Yusnita Yusnita
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

IDENTIFIKASI KARAKTER KUANTITATIF DAN KUALITATIF BEBERAPA VARIETAS TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) Andrian Nurhuda; Yusnita Yusnita; Dwi Hapsoro
Jurnal Agrotek Tropika Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.22 KB) | DOI: 10.23960/jat.v5i2.1829

Abstract

Identifikasi karakter kuantitatif dan kualitatif tanaman merupakan tahapan dasar yang sangat penting dalam program pemuliaan tanaman tak terkecuali tanaman tomat. Hal ini menjadi dasar pertimbangan suatu varietas ataupun klon sebagai sumber tetua dalam program pemuliaan tanaman. Penelitian dilakukan di Desa Airnaningan, Kec. Airnaningan, Kab. Tanggamus, Lampung dari bulan April hingga bulan Juli 2016. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), pengelompokan didasarkan pada letak petakan. Perlakuan tunggal yang digunakan adalah empat varietas tomat introduksi yaitu Celebrity, Ponderosa Red Beef Steak (RBS), Martino’s Roma, Marglobe, dan satu varietas nasional yaitu Zambrud dengan 3 kali pengulangan, setiap satuan percobaan terdiri dari 2 tanaman. Perbedaan karakter kuantitatif diuji menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf beda nyata 5%, sedangkan untuk karakter kualitatif dicocokan dengan keriteria IPGRI. Hasil penelitian menunjukkanbahwa kelima varietas tersebut memiliki beberapa perbedaan karakter kuantitatif dan kualitatif, varietas nasional Zambrud memiliki keunggulan karakter generatif berupa rataan jumlah buah tertinggi yaitu 18 buah/tanaman, selanjutnya varietas Marglobe memiliki keunggulan generatif berupa ukuran lingkar buah mencapai 20 cm sedangkan pada karakter kualitatif varietas Martino’s Roma memiliki bentuk buah unik yaitu pyriform. Karakter varietas introduksi yang identifikasi memiliki perbedaan karakter dibandingkan karakter dari literatur. Perbedaan karakter terdapat pada tinggi tanaman, bobot per buah, umur panen, jumlah lokus dan ukuran buah. Perbedaan iklim tumbuh berupa suhu dan panjang hari diduga menjadi faktor perubahan karakter yang muncul, selain itu iklim pada waktu tanam yang buruk berupa intensitas hujan tinggi menjadi faktor penghambat lain bagi tanaman untuk memunculkan potensi genetik secara maksimal.
PENGARUH 2-iP, BA, 2,4-D, DAN TDZ PADA EMBRIOGENESIS SOMATIK IN VITRO KOPI ROBUSTA UNGGUL LAMPUNG Dwi Hapsoro; Dwi Setiawan; Rahmadyah Hamiranti; Yusnita Yusnita
Jurnal Agrotek Tropika Vol 7, No 3 (2019): JAT September 2019
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2030.843 KB) | DOI: 10.23960/jat.v7i3.3545

Abstract

Pengaruh 2-iP, BA, 2,4-D, dan TDZ pada Embriogenesis Somatik In Vitro Kopi Robusta Unggul Lampung. Embriogenesis somatik in vitro kopi Robusta terdiri dari empat tahap: induksi kalus primer, induksi kalusembriogenik, regenerasi embrio somatik, dan regenerasi planlet. Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap pembentukan kalus primer kopi Robusta unggul Lampung klon Komari. Eksplan potongan daun ditanam pada media induksi kalus primer dengan penambahan (mg/l): BA 1; 2-iP 1; 2-iP 1 + 2,4-D 0,5 ;2-iP 1 + 2,4-D 1 ;TDZ 1 + 2,4-D 0,5; dan TDZ 1 + 2,4-D 1 sebagai perlakuan. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan, 3 botol kultur per ulangan, 5 eksplan per botol. Hasil percobaan menunjukkan, pada 4 minggu setelah tanam, semua perlakuan dapat menginduksi kalus primer 100%, namun waktu terbentuknya kalus pertama kali dan bobot segar kalus primer berbeda-beda. Kalus primer paling cepat terbentuk pada perlakuan 2-iP (14,7 hari setelah tanam), sedangkan paling lambat (16,0-16,3) pada perlakuan TDZ + 0,5-1,0 mg/L 2,4-D dan BA 1 mg/l. Bobot segar kalus primer tertinggi didapat pada perlakuan 2-iP + 2,4-D (96-110 mg/eksplan) dan terkecil pada perlakuan 2-iP atau BA saja (24-18 mg/eksplan). Kalus primer berkembang menjadi kalus embriogenik waktu dipindah ke media induksi kalus embriogenik. Subkultur kalus embriogenik ke media regenerasi menghasilkan embrio somatik.
PENGARUH BENZILADENIN DAN VITAMIN B TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGREK DENDROBIUM Dea Resty Noventa; Sri Ramadiana; Rugayah Rugayah; Yusnita Yusnita
Jurnal Agrotek Tropika Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (45.321 KB) | DOI: 10.23960/jat.v2i3.2047

