Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK DAN HIDROGEL UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN MIMBA DI SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT (Hydrogel and organic fertilizer utilization to support Neem growth in Sumbawa, West Nusa Tenggara Province) Krisnawati Krisnawati; Anita Apriliani Dwi Rahayu; Ogi Setiawan
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2021.5.2.103-117

Abstract

AbstractNeem (Azadirachta indica A. Juss.) is one of alternative species for critical land rehabilitation in dry regions such as Sumbawa, West Nusa Tenggara. Low soil nutrients and water resources are the limiting factors of critical land in dry regions. Enhancement of critical land carrying capacity to support neem growth through the use of organic fertilizer and hydrogel is needed. The research aims to determine the influence of organic fertilizer and hydrogel utilization on neem growth. The study design used a randomized block design with three replications. Research treatments used in the study were organic fertilizer + hydrogel (PH), organic fertilizer (P), hydrogel (H) and control, without organic fertilizer and hydrogel (K). Utilizations of organic fertilizer and hydrogel was able to increase neem growth and survival rate. Compared to control, the diameter and height growth of neem increased up to 1,2 and 1,3 times, respectively.  Live percentage of neem as the impact of organic fertilizer and hydrogel utilization was more than 70%. Growth and live percentage enhancement were supported by improvements of soil nutrients (N, P and K), C-organic, CEC, bacterial richness and soil moisture as the impact of organic fertilizer and hydrology treatments.AbstrakMimba (Azadirachta indica A. Juss.) merupakan salah satu jenis yang dapat dikembangkan dalam rangka rehabilitasi lahan kritis di daerah kering. Lahan kritis di daerah kering pada umumnya mempunyai faktor pembatas rendahnya unsur hara dan sumberdaya air. Oleh sebab itu diperlukan upaya peningkatan daya dukung lahan untuk pertumbuhan mimba, yaitu dengan pemanfaatan pupuk organik dan hidrogel. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemanfaatan pupuk organik dan hidrogel dalam mendukung pertumbuhan mimba. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah pupuk organik+hidrogel (PH), pupuk organik (P), hidrogel (H) dan kontrol/tanpa pupuk organik dan hidrogel (K). Pemanfaatan pupuk organik atau dikombinasikan dengan hidrogel mampu meningkatkan pertumbuhan dan kemampuan hidup mimba. Pertumbuhan diameter dan tinggi mampu ditingkatkan berturut-turut sampai dengan 1,2 kali dan 1,3 kali perlakuan kontrol, sedangkan kemampuan hidup mencapai lebih dari 70%. Peningkatan pertumbuhan dan kemampuan hidup ini didukung oleh peningkatan kualitas tanah sebagai dampak pemanfaatan pupuk organik dan hidrogel yaitu berupa peningkatan unsur hara makro (N, P dan K), C-organik, KTK, mikroorganisme dan kadar lengas tanah.
PENGARUH PEMANGKASAN TERHADAP PRODUKSI TUNAS PADA KEBUN PANGKAS BIDARA LAUT (Strychnos lucida R Brown) [The Effect of Hedging to The Production of Shoots on The Hedge Orchard of Strychnos lucida R Brown] Krisnawati Krisnawati; Anita Apriliani Dwi Rahayu
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Kehutanan FALOAK
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.924 KB) | DOI: 10.20886/jpkf.2017.1.1.31-38

