Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

RETRIEVING COASTAL SEA SURFACE TEMPERATURE FROM LANDSAT-8 TIRS FOR WANGI-WANGI ISLAND, WAKATOBI, SOUTHEAST SULAWESI, INDONESIA Eko Susilo; Rizki Hanintyo; Adi Wijaya
International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences (IJReSES) Vol 16, No 1 (2019)
Publisher : National Institute of Aeronautics and Space of Indonesia (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1001.911 KB) | DOI: 10.30536/j.ijreses.2019.v16.a3044

Abstract

The new Landsat generation, Landsat-8, is equipped with two bands of thermal infrared sensors (TIRS). The presence of two bands provides for improved determination of sea surface temperature (SST) compared to existing products. Due to its high spatial resolution, it is suitable for coastal zone monitoring. However, there are still significant challenges in converting radiance measurements to SST, resulting from the limitations of in-situ measurements. Several studies into developing SST algorithms in Indonesia waters have provided good performance. Unfortunately, however, they have used a single-band windows approach, and a split-windows approach has yet to be reported. In this study, we investigate both single-band and split-window algorithms for retrieving SST maps in the coastal zone of Wangi-Wangi Island, Wakatobi, Southeast Sulawesi, Indonesia. Landsat-8 imagery was acquired on February 26, 2016 (01: 51: 44.14UTC) at position path 111 and and row 64. On the same day, in-situ SST was measured by using Portable Multiparameter Water Quality Checker – 24. We used the coefficient of correlation (r) and root mean square error (RMSE) to determine the best algorithm performance by incorporating in-situ data and the estimated SST map. The results showed that there were differences in brightness temperature retrieved from TIRS band10 and band 11. The single-band algorithm based on band 10 for Poteran Island clearly showed superior performance (r = 69.28% and RMSE = 0.7690°C). This study shows that the split-window algorithm has not yet produced a accurate result for the study area.
KETERKAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN SELAT BALI Komang Iwan Suniada; Eko Susilo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.793 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.4.2017.275-286

