Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT MELAKUKAN CUCI TANGAN DI RS.TELOGOEJO SEMARANG Kusumaningtiyas, Siska; Kristiyawati, Sri Puguh; Purnomo, S. Eko Ch.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Angka kejadian infeksi nosokomial yang diperoleh dari berbagai sumber menunjukan angka kejadian yang tinggi. Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial disebabkan karena berbagai hal, seperti tidak patuhnya perawat untuk melakukan tindakan universal precautions yaitu dengan cuci tangan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan cuci tangan perawat di Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Desain penelitian ini adalah survey studi korelasi dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 70 responden dengan teknik Cluster sampling. Hasil penelitian menunjukkan karateristik responden berdasrkan umur menunjukan sebagian besar responden mempunyai umur 21-40 tahun, jenis kelamin perempuan, berpendidikan S1 keperawatan, mempunyai lama kerja >10 tahun, memiliki fasilitas lengkap 11 ruangan, sebagian besar perawat patuh melakukan cuci tangan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara umur, pendidikan, lama kerja  dengan kepatuhan cuci tangan, Tidak ada hubungan antara fasilitas  dengan kepatuhan cuci tangan, Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan cuci tangan ini tidak dapat dianalisis hal ini dikarenakan semua responden berjenis kelamin perempuan. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah diharapkan agar pihak rumah sakit mampu menurunkan angka kejadian penyebaran infeksi nosokomial, untuk fasilitas kesehatan yang ada di rumah sakit dilakukan pemeliharaan wastafel dengan mengecek fungsi wastafel setiap ruangan.   Kata Kunci          :  usia, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, fasilitas dan kepatuhan cuci tangan
PERBEDAAN EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES ALKOHOL TERHADAP PENURUNAN NYERI PLEBITIS PADA PEMASANGAN INFUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Jayanti, Aprilia Eka Suci; Kristiyawati, Sri Puguh; Purnomo, S. Eko Ch.
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2013
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemberian terapi infus dapat menimbulkan komplikasi, salah satunya yaitu plebitis. Plebitis dapat terjadi akibat prosedur pemasangan yang kurang tepat, posisi yang salah, serta kegagalan menembus vena, dan dapat juga menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien salah satunya menimbulkan nyeri plebitis. Nyeri plebitis dapat ditangani dengan cara pemberian kompres hangat dan kompres alkohol. Penelitian ini bertujuan. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas antara kompres hangat dan kompres alkohol terhadap penurunan nyeri plebitis pada pemasangan infus di RSUD Tugurejo Semarang. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah quasi experiment dengan metode pendekatan Pretest – Post Test Design, menggunakan teknik sampling purposive sampling, dengan jumlah sempel adalah 50 responden, 25 responden kompres hangat dan 25 responden kompres alkohol. Pengambilan data dengan menggunakan lembar observasi dan melakukan intervensi kompres hangat dan kompres alkohol, kemudian diuji kenormalan data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk diperoleh (0,000) yang artinya data berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan uji alternatif non parametrik Mann Whitney U-Test.Hasil penelitian menunjukkan nilai Z sebasar 2,236 dengan p value sebesar 0,025 terdapat adanya perbedaan antara kompres hangat dan kompres alkohol terhadap penurunan nyeri plebitis pada pemasangan infus. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kompres air hangat dan kompres alkohol dapat menurunkan nyeri plebitis sehingga didapatkan kompres air hangat lebih efektif dibandingkan dengan kompres alkohol dengan hasil selisih mean sebelum dan sesudah sebesar 2,88 sedangkan pada kompres alkohol terdapat selisih antara sebelum dan sesudah sebesar 2,16. diharapkan perawat untuk mengurangi kejadian plebitis pada saat memberikan terapi intravena dengan bekerja sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur).Kata kunci :Kompres Hangat, Kompres alkohol,Nyeri plebitis, Pemasangan Infus.
EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI IMAJINASI TERBIMBING DAN NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI Aprianto, Dino; Kristiyawati, Sri Puguh; Purnomo, S. Eko Ch.
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2013
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Cemas pada pre operasi merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap sebagai suatu ancaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas teknik relaksasi imajinasi terbimbing dan nafas dalam terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD RA Kartini Jepara. Desain penelitian ini menggunakan Pretest-Post Test Design, dilakukan pada 60 responden dengan teknik Accidental sampling. Analisis data penelitian ini menggunakan Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami cemas sebanyak 60 responden yang terdiri dari cemas ringan sebanyak 3 orang (5,0%), cemas sedang sebanyak 28 orang (46,7%) dan cemas berat sebanyak 29 orang (48,3%). Rata-rata skor kecemasan sebelum dan sesudah tindakan imajinasi terbimbing adalah 43,97 dan 34,90. Selisih skor kecemasan sebelum dan sesudah tindakan imajinasi terbimbing adalah 9,07. Rata-rata skor kecemasan sebelum dan sesudah tindakan nafas dalam adalah 41,70 dan 33,40. Selisih skor kecemasan sebelum dan sesudah tindakan nafas dalam adalah 8,3. Penelitian dapat disimpulkan ada perbedaan efektifitas antara teknik relaksasi imajinasi terbimbing dan nafas dalam terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi di RSUD RA Kartini Jepara dengan p-value 0,000<0,05. Tingkat keefektifan antara relaksasi imajinasi terbimbing dan nafas dalam lebih efektif imajinasi terbimbing karena pada terapi imajinasi terbimbing diperoleh selisih sebelum dan sesudah sebesar 9,07, sedangkan pada teknik nafas dalam terdapat selisih sebelum dan sesudah sebesar 8,3. Saran dalam penelitian ini diharapkan Rumah sakit dapat memberikan pelatihan tentang terapi imajinasi terbimbing kepada pasien pre operasi yang mengalami kecemasan.Kata Kunci: Teknik relaksasi imajinasi terbimbing, nafas dalam, penurunan kecemasan pasien pre operasi.
