Uleng Bahrun
Bagian Ilmu Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas, Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Cermin Dunia Kedokteran

Hasil Positif Palsu Tes Morfin pada Skrining Urin Narkoba Diduga Akibat Rifampisin Liong Boy Kurniawan; Yuyun Widaningsih; Nurhayana Sennang; Uleng Bahrun; Mansyur Arif
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 1 (2015): Neurologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v42i1.1054

Abstract

Hasil positif palsu pada tes skrining urin narkoba dengan metode imunologi jarang terjadi. Pemastian hasil memerlukan anamnesis yang baik mengenai konsumsi obat dan konfirmasi dengan tes yang lebih spesifik, biasanya dengan metode kromatografi gas/spektrometri massa. Beberapa substansi dilaporkan dapat menyebabkan hasil positif palsu. Dilaporkan satu kasus laki-laki 18 tahun dengan hasil positif morfin (tes urin narkoba) menggunakan metode imunologi kompetitif. Setelah anamnesis ketat diketahui bahwa pasien tersebut dalam pengobatan rifampisin selama 6 bulan karena tuberkulosis dan tidak pernah mengkonsumsi narkoba. Sampel urin berwarna kemerahan (hasil ekskresi metabolit rifampisin melalui urin). Diperlukan konfirmasi pasti dengan metode lebih spesifik dengan kromatografi gas/spektrometri massa (standar baku emas).False positive reports on urine drug screening using immunoassay method are rare. Confirmation should be done through detailed anamneses on consumed drugs that may interfere result and perform test with more specific method such as gas chromatography/mass spectrometry (GC-MS). Some substances have been reported as the causes of false positive test. A case reported to have positive on morphine urine drug test using competitive immunoassay from an 18 year-old male. The patient was on 6-month rifampicin treatment for tuberculosis and had no history of substance abuse. The urine sample was reddish due to rifampicin metabolite excretion. Confirmation with gas chromatography/mass spectrometry method should be performed as gold standard.
Penanda Tumor untuk Diagnosis Karsinoma Kaput Pankreas Irmayanti -; Uleng Bahrun; A.M. Luthfi Parewangi; Ibrahim Abd. Samad
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 3 (2018): Muskuloskeletal
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v45i3.192

Abstract

Pendahuluan. Karsinoma kaput pankreas cenderung terjadi pada usia lanjut dan merupakan penyebab kematian keempat akibat keganasan. Diagnosis karsinoma kaput pankreas ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi. Kasus. Karsinoma kaput pankreas pada pasien ini menyebabkan obstruksi aliran empedu, sehingga terjadi kolestasis disertai peningkatan CEA dan CA 19-9 yang sangat tinggi.
Penanda Tumor untuk Diagnosis Karsinoma Kaput Pankreas Irmayanti; Uleng Bahrun; A.M. Luthfi Parewangi; Ibrahim Abd. Samad
Cermin Dunia Kedokteran Vol. 45 No. 3 (2018): Muskuloskeletal
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v45i3.820

Abstract

Pendahuluan. Karsinoma kaput pankreas cenderung terjadi pada usia lanjut dan merupakan penyebab kematian keempat akibat keganasan. Diagnosis karsinoma kaput pankreas ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi. Kasus. Karsinoma kaput pankreas pada pasien ini menyebabkan obstruksi aliran empedu, sehingga terjadi kolestasis disertai peningkatan CEA dan Ca 19-9 yang sangat tinggi.   Introduction. Head pancreatic carcinoma tends to occur during old age and it is the fourth leading cause of death due to malignancy. Diagnosis is made based on history, physical examination, laboratory investigations and radiology. Case. The head pancreatic carcinoma in this patient led to bile flow obstruction, causing cholestasis accompanied with pronounced increased CEA and Ca 19-9 value.