Sidhi Laksono
Faculty of medicine of UHAMKA

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Diagnosis and Management of Severe Peripartum Cardiomyopathy: Diagnosis dan Manajemen Kardiomiopati Peripartum Berat Sidhi Laksono; Ananta S. Prawara; Reynaldo Halomoan
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume 9 No. 4 October 2021
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32771/inajog.v9i4.1459

Abstract

Objective: To describe the diagnosis and management of severe peripartum cardiomyopathyMethods: A case report.Case: A 35-year-old woman presented with dyspnea and leg edema. The patient gave birth 3 months ago. The hemodynamic was unstable and the physical examination showed a mild rhonchi in the basal of the lung and pansystolic murmur in the apex. Echocardiography showed a dilated heart chamber and reduced ejection fraction (30%). The patient was diagnosed as severe PPCM. The initial management was to stabilize the patient using furosemide, catecholamine, and vasopressor administration. After the patient’s condition was stable, ramipril, bisoprolol, and bromocriptine were given as heart failure therapy.Conclusions: Patient with suspicion of PPCM should be managed thoroughly from detailed history taking to proper diagnostic testing such as echocardiography. Prompt treatment of severe PPCM according to the guideline will improve the cardiac function.Key words: catecholamines, echocardiography, peripartum cardiomyopathy, pregnancy, vasopressor. Abstrak Tujuan: Untuk mendeskripsikan mengenai diagnosis dan manajemen pasien pada kasus kardiomiopati peripartum yang berat.Metode: Laporan kasus.Kasus: Seorang Perempuan 35 tahun datang dengan dispnea dan edema tungkai. Pasien melahirkan 3 bulan lalu. Hemodinamik tidak stabil dan pemeriksaan fisik menunjukkan ronki ringan di basal paru dan murmur pansistolik di apeks. Ekokardiografi menunjukkan dilatasi ruang jantung dan fraksi ejeksi berkurang (30%). Pasien didiagnosis dengan PPCM berat. Penatalaksanaan awal adalah menstabilkan pasien dengan pemberian furosemid, katekolamin, dan vasopresor. Setelah kondisi pasien stabil, diberikan ramipril, bisoprolol, dan bromokriptin sebagai terapi gagal jantung.Kesimpulan: Pasien dengan kecurigaan PPCM harus dikelola secara menyeluruh mulai dari anamnesa yang rinci hingga uji diagnostik yang tepat seperti ekokardiografi. Pengobatan segera untuk PPCM derajat berat yang sesuai dengan pedoman akan meningkatkan fungsi jantung.Kata kunci: ekokardiografi, kardiomiopati peripartum, katekolamin, kehamilan, vasopressor.
Metode Konsumsi dalam Pengelolaan Persediaan Obat, Alkes BHP dan APD di Laboratorium Kateterisasi RS selama Pandemi Sidhi Laksono
Unram Medical Journal Vol 10 No 4 (2021): Jurnal Kedokteran Volume 10 nomor 4 (Desember) 2021
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v10i4.575

Abstract

COVID-19 merupakan masalah yang dihadapi tidak hanya di Indonesia tetapi juga seluruh dunia. Dengan meningkatnya angka infeksi COVID-19 di masyarakat akan mengubah pelayanan Rumah Sakit (RS), dimana akan menerapkan promosi kesehatan yang ketat di lingkungan RS. Selain itu, RS selama pandemi ini seharusnya bersiap dalam memenuhi ketersediaan obat dan alat kesehatan terutama alat pelindung diri (APD) yang akan dipakai oleh tenaga kesehatan. Semua bidang pelayanan di RS seharusnya bersiap menghadapi pandemi ini, tidak kecuali pada layanan kateterisasi jantung. Unit kateterisasi jantung pada awal pandemi tidak melakukan pelayanan untuk mencegah penyebaran Covid-19, akan tetapi selanjutnya dibuka pelayanan unit tersebut dengan beberapa persyaratan. Dengan dibukanya layanan pada unit kateterisasi jantung, dibutuhkan obat, alat kesehatan bahan habis pakai dan APD yang tepat selama pandemi ini. Manajemen logitik RS terutama instalasi farmasi RS (IFRS) berperan dalam pengelolaan dan penyediaan obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan di RS. Diperlukan metode tertentu dalam pengelolaan tersebut, salah satunya dengan metode konsumsi. Makalah ini akan memberikan gambaran umum pengelolaan obat menggunakan metode konsumsi di laboratorium kateterisasi RS selama pandemi.
A Case of Heart Failure due to Triple Vessel Coronary Artery Disease: Role of General Practitioner Muslimin Budiman Satryanto; Sidhi Laksono
Saintika Medika Vol. 18 No. 2 (2022): December 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.Vol18.SMUMM2.17370

Abstract

Heart failure with reduced ejection fraction (HFrEF) is a complex clinical syndrome characterized by a left ventricular ejection fraction ≤ of 40%. Primarily the etiology of heart failure is due to coronary artery disease (CAD). Patients with multivessel disease are considered for revascularization procedures with coronary artery bypass grafting (CABG). We report patient with HFrEF due to three-vessel disease (3VD) is not indicated for revascularization and only gets a conservative therapy to improve the patient's quality of life. A 52-year-old man visited the cardiologist to get control his condition. The patient experienced shortness of breath, heartburn, cold sweat, and fatigue. The physical and blood examination was normal, electrocardiography showed fragmented QRS complex, V1-V3 poor R waves progression, and V5-V6 T waves inverted. The echocardiography showed a result of ejection fraction is only 30%. He was treated with acetylsalicylic acid, bisoprolol, valsartan, furosemide, nitroglycerin, spironolactone, and isosorbide dinitrate. Treatment with CABG was not carried out. The ejection fraction was raised to 40% and he was clinically improved. HFrEF due to CAD3VD could be treated with fully conservative therapy and not indicated for revascularization treatment because of coronary anatomy and myocardial viability. A comprehensive approach should be evaluated by Heart Team.
TROMBOSITOPENIA TROMBOSIS IMUN TERINDUKSI VAKSIN COVID-19 Sidhi Laksono
Jambi Medical Journal : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol. 10 No. 1 (2022): Jambi Medical Journal: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.319 KB) | DOI: 10.22437/jmj.v10i1.14437

Abstract

Vaksinasi COVID-19 merupakan usaha terhadap mengurangi gejala berat akibat pandemi COVID-19. Vaksin COVID-19 telah dikembangkan dan diedarkan serta dilaksanakan di dunia, dengan efektivitas dan keamanan yang teruji. Namun, beberapa laporan menyebutkan adanya kejadian yang merugikan setelah vaksinasi, yaitu trombosis atipikal dan trombositopenia. Kejadian tersebut dinamakan Trombositopenia Trombosis Imun Terinduksi Vaksin (TTITV) COVID-19. Walaupun laporan TTITV sangat kecil dan tidak berefek terhadap keseluruhan manfaat imunisasi, namun jika tidak ditangani secara tepat dapat mengancam nyawa. Artikel ini akan membahas secara singkat mengenai TTITV dari insidensi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis dan terapi. Diharapkan dapat memberi kewaspadaan akan TTITV paska vaksinasi.  Kata kunci: diagnosis, gejala klinis, insidensi, patogenesis, dan terapi TTITV