Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

URGENSI UNDANG-UNDANG PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Djamil, Fathurrahman
Jurnal Hukum Bisnis Vol. 5 No. 6 (2017)
Publisher : jurnalhukumbisnis.com

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Urgensi Undang-undang Perbankan Syariah di Indonesia
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Oleh BPJS Kesehatan Dalam Perspektif Syariah Iwan Subandi; Fathurrahman Djamil
Liquidity: Jurnal Riset Akuntansi dan Manajemen Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32546/lq.v6i2.28

Abstract

Health is the basic right for everybody, therefore every citizen is entitled to get the health care. In enforcing the regulation for Jaringan Kesehatan Nasional (National Health Supports), it is heavily influenced by the foreign interests. Economically, this program does not reduce the people’s burdens, on the contrary, it will increase them. This means the health supports in which should place the government as the guarantor of the public health, but the people themselves that should pay for the health care. In the realization of the health support the are elements against the Syariah principles. Indonesian Muslim Religious Leaders (MUI) only say that the BPJS Kesehatan (Sosial Support Institution for Health) does not conform with the syariah. The society is asked to register and continue the participation in the program of Social Supports Institution for Health. The best solution is to enforce the mechanism which is in accordance with the syariah principles. The establishment of BPJS based on syariah has to be carried out in cooperation from the elements of Social Supports Institution (BPJS), Indonesian Muslim Religious (MUI), Financial Institution Authorities, National Social Supports Council, Ministry of Health, and Ministry of Finance. Accordingly, the Social Supports Institution for Helath (BPJS Kesehatan) based on syariah principles could be obtained and could became the solution of the polemics in the society.
PENGEMBANGAN DAN INOVASI PRODUK LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA (KAJIAN TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH DAN HUKUM POSITIF) Fathurrahman Djamil
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam Vol 15, No 2 (2016): Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kordinat.v15i2.6327

Abstract

Pengembangan dan Inovasi Produk Lembaga Keungan Syariah di Indonesia (Studi tentang Transaksi Berbasis Syariah dan Hukum Positif). Pelaku bisnis industri Keuangan Syariah seringkali mempersoalkan istilah dan konsep syariah apabila dihubungkan dengan nasabah yang concern pada aspek hukum positif. Sebagai ilustrasi istilah perjanjian dalam transaksi di LKS sering diasosiasikan dengan istilah akad saja. Padahal dalam syari ah boleh jadi ada yang masih dalam kategori wa’ad yang di kalangan pelaku industri disamakan persis dengan akad. Secara substantif antara akad dan kontrak dalam perjanjian syariah di lembaga keuangan syariah memiliki kesamaan, hanya beberapa bagian tertentu saja yang terdapat perbedaan sesuai dengan latar belakang dan kerangka pendekatan hukum yang berbeda, misalnya dalam hal jual beli dan pengikatan jaminan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi disharmoni maka dalam pengembangan dan inovasi produk serta transaksi keuangan syariah di lembaga keuangan syariah, semua pemangku kepentingan untuk selalu berupaya mensinergikan dan mengharmonisasikan antara hukum ekonomi syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada.
MENCARI FORMAT HUKUM ISLAM YANG PROGRESIF BERKEARIFAN LOKAL: PENDEKATAN SOCIO-CULTURAL DAN MAQASHID AL SYARIAH Fathurrahman Djamil
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam Vol 16, No 1 (2017): Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kordinat.v16i1.6450

Abstract

Mencari Format Hukum Islam yang Progresif Berkearifan Lokal: Pendekatan Socio-Cultural dan Maqashid Al Syariah. Hukum Islam adalah hukum yang akan senantiasa cocok dengan segala perkembangan zaman dan tempat (shalihun likulli zaman wa makan). Hanya saja, terkadang dalam penerapannya terdapat juga masalah-masalah yang sulit dikompromikikan jika tidak menggunakan pendekatan baru. Penggunaan pendekatan sosiocultural dan pendekatan ushul fiqh, khususnya Maqashid al-Syariah dalam mengkaji syariah sangat dibutuhkan terutama untuk mendapatkan format syariah yang apresiatif terhadap tradisi dan budaya masyarakat muslim di seluruh belahan dunia. Pendekatan socio-historis kalau dicermati dalam sejarah perkembangan ilmu fikih dan ushul fikih, sudah dilakukan oleh para fukaha
Hubungan Antara Konsep Baik dan Buruk Dalam Ilmu Kalam Dengan Konsep Maslahat Dalam Hukum Islam Fathurrahman Djamil
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies No 63 (1999)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.2022.3763.63-76