Abstract

ABSTRACT  Bidara laut (Strychnos lucida R Brown) is a potential of traditional medicinal plant, especially in the area of Bali and NTB. Efficacy of S. lucida wood is used to malaria medicine and stamina enhancer. One way to ensure the supply of raw material of S. lucida, need to be cultivated as plant propagation by cuttings. Vegetative propagation of plants using shoot cuttings needs juvenile plant material. One of way to get it is build the hedge orchard. Hedging techniques are necessary aspect on hedge orchard management whose role is to determine the productivity and quality of the cutting materials. This study aims to determine the effect of stock plant height after hedging (10 cm and 20 cm) to the production of shoots. The study design used completely randomized design. The parameters measured were the number of shoots and length of shoot after four months of observation. The results showed that the difference of stock plant height of S. lucida after hedging affects the number of shoots and length of shoots that was produced. Average of number of shoots that was produced after four months on height of hedging at 20 cm was higher than height of hedging at 10 cm i.e. 2.59 shoots. This was contrasts with an average of length of shoots which produced that height of hedging at 10 cm would indicate that the length of shoots was better than at 20 cm i.e. 8.99 cm.                                                         ABSTRAKBidara laut (Strychnos lucida R Brown) merupakan tumbuhan obat tradisional yang potensial, khususnya di wilayah Bali dan NTB. Khasiat kayu bidara laut antara lain digunakan sebagai obat malaria dan penambah stamina. Salah satu cara untuk menjamin pasokan bahan baku kayu bidara laut, perlu dilakukan budidaya seperti perbanyakan tanaman dengan stek. Perbanyakan tanaman secara vegetatif menggunakan stek pucuk memerlukan bahan tanaman yang juvenil. Salah satu cara untuk mendapatkannya yaitu dengan membangun kebun pangkas. Teknik pemangkasan merupakan aspek yang diperlukan dalam pengelolaan kebun pangkas yang berperan untuk menentukan produktivitas dan kualitas bahan stek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tinggi tanaman induk setelah pemangkasan (10 cm dan 20 cm) terhadap produksi tunas. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Parameter yang diukur adalah jumlah tunas dan panjang tunas setelah 4 bulan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tinggi tanaman induk bidara laut setelah pemangkasan mempengaruhi jumlah tunas dan panjang tunas yang dihasilkan. Jumlah tunas rata-rata yang dihasilkan setelah 4 bulan pemangkasan pada tinggi pangkasan 20 cm lebih baik dibandingkan tinggi pangkasan 10 cm yaitu 2,59 tunas. Hal ini berkebalikan dengan panjang tunas rata-rata yang dihasilkan, tinggi pangkasan 10 cm justru menunjukkan panjang tunas yang lebih baik dibandingkan tinggi pangkasan 20 cm yaitu 8,99 cm.
PERTUMBUHAN BANDENG DI DUA TAMBAK SILVOFISHERY YANG BERBEDA UMUR DI KAWASAN MANGROVE PANTAI UTARA KABUPATEN REMBANG (GROWTH OF MILKFISH IN TWO DIFFERENT AGE SILVOFISHERY FISHPONDS IN MANGROVE AREA IN NORTH COAST OF REMBANG REGENCY) Krisnawati Krisnawati; Erny Poedjirahajoe Poedjirahajoe
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Kehutanan FALOAK
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.892 KB) | DOI: 10.20886/jpkf.2017.1.1.39-49

Abstract

Silvofisherymerupakanpolaagroforestry yang digunakan dalam pelaksanaan program perhutanan sosial dikawasan hutan mangrove. Petani dapat memelihara ikan, udang, kepiting atau jenis komersial lainnya untuk memelihara hutan mangrove. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pertumbuhan bandeng pada tambak silvofishery tahun buat 1960 (A) dan tahun buat 1970 (B). Metode untuk mengetahui pertumbuhan berat bandeng yaitu setiap tambak diberi keramba jaring sebagai plot pengamatan dengan tiga kali ulangan. Peletakanplotberada di kiri-kanan dan tengahtambak agar mewakililuasantambak. Analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriftif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pada tambak A dengan umur tambak 47 tahun pertumbuhan rata-rata 10 ekor bandeng : 869,33gram dan pada tambak B dengan umur 37 tahun pertambahan berat rata-rata per 10 ekor bandeng : 866,11 gram. Selisih rata – rata peningkatan bandeng di kedua tambak sebesar 3,22 gram,yang artinya umur tambak tidak mempengaruhi pertumbuhan bandeng di kawasan mangrove Pantai Utara Kabupaten Rembang.