Abstract

Perikanan pelagis di perairan Selat Bali telah diusahakan sejak lama. Data runtut tahun hasil tangkapan yang didaratkan cenderung berfluktuasi. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi spasial dan temporal karakteristik oseanografi, terkait dengan dengan dinamika perikanan pelagis di Selat Bali. Data parameter oseanografi meliputi suhu permukaan laut (SPL) dan klorofill-a (chl-a) yang diperoleh dari citra satelit penginderaan jauh Aqua/Terra MODIS, sedangkan data sumberdaya perikanan pelagis berupa hasil tangkapan/satuan upaya (Catch per Unit Effort, CPUE) ikan pelagis diperoleh dari Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Pengambengan, Jembrana - Bali pada periode Januari 2007 hingga Desember 2015. Uji statistik regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh parameter oseanografi terhadap kondisi perubahan sumberdaya perikanan pelagis. Sebaran spasial SPL menunjukkan bahwa pada Mei hingga November suhu permukaan laut cenderung rendah serta tidak ada perbedaan yang signifikan antara suhu di perairan pantai dan di laut lepas. Secara temporal terlihat bahwa suhu terendah terjadi pada musim timur yaitu pada Agustus 2007. Sebaran spasial chl-a menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi chl-a dimulai dari Mei hingga Oktober serta terdapat perbedaan yang signifikan antara chl-a perairan pantai dan laut lepas. Secara temporal terlihat bahwa konsentrasi chl-a tertinggi terjadi pada Oktober 2015. Faktor iklim yang merupakan faktor eksternal memberikan pengaruh terhadap perubahan konsentrasi chl-a pada lokasi penelitian. Faktor iklim tersebut adalah kecepatan angin dan kejadian El-Nino. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perubahan parameter SPL dan chl-a secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan CPUE ikan pelagis, namun secara parsial parameter chl-a memberikan pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan parameter SPL.Pelagic fisheries around Bali Strait have been exploited since decades. Based on monthly and annual landing data, fish production around Bali strait are very fluctuated. This study aims to determine the spatial and temporal conditions of oceanographic characteristics and how they relate to the dynamics of pelagic fisheries in the Bali Strait. The oceanographic parameter data consist of sea surface temperature (SST) and chlorophyll-a (chl-a) that obtained from Aqua / Terra MODIS remote sensing satellite imagery, while the dynamics of pelagic fish resource data indicated by Catch per Unit Effort (CPUE) derrived from landing place (TPI) Pengambengan, Jembrana - Bali in the period January 2007 to December 2015. Multiple linear regression analysis were applied to determine the effect of oceanographic parameters on the changing conditions of pelagic fishery resources. Spatial distribution of SPL indicates that in May to November sea surface temperature tends to be low and there is no significant difference between the temperature in coastal waters and on high seas. The temporal distribution shows that the lowest temperature occurred during the southeast monsoon in August 2007. The spatial distribution of chl-a showed that the chl-a concentration starts to increase from May to October and there were significant differences between chl-a coastal waters and high seas. The temporal distribution shows that the highest chl-a concentration occurred in October 2015. Climate factor which is an external factor has an effect on the change of chl-a concentration at the research location. Climatic factors are wind speed and El-Nino events. The result of the statistical analysis shows that the change of SPL and chl-a parameters together significantly influence on the CPUE of pelagic fish, but partially chl-a parameter gives highly significant effect than SST parameter.
Analisis Kesuburan Perairan Selatan Makassar dari Data Satelit dan Pemodelan Numerik Eko Susilo; Wingking Era Rintaka Siwi
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 8 (2021): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VIII KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perairan selatan Selatan Makasar merupakan salah satu perairan yang relatif kaya akan nutrien karena pengaruh fenomena upwelling terutama saat musim tenggara (southeast monsoon). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial dan temporal kesuburan perairan Selatan Makassar (117,5°BT – 120,5°BT dan 5°LS - 7°LS) berdasarkan data satelit Aqua MODIS (SPL/Suhu Permukaan Laut, Chl/konsentrasi klorofil-a) dan data keluaran model numerik INDESO (SPL, Chl, nitrat, fosfat, amonia, dan silikat). Hasil analisis komposit bulanan Chl dari Aqua MODIS (2003-2020), perairan Selatan Makassar mengalami 2 periode peningkatan kesuburan perairan yaitu bulan Januari-Februari dan Juni-Agustus dengan nilai rata- rata tertinggi mencapai 0,53 mg/m3. Sedangkan periode terendah terjadi pada bulan September-Desember sebesar 0,28 mg/m3. Pada musim timur peningkatan kesuburan perairan disertai dengan penurunan SPL hingga mencapai rata-rata 27,89°C yang mencerminkan terjadinya proses upwelling di perairan tersebut. Kondisi ini diperkuat hasil keluaran model INDESO dimana terjadi peningkatan konsentrasi nutrien (nitrat, fosfat, amonia, dan silika) masing-masing mencapai nilai rata-rata sebesar 2,720 mmol/m3, 0,298 mmol/m3, 0,293 mmol/m3, dan 7,141 mmol/m3. Pola peningkatan tertinggi kesuburan perairan di selatan Makasar terjadi pada musim tenggara yang terlihat dari peningkatan Chl dan nutrien serta penurunan SPL. Data SPL dan nutrien keluaran model numerik INDESO bisa menggambarkan fenomena upwelling di perairan selatan Makassar dengan baik. Nilai rata-rata harian SPL Aqua MODIS dan keluaran model numerik INDESO berkorelasi positif (0,84). Sedangkan rata-rata harian Chl kedua sumber data tidak saling berkorelasi, namun terjadi korelasi kuat antara Chl Aqua MODIS dengan konsentrasi nutrien.