized design with 5 replications. The parameters  measured were plant height and number of  leaves, number of tubers as well as the production and benefits of shallot farming. To know the benefits of shallot farming in the off-season use ratio B/C. The study showed that the plant height and number of leaves of shallot in the off-season at the age 42 in a row HST varieties was 36.82 cm and 26.22 strands Katumi, varieties Bima  34.53 cm and 20.04 strands, varieties Manjoung was 32.61 cm and 19.66 strands, varieties Bima Curut 29.51 cm and 17.74 strands. Production of  shallots in a row is Katumi varieties 7.27 t/ha,  Bima  varieties 6.15 t/ha, varieties Manjoung 5.85 t/ha and Bima Curut 5,40 ton/ha. Advantages of shallots farming in the the off-season in a varieties obtained Katumi Rp.  64.480.000/ha with the B/C ratio of 1.24; varieties Bima of  47.480.000 /ha with the ratio B/C of 0.93, varieties Manjoung Rp. 42.680.000/ha and the value of B/C 0.78 and varieties Bima Curut  of Rp.36.480.000/ha with a ratio B/C of 0.73.  Data of plant height, number of leaves, the production  and benefits of shallot farming Katumi showed that varieties can be used as an alternative to shallot farming in the off-season, Serang, BantenKeywords: Shallot, varieties, production,   benefits, off season 
PENGARUH PENGKAYAAN ARTEMIA OLEH BEBERAPA SUMBER MINYAK TERHADAP PERTUMBUHAN LARVA KERAPU TIKUS (Cromileptes altivelis) Purba, Resmayeti
Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol 2, No 1 (2004): Jurnal Ilmu - ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Juni 2004
Publisher : Faculty Fisheries Departement Fisheries

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5162.306 KB)

Abstract

A research on Artemia naupli enrichment of Grace Kelly grouper, Cromileptes altivelis was conducted in order to investigasi its effects on the growth, which was reflected by the relative growth of total length amd of weight, respectively. Three different enrichments treatments i.e fish oil, corn oil and coconut oil were fed on larva for 40 days. Initial total length of the larva was about 2.010 ± 0.2559 cm. The larva feed on Artemia naupli at density of 2-5 ind/ml. The result indicated that Artemia naupli enriched fish oil 0.1 g/100 ml water en able to of brain volume, relative growth of total length and relative growth of weight better (p<0.05). The brain volume, relative growth of total length and relative growth of weight larva fed Artemia naupli enriched with fish oil was x 103 µm3, 60,97% and 372,40% larva fed Artemia naupli enriched with corn oil was 1.21x 103 µm3, 52,09% and 225.80% and fed Artemia naupli enriched with coconut oil was 1.29 x 103 µm3, 50.97% and 200.10%Keywords: Artemia, enrichment, fish oil, growth larva
PENGKAJIAN PEMUPUKAN PADA USAHATANI JAGUNG DI LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI KAB. PANDEGLANG, BANTEN Purba, Resmayeti
Agricore Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Departemen Sosial Ekonomi Faperta Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil  jagung di lahan  sawah dan di lahan kering dapat ditingkatkan dengan  pemberian pupuk yang tepat, baik dosis maupun jenisnya. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan  terhadap   hasil jagung hibrida di lahan sawah dan lahan  kering di Kabupaten Pandeglang, Banten. Pengkajian dilakukan pada lahan sawah dan lahan kering milik petani di Kec. Mandalawangi  pada bulan Mei-Agustus  2016. Percobaan  menggunakan Rancangan Acak kelompok, 3 perlakuan dan 8 ulangan. Perlakuan terdiri atas tiga pemupukan yaitu  : P1 (pemupukan rekomendasi  KATAM : Urea 325  kg/ha + 75 kg/ha SP-36 + 80 kg/ha  KCl + pupuk kandang 2 ton/ha); P2 (pemupukan rekomendasi Balitsereal jagung hibrida : Urea 250 kg/ha + 300 kg NPK Phonska + pupuk kandang 2 ton/ha) dan P3 (pemupukan cara petani  : Urea 100 kg/ha + NPK Phonska 200 kg/ha).  Hasil kajian menunjukkan bahwa  hasil biji jagung  tertinggi di lahan sawah sebesar 6,25 t/ha dan lahan kering sebesar 5,78 t/ha ditemukan pada  pemupukan  P1 (rekomendasi Balitsereal, yaitu : Urea 250 kg/ha + 300 kg/ha NPK Phonska.  Jagung hibrida varietas Bima  dapat dikembangkan di lahan kering dan di lahan sawah  dengan pemberian pupuk  Urea 250 kg/ha + 300  kg/ha NPK Phonska + pupuk organik 2 ton/ha.