Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MIGRASI SIARAN TELEVISI ANALOG KE DIGITAL: ARAH FORMULASI KEBIJAKAN KOMUNIKASI REVISI UNDANG-UNDANG TENTANG PENYIARAN Frendy Christianto Imanuel Siahaan; Guntur F Prisanto; Niken F Ernungtyas; Irwansyah Irwansyah; Syahrul Hidayanto
Jurnal Ranah Komunikasi Vol 4 No 2 (2020): Jurnal Ranah Komunikasi (JRK)
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.235 KB) | DOI: 10.25077/rk.4.2.155-164.2020

Abstract

This research aims to describe the direction of communication policy formulation of the Revision of the Broadcasting Law related to analog to digital broadcast migration. The research approach chosen was qualitative with the method of data collection in the form of interviews and literature studies. Based on the criteria for the formulation of communication policy, it can be interpreted that the Revision of the Broadcasting Law related to the migration of analog to digital broadcasts contains: (1) Global politics and ITU agreements as a policy context, (2) Modern broadcasting technology and the global economy as a policy domain and (3) Frequency efficiency, guaranteeing public rights in broadcasting, and improving the quality of television broadcasting as a communication policy paradigm.
Analisis Semiotika Peran Ayah Dalam Film “Miracle In Cell No 7” Karya Hanung Bramantyo Mouren Arselly Moniaga; Guntur F Prisanto
ARIMA : Jurnal Sosial Dan Humaniora Vol. 1 No. 3 (2024): Februari
Publisher : Publikasi Inspirasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/arima.v1i3.844

Abstract

Seorang ayah dalam keluarga adalah sosok yang paling mengesankan karena dia memiliki komitmen yang fenomenal sebagai kepala keluarga. Ini adalah kondisi sosial yang dirasakan oleh budaya patriarki di mana inisiatif dan kekuasaan terbesar yang dipegang dan dibatasi oleh laki-laki. Film “Miracle In Cell No 7” Karya Hanung Bramantyo ini dibangun karena sangat terkenal di Korea dan banyak negara telah menghadirkan film ini. Kemudian, karena peran ayah sering dijadikan sebagai pemicu utama cerita dan sumber pertengkaran dalam keluarga, karena keanehan tersebut maka eksplorasi ini dikoordinasikan untuk mengetahui bagaimana peran sang ayah yang dibahas dalam Film "Miracle In Cell No 7" Karya Hanung Bramantyo memanfaatkan strategi subyektif dengan paradigma kritis. Penulis memilih lima adegan untuk ditelaah dengan menggunakan metode analisis semiotika John Fiske yang terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu, level realitas, level representasi dan level ideologi. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa paran ayah di representasikan sesuai dengan ciri budaya patriarki privat dan memiliki peran sebagai seorang protector (sebagai seorang pelindung dan pengontrol), decision maker (sebagai seorang pembuat keputusan), provider (sebagai seorang penyedia fasilitas), dan responsibility (sebagai seorang yang memenuhi kebutuhan) kepada keluarganya.