Abstract

There is a hypothesis that a theological school belongs to a Muslim influences his or her thought in uṣūl al-fiqh (foundation of "Islamic jurisprudence). This paper will focus on Mu'tazila and Asy'ariya. Mu'tazila concept on 'aql or Reason is clear that reason can distinguish between good and bad. This concept is a result of their interest in philosophy that may influence their thought. Therefore, the Mu'tazilite believe in the ability of reason in understanding everything and it brings them to a statement "reason before law", which means reason should stay before the"syara" or law. For this reason, they agree that before the existence of law, a reasonful person can distinguish between good and bad. One of Mu'tazila principles is adala (God justice), that one of its interpretations is that God does not wish the bad. As a result, Mu'tazila believe that. God created all things based on purpose and wisdom. From this point, there seems to be a relation between their teachings and their theories on " uṣūl al-fiqh” When there is a conflict between naṣ and reason, they take reason before naṣ. Furthermore, they believe that God created the creatures on the basis of purpose, and so what happens to His legislation. This concept has a direct influence to the concept of maṣlaha that becomes illa in legislation. Different from Mu'tazila, Ahl al-sunnah wal-Jamā'a sees that good and bad cannot be understood by reason itself. In addition they say that God created all creatures not on the basis of purpose, and also God desires good and bad. These principles relate to their theories on uṣūl al-fiqh; e.q. when a conflict between naṣ and reason emerges, they give priority to nap. They neglect maṣlaha in their canonical thought. Even though, the hypothesis of the relation between theological unrestrictedly. That happens to Al-Juwayni and al-Razi who were Asy'arites but had different thoughts in uṣūl al-fiqh. 
The Progressiveness of Sharia Economic Fatwas: Direction of Islamic Legal Thoughts within NU and Muhammadiyah Arsadani, Qosim; Djamil, Fathurrahman; Jahar, Asep Saepudin; Sholeh, M. Asrorun Niam
AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah Vol. 24 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ajis.v24i1.37775

Abstract

This research aims to analyze the Islamic legal thoughts of Nahdlatul Ulama (NU) and Muhammadiyah concerning Islamic economics in Indonesia. The research is based on fatwa documents from Lembaga Bahtsul Masail NU  and  Majelis Tarjih Muhammadiyah from 2000 to 2019. This study found that the method of ijtihād used by NU has shifted from a textual-conservative (qawlī) approach to a contextual-progressive and methodological (manhajī) approach. Meanwhile, the method of ijtihād used by Muhammadiyah is characterized as progressive-dynamic, employing three approaches: bayani, taḥlīlī, and istiṣlāḥī. The decisions of LBM NU in Islamic economics predominantly use the qawlī method, followed by the ilḥaqī method, and subsequently, the manhajī method. The qawlī method is most frequently used because it adheres to the procedural stages of NU's traditionalist pattern, where every legal issue is ideally referenced to authoritative madhhab books. If the issue cannot be resolved using the qawlī method, the ilḥāqī and manhajī methods are employed. This indicates that the manhajī method is used when the qawlī and ilḥaqī methods cannot provide a legal answer. On the other hand, Muhammadiyah's MT method in Islamic economics has evolved. Initially, the tarjīḥ methodology was monodisciplinary, referring issues back to the Quran and the Sunnah. Subsequently, the tarjīḥ methodology became monodisciplinary-pretextual by employing various methods. Eventually, the tarjīḥ methodology became multidisciplinary regarding methods, approaches, and techniques. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemikiran hukum Islam Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah tentang ekonomi Islam Indonesia. Penelitian ini bersumber dari dokumen fatwa-fatwa Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU dan Mejelis Tarjih (MT) Muhammadiyah selama periode 2000-2019. Studi ini menemukan bahwa metode ijtihad NU mengalami pergeseran yang awalnya bersifat tekstual-konservatif (qawlī) berubah menjadi kontekstual-progresif dan metodologis (manhajī). Sementara itu, metode ijtihad MT Muhammadiyah bersifat progresif-dinamis dengan tiga pendekatan; bayānī, taḥlilī, dan istiṣlāḥī. Keputusan LBM NU dalam ekonomi Islam lebih banyak menggunakan metode qawlī, disusul oleh metode ilḥāqī, dan selanjutnya metode manhajī. Metode qawlī paling sering digunakan karena mengacu pada tahapan prosedur pola bermazhab NU, dimana setiap persoalan hukum sedapat mungkin merujuk pada kitab-kitab otoritatif mazhab. Jika tidak dapat diselesaikan dengan metode qawlī, maka digunakan metode ilḥāq dan metode manhajī. Ini artinya, metode manhajī digunakan dalam kondisi metode qawlī dan ilḥāq sudah tidak mampu memberikan jawaban hukum. Di sisi lain, metode MT Muhammadiyah dalam ekonomi Islam mengalami evolusi. Pada awalnya, manhaj tarjih bersifat monodisiplin dengan mengembalikan persoalan-persoalan umat kepada al-Quran dan al-Sunnah. Manhaj al-tarjīḥ bersifat monodisiplin-pratekstual dengan menggunakan sejumlah metode. Kemudian, manhaj al-tarjīḥ menjadi multidisiplin baik dari aspek metode, pendekatan, dan teknik.
PENGEMBANGAN DAN INOVASI PRODUK LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DI INDONESIA (KAJIAN TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH DAN HUKUM POSITIF) Djamil, Fathurrahman
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kordinat.v15i2.6327

