Meski Sudan Selatan telah menjadi negara merdeka sejak pemisahan diri dari Sudan bagian utara, wilayah tersebut kembali mengalami gejolak dengan adanya perang sipil di negerinya. Berbagai macam pelanggaran hukum internasional terjadi di Sudan Selatan, yang mengakibatkan banyak korban di pihak sipil, baik korban pembunuhan, pengusiran, pemerkosaan, penculikan, dan masih banyak lagi. Perhatian dunia internasional terbagi dengan adanya konflik internal yang terjadi di Sudan Selatan. Pelanggaran-pelanggaran dalam konflik internal tersebut mendorong dunia internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan bantuan lainnya sebagai upaya resolusi konflik. Akan tetapi, setelah beberapa kali usaha gencatan senjata yang mengarah kepada perjanjian perdamaian dilakukan, konflik masih tetap terjadi hingga adanya pertemuan di Addis, Ethiopia berhasil dilakukan, yang menghasilkan pembagian kekuaaan antara Presiden Kiir dan Machar. Riset ini memaparkan tentang penyebab, dampak, dan solusi yang telah dilakukan oleh dunia internasional dan analisis kegagalan-kegagalan negosiasi yang telah dilakukan beberapa kali sejak konflik berlangsung dengan menggunakan pendekatan negosiasi integratif. Riset ini menemukan bahwa pendekatan negosiasi integratif dapat memunculkan kesadaran bagi kedua belah pihak yang berkonflik dan memungkinkan dilakukannya perjanjian perdamaian di antara para pihak. Hal ini didasarkan kepada keadilan dan rasa saling memahami yang ditanamkan dalam negosiasi ini.