Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN TERHADAP POPULASI WERENG JAGUNG DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Rosma Hasibuan; Dewi Retnosari; Nur Yasin; Purnomo Purnomo; Lestari Wibowo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 9, No 1 (2021): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 9, JANUARI 2021
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v9i1.4799

Abstract

Ledakan populasi hama wereng jagungmerupakan fenomena baru di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung.  Serangan hama ini telah menyebabkan tanaman jagung menjadi puso (hopperburn) dan menyebabkan gagal panen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh beberapa teknik pengendalian terhadap populasi hama wereng jagung,(2) teknik pengendalian yang efektif dalam menurunkan populasi hama wereng jagung, dan (3) jumlah daun teroviposisi.Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan di Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan, yaitu aplikasi insektisida kimia sintetik klorpirifos + sipermetrin 2 ml/l, aplikasi insektisida kimia sintetik sipermetrin 2 ml/l, aplikasi n insektisida nabati Tithonia diversifolia 3 ml/l, aplikasi cendawan entomopatogen Metarhizium anisopliae 20 g/l, aplikasi pengendalian mekanik perangkap plastik mika bening berperekat ukuran 2,5 m x 0,5 m, dan control dan setiap perlakuan  diulang tiga kali.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi hama wereng jagung yang telah diaplikasikan satu kali dengan kelima jenis teknik pengendalian nyata lebih rendah dibandingkan dengan kontrol pada pengamatan 2, 3, dan 14 HSA (hari setelah aplikasi).Sedangkan pada aplikasi dua kali,  kelima aplikasi teknik pengendalian yang diterapkan berpengaruh nyata terhadap populasi hama wereng jagung pada setiap hari pengamatan.  Dari seluruh teknik pengendalian, aplikasi insektisida kimia sintetik klorpirifos + sipermetrin dan insektisida kimia sintetik bahan aktif lambda sihalotrin efektif menurunkan populasi hama wereng jagung. Jumlah daun teroviposisi oleh hama wereng sangat berfluktuasi tergantung pada jenisteknik aplikasi dan waktu pengamatan.
PENGARUH PESTISIDA BOTANI TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) SERTA KETERJADIAN PENYAKIT MOLER PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) Annisa Lesmana; Suskandini Ratih Dirmawati; Lestari Wibowo; Agus Muhammad Hariri
Jurnal Agrotek Tropika Vol 12, No 2 (2024): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 12, Mei 2024
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v12i2.8442

Abstract

Budidaya bawang merah pada umumnya tidak luput dari serangan hama dan patogen yang  menyebabkan penurunan produksi. Hama dan patogen yang sering dijumpai pada tanaman bawang merah diantaranya yaitu ulat grayak (Spodoptera litura) dan penyakit moler yang  disebabkan oleh patogen Fusarium acutatum.Pengendalian ramah lingkungan menggunakan pestisida botani terhadap budidaya bawang merah bertujuan menghindarkan dari resistensi hama penyakit.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pestisida botani berupa konsentrasi 5% masing masing ekstrak daun sirsak, daun babadotan, daun kenikir, dan daun kipahit terhadap ulat grayak dan penekanan keterjadian penyakit moler pada tanaman bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan, Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan serta di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan April hingga Juni 2019. Penelitian dirancang pada Acak Kelompok (RAK)meliputi 6 perlakuan dengan 3 ulangan. Faktor perlakuan terdiri dari P0 (Kontrol), P1 (Tanaman sehat), P2 (5% ekstrak kasar daun sirsak), P3 (5% ekstrak kasar daun babadotan), P4 (5% ekstrak kasar daun kenikir), P5 (5% ekstrak kasar daun kipahit). Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet, analisis ragam dan dilanjutkan uji  Beda Nyata Terkecil pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva ulat grayak (S. litura)  bertahan hidup di polibag sampai hari ke 2 setelah aplikasi pestisida botani konsentrasi 5% masing masing ekstrak kasar daun sirsak, daun babadotan, daun kenikir, dan daun kipahit.   Pengaruh pestisida botani ekstrak kasar daun babadotan, kenikir, dan kipahit pada konsentrasi 5% nyata memperlambat  masa inkubasi penyakit moler.   Pestisida botani ekstrak kasar daun babadotan, kenikir, dan kipahit pada konsentrasi 5% nyata menekan keterjadian penyakit moler pada tanaman bawang merah (antara 10% hingga 28%).
PERSEPSI PENGELOLAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) OLEH MASYARAKAT DESA HANURA, KABUPATEN PESAWARAN, LAMPUNG Gunardi Djoko Winarno; Irwan Effendi; Farida Fathul; Lestari Wibowo
Journal of People, Forest and Environment Vol. 2 No. 2 (2022): November
Publisher : University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jopfe.v2i2.6016

Abstract

Management of Non-Timber Forest Products (NTFPs) by the people of Hanura Village, Pesawaran Regency, Lampung in the Wan Abdul Rachman Forest Park is still limited to plants such as durian, Tangkil, areca nut, sugar palm, candlenut and other top canopy plants that cannot be relied for support basic household needs. On the other hand, the potential for understorey tree stands in forest areas has not been widely utilized for seasonal or commercial undergrowth species, due to farmers allegedly have not known yet about species of food crops which economically viable under stands. Meanwhile, farmers only know food crops for instance rice, corn, soybeans, cassava, sweet potatoes which can not be planted in forest areas. The effort to alleviate poverty and improve the welfare is through the development of porang plants which can be planted under mixed forest stands. For this reason, it is necessary to introduce and train porang to equalize their perceptions. The research method using Focus Group Discussion (FGD) and distributing questionnaires to 15 farmers. The results showed that the respondents in general were familiar with the porang plant, although not deeply. However, not many people know about porang development, so they are motivated to learn more, starting from nurseries, planting to harvesting.