Hidayat Widjajanegara
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan antara Kadar Hemoglobin dan Status Gizi pada Penderita β-Thalassemia Major di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Dita Trieana Ulfah; Yoyoh Yusroh; Hidayat Widjajanegara
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7378

Abstract

Thalassemia adalah penyakit kronik yang menyebabkan penurunan kadar hemoglobin karena gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi satu atau lebih gen globin. Thalassemia dapat menyebabkan gangguan status gizi. Status gizi penderita thalassemia dipengaruhi oleh keadaan anemia kronik, kelebihan zat besi akibat kepatuhan minum obat kelasi besi yang rendah, usia saat terdiagnosis, kadar hemoglobin saat akan dilakukan transfusi, nutrisi, dan penyakit penyerta. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dan status gizi pada penderita beta-thalassemia major di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan melihat data rekam medis pasien beta-thalassemia major di Klinik Anak RSUD Al-Ihsan periode Maret–Juni 2020 dengan rancangan studi cross-sectional. Kriteria inklusi: usia 0–18 tahun, terdapat data berat badan, tinggi badan, dan kadar hemoglobin. Dari 92 anak yang menderita beta-thalassemia major terdapat 82 anak yang memenuhi kriteria inklusi, kebanyakan berusia 1–5 tahun (40%) dengan jenis kelamin laki-laki 43 anak dan perempuan 39 anak. Pada anak usia ≤5 tahun: 85% status gizinya normal, gizi kurang 6%, perawakan normal 67%, perawakan pendek 18%, dan perawakan sangat pendek 15%. Anak usia >5 tahun: 71% status gizinya normal, gizi kurus 10%, sangat kurus hanya 2%, perawakan normal 35%, perawakan pendek 43%, dan perawakan sangat pendek 22%. Nilai p BB/TB pada anak ≤5 tahun adalah 0,494 dan TB/U 0,331. Pada anak usia >5 tahun didapatkan nilai p IMT/U 0,595 dan TB/U 0,230. Simpulan penelitian adalah kadar hemoglobin tidak memiliki hubungan dengan status gizi pasien beta-thalassemia major. THE RELATIONSHIP BETWEEN HEMOGLOBIN LEVELS AND NUTRITIONAL STATUS IN Β-THALASSEMIA MAJOR PATIENTS IN AL-IHSAN REGIONAL GENERAL HOSPITAL WEST JAVA PROVINCEThalassemia is a chronic disease that causes a decrease in hemoglobin level due to hemoglobin synthesis disorders due to mutations in one or more globin genes. Thalassemia can cause nutritional status disorders. Factors that influence nutritional status are age at diagnosis, hemoglobin level at the time of transfusion, chronic anemia, iron overload due to low adherence to taking iron-chelating agent drugs, nutrition, and comorbidities. This study aims to determine the relationship between hemoglobin levels and nutritional status in beta-thalassemia major patients in Al-Ihsan Regional General Hospital West Java province. This study used an analytic method by looking at the medical record data of beta-thalassemia major patients at the Children’s Clinic of Al-Ihsan Regional General Hospital during March–June 2020 with a cross-sectional study. The inclusion criteria were children aged 0–18 years, and there were data on body weight, body height, and hemoglobin level. Of the 92 beta-thalassemia major patients, 82 met the inclusion criteria, mostly aged 1–5 years (40%) with male 43 children and female 39 children. Children aged ≤5-years: 85% normal nutritional status, 6% wasted, 67% normal stature, 18% stunted, and 15% severely stunted. Children >5 years aged: 71% normal nutritional status, 10% wasted, 2% severely wasted, 35% normal stature, 43% stunted, and 22% severely stunted. On children aged ≤5-years, a p value BW/BH was 0.494, and a p value BH/A was 0.331. On children aged >5-years, a p value BMI/A was 0.595, and p value BH/A was 0.230. The conclusion is there is no relationship between hemoglobin levels and nutritional status in beta-thalassemia major patients.
Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Mioma Uteri di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 Neneng Sri Meilani; Ferry Achmad Firdaus Mansoer; Ismet Muchtar Nur; Dadi S. Argadiredja; Hidayat Widjajanegara
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.4346

Abstract

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos rahim yang paling umum terjadi pada wanita. Kejadian mioma uteri di dunia ditemukan sebesar 20–35% dan di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39–11,7% pada semua pasien ginekologi yang dirawat di RSUD Al-Ihsan Bandung Jawa Barat periode Mei–Juni 2018. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan usia dan paritas dengan kejadian mioma uteri. Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel  dalam penelitian ini didapatkan 84 sampel yang terdiri atas 42 sampel yang didiagnosis mioma uteri dan 42 sampel yang tidak didiagnosis mioma uteri. Data didapatkan dari catatan rekam medik pasien yang dirawat periode tahun 2017 yang kemudian dianalisis secara uivariat dan bivariat. Dari hasil penelitian insidensi mioma uteri, paling banyak terjadi pada paritas nulipara, yaitu sebanyak 62% dan pada usia lebih dari 30 tahun 56%. Hasil uji statistik menggunakan chi square test didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia dan kejadian mioma uteri (p=0,0150) dan status paritas dengan kejadian mioma uteri (p = 0,035). Simpulan penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan usia dan paritas dengan kejadian mioma uteri. THE RELATIONSHIP 0F AGE AND PARITY WITH INCIDENCE OF UTERINE MYOMA IN RSUD AL-IHSAN PROVINCE WEST JAVA YEAR 2017 Uterine myoma is a benign smooth muscle tumor of the uterus which most often occurs in women. The incidence of uterine myoma in the world was found 20–35% and in Indonesia uterine myoma was found 2.39–11.7% in all gynecological patients treated. This study aims to determine the relationship between age and parity with the incidence of uterine myoma in RSUD Al-Ihsan Province West Java during May–June 2017. This research used analytical observation method with cross sectional approach design. The sample in this study obtained 84 samples consisting of 42 samples diagnosed with uterine myoma and 42 samples that were not diagnosed with uterine myoma. Data were obtained from patient’s medical records, then analyzed by uivariate and bivariate analysis. From the results of the study about uterine myoma incidence, that the most occur in nullipara parity as many as 62% and at the age of more than 30 years 56%. The results of statistical tests used chi square test showed that there was a significant relationship between age and the incidence of uterine myoma (p=0.015) and for parity status with the incidence of uterine myoma also had a significant relationship (p=0.0350). Conclusion, this study proves that there is a relationship between age and parity with the incidence of uterine myoma.