Abstract

Pengembangan dan Inovasi Produk Lembaga Keungan Syariah di Indonesia (Studi tentang Transaksi Berbasis Syariah dan Hukum Positif). Pelaku bisnis industri Keuangan Syariah seringkali mempersoalkan istilah dan konsep syariah apabila dihubungkan dengan nasabah yang concern pada aspek hukum positif. Sebagai ilustrasi istilah perjanjian dalam transaksi di LKS sering diasosiasikan dengan istilah akad saja. Padahal dalam syari ah boleh jadi ada yang masih dalam kategori wa’ad yang di kalangan pelaku industri disamakan persis dengan akad. Secara substantif antara akad dan kontrak dalam perjanjian syariah di lembaga keuangan syariah memiliki kesamaan, hanya beberapa bagian tertentu saja yang terdapat perbedaan sesuai dengan latar belakang dan kerangka pendekatan hukum yang berbeda, misalnya dalam hal jual beli dan pengikatan jaminan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi disharmoni maka dalam pengembangan dan inovasi produk serta transaksi keuangan syariah di lembaga keuangan syariah, semua pemangku kepentingan untuk selalu berupaya mensinergikan dan mengharmonisasikan antara hukum ekonomi syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada.
MENCARI FORMAT HUKUM ISLAM YANG PROGRESIF BERKEARIFAN LOKAL: PENDEKATAN SOCIO-CULTURAL DAN MAQASHID AL SYARIAH Djamil, Fathurrahman
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kordinat.v16i1.6450

Abstract

Mencari Format Hukum Islam yang Progresif Berkearifan Lokal: Pendekatan Socio-Cultural dan Maqashid Al Syariah. Hukum Islam adalah hukum yang akan senantiasa cocok dengan segala perkembangan zaman dan tempat (shalihun likulli zaman wa makan). Hanya saja, terkadang dalam penerapannya terdapat juga masalah-masalah yang sulit dikompromikikan jika tidak menggunakan pendekatan baru. Penggunaan pendekatan sosiocultural dan pendekatan ushul fiqh, khususnya Maqashid al-Syariah dalam mengkaji syariah sangat dibutuhkan terutama untuk mendapatkan format syariah yang apresiatif terhadap tradisi dan budaya masyarakat muslim di seluruh belahan dunia. Pendekatan socio-historis kalau dicermati dalam sejarah perkembangan ilmu fikih dan ushul fikih, sudah dilakukan oleh para fukaha