Endi Ridwan
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Balitbangkes, Kemenkes RI, Jl. Dr. Sumeru 63 Bogor, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Effects of realimentation on small intestinal morphology and disaccharidase activity in malnutrition Sprague-Dawley rats Sosrosumihardjo, Rustadi; Firmansyah, Agus; Rasad, Asri; Harjodisastro, Daldiyono; Ridwan, Endi; Wanandi, Septilia I.; Retno, Dwirini
Medical Journal of Indonesia Vol 15, No 4 (2006): October-December
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.582 KB) | DOI: 10.13181/mji.v15i4.238

Abstract

Low birth-weight infant and intrauterine growth retardation are still a health problem, especially in Indonesia due to high prevalence and need to be reduced. Malnutrition in infants are most common occur in low birth-weight infants. Malnutrition in rats resulted in hypotrophic and normoplastic mucosa of the small intestine. The finding was not only showed that small intestine was able to maintain its cell number in condition with restriction nutrient, however also suggested the posibility of epithelial regeneration if given adequate nutrient intake. Did realimentation recover the hypotrophic normoplastic mucosa to normotrophic normoplastic? The study aim to answer that question. Experimental animal study with post test-control group design was performed using 40 male litter of Sprague-Dawley rats, was fed standard chow. The study was divided into phases prenatally-induced malnutrition and continued with phase realimentation. The result of this study is the body weight, mucosal thickness, villus height, cryptus depth, ratio of villus/ crypt, number of villi, protein content, and disaccharidases of rats realimentation group was higher than non-realimentation group, but lower than control group. Prenatally-induced malnutrition did not reduced the population of small intestinal enterocytes. Realimentation in rats in prenatally-induced malnutrition was able to improve the hypotrophy of small intestinal mucosa and to increase the disaccharidases activities but did not reach the normal values. Realimentation in rats in prenatally-induced malnutrition was able to improve the maturity of small intestine mucosa but did not reach the normal values. The information will be helpfull to decide the policy of maternal malnutrition. (Med J Indones 2006; 15:208-16)Keywords: small intestinal morphology, disaccharidase activity, Sprague-Dawley rats, prenatally-induced malnutrition, realimentation.
PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT GIZI MIKRO TERHADAP STATUS BESI DAN STATUS VITAMIN A PADA SISWA SLTP Permaesih, Dewi; Ernawati, Fitrah; Ridwan, Endi; ., Sihadi; Saidin, Sukati
GIZI INDONESIA Vol 34, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.597 KB)

Abstract

Penelitian status gizi siswa sekolah lima tahun terakhir mengungkapkan bahwa prevalensi anemia, yang dapat menyebabkan turunnya konsentrasi belajar, dan kurang vitamin A, yang dapat menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, masih cukup tinggi, sehingga menjadi kendala dalam upaya mengoptimalkan prestasi belajar. Keadaannya semakin buruk jika kedua masalah ini diderita secara bersama-sama oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak suplementasi zat gizi mikro (Fe dan Vitamin A)terhadap perbaikan status besi dan status vitamin A. Penelitian dilaksanakan pada 150 siswa anemia yang tinggal di kabupaten Bogor. Data yang dikumpulkan meliputi: identitas siswa, kadar Hb, s-transferin, vitamin A serum (retinol), konsumsi makanan/zat gizi dan energi. Sebelum pemberian suplemen, dilakukan “deworming” dengan pemberian obat cacing dosis tunggal “Combantrin”. Sampel dibagi tiga kelompok, masing-masing 50 siswa. Pada kelompok A setiap siswa mendapat satu pil besi (ferro sulfat) dengan dosis 60 mg besi elemental +0,25 mg asam folat dan kapsul vitamin A (10.000 SI) dua kali per minggu. Kelompok B hanya mendapat satu pil besi seperti pada kelompok A, diberikan dua kali per minggu. Kelompok C adalah kelompok pembanding yang mendapat plasebo. Suplementasi berlangsung selama 12 minggu. Pemberian suplemen satu pil besi (60 mg besi elemental + 0,25 mg asam folat) dan vitamin A (10.000 SI) disertai pemberian snack mengandung energi (15% AKG), dua kali per minggu selama 12 minggu dapat memeningkatkan kadar Hb sebesar 1,40 g/dl, serum transferrin receptor (sTFR) sebesar – 1,0 µg/L, serum vitamin A (retinol) sebesar 6,1 µg/dl. Tidak ada perbedaan bermakna konsumsizat gizi (energi dan protein) sebelum dan sesudah pemberian suplementasi.Kata kunci: vitamin A, zat besi, siswa, anemia, KVA
KAPSUL VITAMIN A DAN MORBIDITAS ANAK BALITA: ANALISIS DATA RISKESDAS 2007 Ridwan, Endi
GIZI INDONESIA Vol 35, No 1 (2012): Maret 2012
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.277 KB)

Abstract

Suplementasi  kapsul  vitamin  A  dosis  tinggi  pada  anak  balita   dapat  mempengaruhi  mortalitas  dan morbiditas penyakit infeksi saluran pernafasan dan diare. Suplementasi kapsul vitamin A menyebabkan mortalitas  terhadap  penyakit  diare  dan  saluran  pernafasan  berkurang  sebanyak  34  persen.  Namun dampak suplementasi terhadap morbiditas penyakit infeksi bervariasi menurut jenis penyakit, berat ringan penyakit, umur sampel.  Tulisan ini bertujuan untuk menilai  dampak  suplementasi vitamin A  pada balita terhadap  morbiditas  penyakit  diare,  infeksi  saluran  pernafasan  akut  (ISPA),  pneumonia,  campak,  dan demam tifoid dengan menggunakan data sekunder 70.650 sampel anak balita 12-59 bulan pada Riskesdas 2007.  Pengumpulan data morbiditas dilakukan berdasarkan wawancara lima penyakit tersebut satu b ulan terakhir sebelum pengumpulan data  yang didiagnosa tenaga kesehatan atau tanda dan gejala penyakit. Hasil analisis data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa  total cakupan kapsul vitamin A 72 persen, lebih tinggi  cakupan  di  perkotaan.  Proporsi  anak  dengan  d iagnosa  ISPA,  pneumonia,  demam  tifoid,  d iare, campak  masing-masing  16,4  persen,  1,0  persen,  0,8  persen,  11,6  persen,  dan  2,4  persen,  sedangkan proporsi dengan gejala penyakit tersebut masing-masing 31,5  persen, 1,9  persen, 0,8  persen, 6,1  persen, dan  1,0  persen.  Analisis  tidak  menemukan  perbedaan  proporsi  penyakit  pneumonia,  demam  tifoid  dan campak  pada anak yang menerima atau tidak kapsul vitamin A.  Proporsi ISPA dan  diare  pada balita yang menerima  kapsul  vitamin  A  lebih  tinggi  dibanding  anak  yang  tidak  menerima  kapsul  vitamin  A.  Hal  ini diduga karena beberapa sebab yang mempengaruhi waktu survei, distribusi kapsul, faktor perancu, dan kejadian ISPA dan diare. Kata kunci: kapsul vitamin A, balita, morbiditas, diare, ISPA, pneumonia, campak