Abstract

Dendrobium adalah salah satu anggrek epifit yang banyak diminati oleh masyarakat. Permintaan anggrek Dendrobium semakin meningkat setiap tahunnya, akan tetapi anggrek memiliki tipe pertumbuhan yang lambat sehingga untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya, anggrek membutuhkan zat pengatur tumbuh. Selain itu, anggrek juga membutuhkan vitamin sebagai katalisator dalam proses metabolisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi benziladenin terhadap pertumbuhan bibit anggrek Dendrobium yang berasal dari bibit botolan, pemberian vitamin B terhadappertumbuhan bibit anggrek Dendrobium yang berasal dari bibit botolan, dan ada atau tidaknya interaksi antara peningkatan konsentrasi benziladenin dan vitamin B terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Maret sampai September 2013. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan disusun secara faktorial (3x2). Faktor pertama adalah konsentrasi BA 20; 40; dan 60 mg/l dan faktor kedua adalah vitamin B 0 g/l (tanpa vitamin B) dan vitamin B 1 g/l. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali dan masing-masing percobaan terdiri dari 10 bibit anggrek Dendrobium dengan sampel percobaan 5 bibit tanaman. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett. Apabila kedua asumsi terpenuhi dilanjutkan dengan analisis ragam dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan BA 20 mg/l menghasilkan pertumbuhan terbaik tanaman jika dibandingkan dengan BA 40 dan 60 mg/l. Penambahan vitamin B 1 g/l tidak menunjukkan pertumbuhanyang lebih baik jika dibandingkan dengan tanpa vitamin B. Interaksi terbaik didapat pada perlakuan BA 20 mg/l dengan tanpa vitamin B, yaitu pada variabel pengamatan penambahan tinggi tanaman, jumlah akar, panjang akar, dan bobot basah.
PENGARUH APLIKASI KOMBINASI NAA (Naphtaleneacetic Acid) Dan IBA (Indole Butyric Acid) TERHADAP PENGAKARAN SETEK LADA (Piper nigrum Linn) VARIETAS NATAR 1 Dita Dani Artha; Yusnita Yusnita; Sugiatno Sugiatno
Jurnal Agrotek Tropika Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.235 KB) | DOI: 10.23960/jat.v3i1.1879

Abstract

Lada merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia.  Setek merupakan perbanyakan tanaman yang efektif dan efisien dalam budidaya tanaman lada.  Salah satu kendala dalam perbanyakan tanaman dengan setek yaitu sulitnya mendapatkan bahan tanaman dalam jumlah yang banyak dan berkualitas.  Salah satu cara untuk mendapatkan bahan tanaman dalam jumlah yang banyak yaitu dengan menggunakan setek lada 6—8 buku.  Pemberian auksin pada setek lada dapat meningkatkan pembentukan akar.  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh aplikasi campuran auksin NAA dan IBA pada konsentrasi berbeda terhadap pengakaran setek lada,  mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi campuran NAA dan IBA terhadap pengakaran setek lada, dan menentukan konsentrasi campuran auksin NAA dan IBA yang optimum untuk pembentukan akar setek lada. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tujuh perlakuan. Perlakuan yang dicobakan adalah kontrol (tanpa auksin), 500 ppm (250 NAA +250 IBA), 1000 ppm (500 NAA +500 IBA), 2000 ppm (1000 NAA+1000 IBA), 4000 ppm (2000 NAA +2000 IBA), 6000 ppm (3000 NAA +3000 IBA), 8000 ppm (4000 NAA+4000 IBA), masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Auksin yang digunakan dalam bentuk powder mixture. Setiap satuan percobaan terdiri atas sepuluh setek batang. Data yang dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA).  Perbedaan nilai tengah masing-masing perlakuan diuji dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian campuran NAA dan IBA  mulai 500 ppm hingga 8000 ppm secara signifikan  meningkatkan jumlah akar, dengan jumlah akar terbanyak terdapat pada perlakuan 1000 ppm. Pemberian campuran NAA dan IBA  mulai dari 500 ppm hingga 8000 ppm secara signifikan meningkatkan panjang akar primer dan bobot segar akar dengan akar terpanjang dan bobot akar tertinggi terdapat pada perlakuan 6000 ppm. Berdasarkan morfologi akar, panjang akar, dan bobot akar, pemberian campuran NAA dan IBA 6000 ppm merupakan perlakuan terbaik untuk merangsang pembentukan akar pada setek lada varietas Natar 1. Tanpa auksin setek lada tidak dapat membentuk akar di dasar setek. Aplikasi campuran auksin NAA dan IBA mulai dari 500 ppm  hingga 8000 ppm merangsang pembentukan akar pada dasar setek dengan persentase tertinggi didapat pada perlakuan campuran NAA dan IBA 8000 ppm.