There are doubts about the divinity of Jesus from non-Christian circles and the limited understanding of lay Christians in providing an explanation of the phrase Eloi Eloi Lama Sabaktani. This research is a study of the meaning of the phrase "Eloi Eloi Lama Sabakthani" as well as the Christian faith's answer to questions about the doubts of Jesus' divinity through his words on the cross. [A1] This study uses a qualitative method with an exegetical exposition approach [A2] to Inil Markus 15:34. Thus, it can be concluded that the meaning of the phrase “Eloi Eloi Lama Sabakthani” is a condition of separation between Jesus and God the Father. Jesus was abandoned by God the Father because He became a substitute for sinners, namely to replace man's position before God and reconcile man's relationship with God which had been damaged by sin, redeemed man who was in the curse of sin and justified human existence in perfect righteousness before God. AbstrakAdanya keraguan tentang Keilahian Yesus dari kalangan non ktistiani dan keterbatasan pemahaman kalangan awam kristiani dalam memberikan penjelesan tentang frasa Eloi Eloi Lama Sabaktani. Penelitian ini merupakan suatu kajian terhadap pemaknaan frasa “Eloi Eloi Lama Sabakthani” sekaligus sebagai jawaban iman Kristen terhadap pertanyaan-pertanyaan atas keraguan keilahian Yesus melalui perkataannya di atas kayu salib. Penelitian ini mengunakan metode Kualitatif dengan pendekatanan eksposisi eksegesa terhadap Inil Markus 15:34. Dengan demikian, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa makna dari frasa “Eloi Eloi Lama Sabakthani” merupakan suatu kondisi keterpisahan antara Yesus dan Allah Bapa. Yesus ditinggalkan Allah Bapa karena Ia menjadi penganti orang berdosa, yaitu untuk menganti posisi manusia dihadapan Allah dan mendamaikan hubungan manusia dengan Allah yang telah rusak karena dosa, menebus manusia yang ada dalam kutuk dosa dan membenarkan keberadaan manusia dalam kebenaran yang sempurna dihadapan Allah.