PENGARUH TERAPI RELAKSASI MASASE PUNGGUNG TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI BEDAH MAYOR Neno, Marista Liyanti; Kristiyawati, Sri Puguh; Purnomo, S. Eko Ch.
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2013
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Secara garis besar pembedahan di bagi menjadi dua yaitu bedah mayor dan minor. Bedah mayor adalah tindakan bedah besar yang menggunakan anestesi umum atau general anestesi. Pembedahan akan menimbulkan respon psikologis yaitu kecemasan, untuk mengurangi kecemasan dapat diatasi dengan masase punggung, karena masase punggung merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit alami dan juga menciptakan rasa nyaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi masase punggung terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor di RSUD Tugurejo Semarang. Desain penelitian ini menggunakan Quasi eksperimental, dengan rancangan penelitian “one group pre test – post test desing”. Teknik sampling yang digunakan adalah Accidental Sampling dengan jumlah 32 responden. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah paired sample t-test. Hasil penelitian ini menunjukan Rata-rata skor rentang kecemasan sebelum melakukan relaksasi masase punggung yaitu sebesar 43,44 setelah dilakukan relaksasi masase punggung turun menjadi 29,03, Maka selisihnya sebesar 14,41 artinya ada pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi masase punggung pada pasien pre operasi bedah mayor dengan p= 0,000 atau < 0,05. Rekomendasi penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam mengontrol tingkat kecemasan pasien pre operasi bedah mayor dan Sebagai bahan masukkan dalam proses pembelajaran khususnya pengendalian dan penanganan non farmakologi terutama dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi agar tidak mempengaruhi proses operasi yang akan dilakukan pada pasien.   Kata kunci: Kecemasan, relaksasi masase punggung, dan pre operasi
EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI IMAJINASI TERBIMBING DAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI WERDA PELKRIS PENGAYOMAN SEMARANG Kusuma, Rizan Perdana; Kristiyawati, Sri Puguh; Purnomo, S. Eko Ch.
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2013
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gangguan tidur dapat terjadi pada lansia yang sehat maupun sakit. Lansia yang menjalani perawatan selama sakit, mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh rasa tidak nyaman karena berbagai faktor penyebab. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas  imajinasi terbimbing dan terapi musik terhadap penurunan gangguan tidur pada lansia di Panti Werda Pelkris Pengayoman Semarang. Desain penelitian ini menggunakan  Pretest – Post Test Design, dilakukan pada 28 responden dengan teknik accidental sampling. Analisis data penelitian menggunakan uji t independent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami gangguan tidur pada usia responden 61-71 tahun sebanyak 12 orang (42.9 %) dan usia 71-80 tahun sebanyak 16 orang (57.1 %). Rata-rata skor gangguan tidur sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi imajinasi terbimbing sebesar 13.07 dan 10.86. Selisih skor gangguan tidur sebelum dan sesudah teknik relaksasi terbimbing adalah 2.21. Rata-rata skor gangguan tidur sebelum dan sesudah diberikan terapi musik sebesar 13.57 dan 10.86. Selisih skor gangguan tidur sebelum dan sesudah terapi musik adalah 4.64. Penelitian ini dapat disimpulkan ada perbedaan efektifitas antara teknik relaksasi imajinasi terbimbing dan terapi musik terhadap penurunan gangguan tidur pada lansia di Panti Werda Pelkris Pengayoman Semarang dengan nilai t hitung sebesar 2.473 dengan p value sebesar 0.020 < 0.05. Tingkat keefektifan antara teknik relaksasi imajinasi terbimbing dan terapi musik lebih efektif terapi musik karena pada terapi musik diperoleh selisih sebelum dan sesudah sebesar 4.64 sedangkan pada teknik relaksasi imajinasi terbimbing terdapat selisih antara sebelum dan sesudah sebesar 2.21.Saran dalam penelitian ini, diharapkan panti dapat memberikan pelatihan kepada perawat tentang pemberian terapi musik kepada lansia yang mengalami gangguan tidur.   Kata Kunci: Teknik  relaksasi terbimbing, terapi musik, penurunan gangguan tidur  lansia.