Idhamsyah Eka Putra
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PEMAKNAAN ISTRI NAPI TEROR TERHADAP TINDAKAN SUAMI Rufaedah, Any; Sarwono, Sarlito W.; Putra, Idhamsyah Eka
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 4, No 1 (2017): Jurnal Psikologi Ulayat
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.998 KB) | DOI: 10.24854/jpu12017-77

Abstract

Abstract — Terrorism is one of the topics that have been studied much by psychology at least in one and half last decades. Many research explained motivation, personality tendention, and thinking structure of terrorist's. But studies to terrorist’s wives were not much conducted yet. Terrorist’s wives are individuals which not always have same thought with the husband. Eventhough they have high conformity level, not all of them adopt husband’s thought. There are wives that more inclusive or more radical than their husband. This research purpose to know how wives means terror act of husband. Whether they accept or decline. Wive’s interpretation is also explain whether they agree or deny to terror act commontly. The participants of this research are 4 wives of terror convict in Jakarta, Semarang, and Cilacap. The approach used is qualitative with interview method and qualitative thematic analysis as analysis technic. The data is displayed descriptively with excerpts of interview to give strengthening. The result shows that 2 wives think that their husbands’ terror act is right. They handling husbands’ acts are da’wah and struggling for Islam, not terror. 2 others wives think that their husbands are wrong. Their husbands are convicted due to against the law. If husband does not against the law, they will not be convicted. This research also finds that the difficult live which wive facing for convict time of husband is not always linear with declining to terror act.Abstrak — Terorisme menjadi salah satu topik yang banyak dikaji oleh ilmu psikologi setidaknya satu setengah dasawarsa terakhir. Berbagai penelitian telah menjelaskan motivasi, kecenderungan kepribadian, dan struktur berpikir para teroris. Namun penelitian terhadap istri teroris belum banyak dilakukan. Istri teroris adalah individu yang tidak selalu memiliki pemikiran sama dengan suami. Meskipun memiliki kepatuhan yang tinggi, tidak semuanya mengadopsi faham suami. Ada istri yang lebih inklusif, ada pula yang lebih radikal dari suami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana istri memaknai tindakan teror suami. Apakah mereka membenarkan atau menyalahkan. Pemaknaan istri sekaligus dapat mendeskripsikan apakah mereka setuju atau menolak tindakan teror. Partisipan penelitian adalah 4 istri narapidana teror (napiter) di Jakarta, Semarang, dan Cilacap. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode wawancara dan qualitative thematic analysis sebagai teknik analisis. Data disajikan secara deskriptif disertai kutipan-kutipan hasil wawancara untuk memberikan penguatan. Hasil penelitian menunjukkan 2 istri memandang tindakan terorisme suaminya benar. Mereka memaknai tindakan suami adalah dakwah dan perjuangan Islam, bukan teror. Dua istri lainnya memandang suaminya yang salah. Suami ditangkap karena melanggar hukum. Jika tidak melanggar hukum suami mereka tidak akan di penjara. Penelitian juga menemukan bahwa kesulitan yang dialami istri selama masa tahanan suami tidak selalu linier terhadap penolakan terhadap tindakan teror.
Pemaknaan istri narapidana teror terhadap tindakan suami Rufaidah, Any; Sarwono, Sarlito W.; Putra, Idhamsyah Eka
Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology Vol 4 No 1 (2017)
Publisher : Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jpu55

Abstract

Terorisme menjadi salah satu topik yang banyak dikaji oleh ilmu psikologi setidaknya satu setengah dasawarsa terakhir. Berbagai penelitian telah menjelaskan motivasi, kecenderungan kepribadian, dan struktur berpikir para teroris. Namun penelitian terhadap istri teroris belum banyak dilakukan. Istri teroris adalah individu yang tidak selalu memiliki pemikiran sama dengan suami. Meskipun memiliki kepatuhan yang tinggi, tidak semuanya mengadopsi faham suami. Ada istri yang lebih inklusif, ada pula yang lebih radikal dari suami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana istri memaknai tindakan teror suami. Apakah mereka membenarkan atau menyalahkan. Pemaknaan istri sekaligus dapat mendeskripsikan apakah mereka setuju atau menolak tindakan teror. Partisipan penelitian adalah 4 istri narapidana teror (napiter) di Jakarta, Semarang, dan Cilacap. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode wawancara dan qualitative thematic analysis sebagai teknik analisis. Data disajikan secara deskriptif disertai kutipan-kutipan hasil wawancara untuk memberikan penguatan. Hasil penelitian menunjukkan 2 istri memandang tindakan terorisme suaminya benar. Mereka memaknai tindakan suami adalah dakwah dan perjuangan Islam, bukan teror. Dua istri lainnya memandang suaminya yang salah. Suami ditangkap karena melanggar hukum. Jika tidak melanggar hukum suami mereka tidak akan di penjara. Penelitian juga menemukan bahwa kesulitan yang dialami istri selama masa tahanan suami tidak selalu linier terhadap penolakan terhadap tindakan teror.
Komentar dan arah masa depan riset meta-prasangka dan pendekatan human nature Putra, Idhamsyah Eka
Jurnal Psikologi Sosial Vol 23 No 2 (2025): Agustus
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jps.2025.11

Abstract

This paper discusses the concept of meta-prejudice and the Human Nature approach, including the research conducted and the findings obtained. Starting from the idea of meta-beliefs, Putra developed the concept of meta-prejudice to examine prejudice and intergroup hatred. Unlike Putra (2014), Cahyaningtyas (2015) applied this concept to the realm of male-female relations, particularly in relation to the feminist movement. Furthermore, based on the belief of some lay people that humans are inherently good, Putra (Putra et al., 2018; 2022) developed the Human Nature approach, which is expected to reduce prejudice and intergroup hatred. Most empirical findings so far support this hypothesis. Adopting this concept, Syarif (2025) then examined it in the context of postnatal trauma in fathers. This paper specifically reviews the studies conducted by Cahyaningtyas and Syarif in more detail. In addition, this article also discusses the advantages and limitations of both the meta-prejudice concept and the Human Nature approach, and offers possible directions for further research that can be developed in the future.