Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KETERKAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN SELAT BALI Komang Iwan Suniada; Eko Susilo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.793 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.4.2017.275-286

Abstract

Perikanan pelagis di perairan Selat Bali telah diusahakan sejak lama. Data runtut tahun hasil tangkapan yang didaratkan cenderung berfluktuasi. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi spasial dan temporal karakteristik oseanografi, terkait dengan dengan dinamika perikanan pelagis di Selat Bali. Data parameter oseanografi meliputi suhu permukaan laut (SPL) dan klorofill-a (chl-a) yang diperoleh dari citra satelit penginderaan jauh Aqua/Terra MODIS, sedangkan data sumberdaya perikanan pelagis berupa hasil tangkapan/satuan upaya (Catch per Unit Effort, CPUE) ikan pelagis diperoleh dari Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Pengambengan, Jembrana - Bali pada periode Januari 2007 hingga Desember 2015. Uji statistik regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh parameter oseanografi terhadap kondisi perubahan sumberdaya perikanan pelagis. Sebaran spasial SPL menunjukkan bahwa pada Mei hingga November suhu permukaan laut cenderung rendah serta tidak ada perbedaan yang signifikan antara suhu di perairan pantai dan di laut lepas. Secara temporal terlihat bahwa suhu terendah terjadi pada musim timur yaitu pada Agustus 2007. Sebaran spasial chl-a menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi chl-a dimulai dari Mei hingga Oktober serta terdapat perbedaan yang signifikan antara chl-a perairan pantai dan laut lepas. Secara temporal terlihat bahwa konsentrasi chl-a tertinggi terjadi pada Oktober 2015. Faktor iklim yang merupakan faktor eksternal memberikan pengaruh terhadap perubahan konsentrasi chl-a pada lokasi penelitian. Faktor iklim tersebut adalah kecepatan angin dan kejadian El-Nino. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perubahan parameter SPL dan chl-a secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perubahan CPUE ikan pelagis, namun secara parsial parameter chl-a memberikan pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan parameter SPL.Pelagic fisheries around Bali Strait have been exploited since decades. Based on monthly and annual landing data, fish production around Bali strait are very fluctuated. This study aims to determine the spatial and temporal conditions of oceanographic characteristics and how they relate to the dynamics of pelagic fisheries in the Bali Strait. The oceanographic parameter data consist of sea surface temperature (SST) and chlorophyll-a (chl-a) that obtained from Aqua / Terra MODIS remote sensing satellite imagery, while the dynamics of pelagic fish resource data indicated by Catch per Unit Effort (CPUE) derrived from landing place (TPI) Pengambengan, Jembrana - Bali in the period January 2007 to December 2015. Multiple linear regression analysis were applied to determine the effect of oceanographic parameters on the changing conditions of pelagic fishery resources. Spatial distribution of SPL indicates that in May to November sea surface temperature tends to be low and there is no significant difference between the temperature in coastal waters and on high seas. The temporal distribution shows that the lowest temperature occurred during the southeast monsoon in August 2007. The spatial distribution of chl-a showed that the chl-a concentration starts to increase from May to October and there were significant differences between chl-a coastal waters and high seas. The temporal distribution shows that the highest chl-a concentration occurred in October 2015. Climate factor which is an external factor has an effect on the change of chl-a concentration at the research location. Climatic factors are wind speed and El-Nino events. The result of the statistical analysis shows that the change of SPL and chl-a parameters together significantly influence on the CPUE of pelagic fish, but partially chl-a parameter gives highly significant effect than SST parameter.
PEMANFAATAN DATA CITRA SATELIT SENTINEL-1 UNTUK PEMANTAUAN SEBARAN TUMPAHAN MINYAK DI WPP 713 Komang Iwan Suniada
Jurnal Kelautan Nasional Vol 16, No 1 (2021): APRIL
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1514.349 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v16i1.9293

Abstract

The Makassar Strait which is a part of the Fisheries Management Area (WPP) 713 and the Indonesian Archipelago Sea Channel (ALKI) II is an economic route that connects the Pacific Ocean in north and Indian Ocean at south through the middle of Indonesia archipelago. The high traffic on this route creates risks to national security, illegal fishing, and environmental pollution due to oil spills. One method that can be used to monitor oil spills in open water is remote sensing satellite with SAR (Synthetic Aperture Radar) data. The satellite data used in this study is a SAR image from the Sentinel-1 satellite. The advantage of radar satellites is their ability to perform data acquisition during the day or night and in all weather conditions. The method used to detect oil spills is an automatic method found in the SNAP software, while the length and area of the oil spill are calculated using the spatial analysis method which is available in the QGIS software. The results of this study in the Makassar Strait found that there was an oil spill with a length of about 11.7 km and an area of about 22.8 km². The oil spills in this study resemble the characteristics of an oil spill caused by a moving ship.  This incident indicating the violation is suspected to have occurred in the area. Utilization of Sentinel-1 SAR data to monitor illegal oil spills is expected to reduce violations that occur in Indonesian territorial waters.
Pengaruh Perubahan Luas Hutan Mangrove Terhadap Konsentrasi Total Suspended Matter (TSM) di Muara Perancak, Jembrana – Bali Komang Iwan Suniada; Liuta Yamano Aden
Jurnal Kelautan Nasional Vol 14, No 1 (2019): April
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (878.416 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v14i1.6864

Abstract

Data penginderaan jauh satelit Landsat dengan akurasi yang tinggi menjadikannya sangat layak digunakan sebagai salah satu alternatif untuk memetakan sebaran mangrove. Selain akurasi tinggi, monitoring luasan hutan mangrove dengan menggunakan data satelit penginderaan jauh dapat dilakukan secara berkala dengan lebih cepat dan biaya yang tidak terlalu mahal. Kajian mengenai fungsi hutan mangrove sebagai perangkap sedimen telah banyak dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran lapangan, namun masih sedikit penelitian yang menghubungkan Total Suspended Matter (TSM) dengan perubahan luasan hutan mangrove yang sepenuhnya memanfaatkan data satelit penginderaan jauh menyebabkan penelitian ini sangat menarik dan cukup penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan di kawasan estuari Perancak yang merupakan salah satu kawasan ekosistem mangrove yang ada di Bali selain Taman Nasional Bali Barat, Taman Hutan Rakyat Benoa dan Nusa Lembongan. Data yang digunakan untuk menghasilkan informasi TSM dan perubahan luasan hutan mangrove pada penelitian ini adalah data citra satelit resolusi menengah, Landsat. Data pendukung yang digunakan adalah data pasang surut dan data curah hujan. Informasi sebaran hutan mangrove dilakukan dengan menggunakan data pada 2005 dan 2015 dengan metode supervised maximum likelihood, sedangkan informasi konsentrasi TSM diperoleh dengan menggunakan data pada 2002 dan 2016 dengan menggunakan algoritma Budhiman LAPAN. Hasil kajian menunjukkan bahwa seiring dengan penambahan luas hutan mangrove di kawasan estuari Perancak telah menyebabkan penurunan konsentrasi TSM di muara sungai Perancak. Penurunan itu disebabkan karena terdapat sedimen yang terperangkap dan mengendap disekitar pohon ataupun akar mangrove terutama mangrove jenis Rhizophora.  Selain penambahan luas hutan mangrove, faktor oseanografi pasang surut juga sangat berpengaruh terhadap fluktuasi TSM di sekitar muara Perancak.