Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN TEKANAN DARAH DENGAN PENINGKATAN TEKANAN INTRAOKULI PADA PASIEN GLAUKOMA DI RSUD. Dr. H. ABUL MOELOEK TAHUN 2014 Rahmat Syuhada
Jurnal Medika Malahayati Vol 3, No 1 (2016): Volume 3 Nomor 1
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.842 KB) | DOI: 10.33024/jmm.v3i1.2003

Abstract

Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik di dapat yang ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikusdan pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan intraokuli. Tekanan darah adalah kekuatan yangdiperlukan agar darah dapat mengalir dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh. Keadaanhipertensi merupakan salah satu faktor terjadinya glaukoma. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungantekanan darah dengan peningkatan tekanan intraokuli pada pasien glaukoma. Metode yang digunakan dalam penelitian inimerupakan penelitian analitik dengan studi cross sectional. Data yang diambil berupa data sekunder menggunakan rekammedis. Pengambilan sample menggunakan teknik total sampling. Analisa data dilakukan dengan analisis univariat danbivariat menggunakan uji stastistik fisher’s. Hasil penelitian di dapat dari 44 sampel yang diikutsertakan dalam penelitian,didapatkan hasil uji statistik fisher’s menunjukan adanya hubungan tekanan darah dengan peningkatan tekanan intraokulipada pasien glaukoma (p=0,035. OR=5,111). Kesimpulan yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah terdapat hubunganantara tekanan darah dengan peningkatan tekanan intraokuli pada pasien glaukoma dan hipertensi 5 kali lipat dapatmenyebababkan faktor risiko peningkatan tekanan intraokuli pada pasien glaukoma.
THE RELATIONSHIP OF AGE AND OCCUPATION ON THE INCIDENCE OF KERATITIS AND CORNEAL ULCERS IN PATIENTS VISITING AT HOSPITAL DR.H.ABDOEL MOELOEK LAMPUNG PROVINCE IN 2013-2014 Rahmat Syuhada; Rakhmi Rafie
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 3 (2015): Volume 2 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.75 KB) | DOI: 10.33024/.v2i3.714

Abstract

Keratitis is an inflammation of one of the five layers of the corneadue to the infiltration of inflammatory cells in the cornea which will result in the corneato become cloudy. many factors that influence the occurrence of keratitis, one of thefactors of age and occupation. Keratitis may affect all ages but more frequently inadulthood because that is of productive age, so at that age more at risk of trauma. One ofthe complications arising from keratitis is corneal ulcers.Objective: Determining the relationship of age and occupation on the incidenceof keratitis and corneal ulcers in patients at hospitals Dr.H.Abdoel Moeloek LampungProvince in 2013-2014.Methods: Thisstudyis aretrospectiveanalytical researchwith cross sectionalapproach. Thestudypopulationwasallpatients withkeratitisandcorneal ulcersinhospitalsDr.H.AbdoelMoeloekLampung Provincein2013-2014.sampleswereobtainedbased on the formulaSlovinandinclusion and exclusion criteriainthisstudy amounted to64 keratitis patientsand97 corneal ulcers patientswith a totalof161patientsandtaken usingPurposive Sampling.Results:Theresearch usingChi-square testshowed thatthe relationship ofagetooccupationin patients withkeratitis(p =0.009) withOddsRatio=5.000andtherelationship of agetoemploymentin patients withcorneal ulcers(p =0.021)withOddsRatio=3.250.Conclusion:The results of this study can be concluded that there is a relationshipbetween age and occupation on the incidence of keratitis and corneal ulcers in patientsvisiting at hospitals Dr.H.Abdoel Moeloek Lampung Province in 2013-2014 and the ageand occupation is a risk factor for keratitis and corneal ulcers.
PERBANDINGAN PANJANG AKSIAL MATA PADA PENDERITA MIOPIA DENGAN EMETROPIA DI POLIKLINIK MATA RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN HUSADA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2018 Rahmat Syuhada; Ade Utia Detty; Zata Sabrina
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 4, No 3 (2017): Volume 4 Nomor 3
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.298 KB) | DOI: 10.33024/.v4i3.1314

Abstract

Latar Belakang : Kelainan refraksi yang sering terjadi yaitu miopia, sedangkan angka kejadian miopia didunia terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 di Indonesia, dari seluruh kelompok umur, kelainan refraksi (12,9%) merupakan penyebab low visison/penglihatan terbatas terbanyak kedua setelah katarak (61,3%). Pada penderita miopia sumbu orbita yang lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta, dengan perbandingan panjang aksial mata emetropia yaitu 23 mm.Tujuan Penelitian: untuk mengetahui perbandingan panjang aksial mata pada penderita miopia dengan emetropia di Poliklinik mata Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Husada Bandar Lampung.Metode Penelitian: Jenis penelitian ini deskriptif analitik, dengan rancangan case control. Populasi adalah seluruh pasien di Poliklinik Mata RS. Pertamina Bintang Amin Husada Bandar Lampung, dengan sampel menggunakan perbandingan 1:1, pada kelompok miopia yaitu total populasi sebanyak 35 orang, maka pada kelompok emetropia juga 35 orang. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistic yaitu Uji Mann-Whitney U.Hasil:  Hasil penelitian ditemukan rerata panjang aksial mata dextra kelompok miopia 24,1 dan kelompok emetropia 23,4. Hasil uji Mann-Whitney nilai Asymp. Sig (2-tiled) 0,000 < 0,05, maka terdapat perbandingan signifikan rerata panjang aksial mata dextra pada kelompok miopia dengan kelompok emetropia. Sedangkan rerata panjang aksial mata sinistra kelompok miopia 24,2 dan kelompok emetropia 23,5. Hasil uji Mann-Whitney nilai Asymp. Sig (2-tiled) 0,000 < 0,05.  Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbandingan panjang aksial mata pada kelompok miopia dengan kelompok emetropia.