Nia Marniati Etie Fajari
Balai Arkeologi kalimantan Selatan

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

SEBARAN DAN KARAKTERISTIK SITUS ARKEOLOGI DI KALIMANTAN TENGAH Nia Marniati Etie Fajari
AMERTA Vol. 36 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract. The Distribution and Characteristic of Archaeology Sites in Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah landscape consists of the Schwaner-Muller Mountain, the coastal area, and plain on the river bank. This environment supplies the abundant resources as a cultural area inhabited by humans since the prehistoric times. The researches in Kalimantan Tengah have found archaeological sites which spread in each landscape. This article discusses how the characteristic of archaeological sites in Kalimantan Tengah based on the geographical location. This research begins with data collecting from archaeology research report from central Kalimantan region at Balai Arkeologi Kalimantan Selatan during 1993 2018. This research aims to find out the site characteristics on the different geographical location. The method classify the sites based on geographic location. The next step is identifiying the sites based on geographic parameters and environment condition, characteristics of artifacts, cultural characteristics, and its chronology. This research result is indicating that the site distribution in Kalimantan Tengah region tend to be at watersheds, starting from the upstream to the coastal area, and the characteristic of the site is affected by its geographical locational. Keywords: archaeological sites, watershed, settlement, Dayak, Kalimantan Tengah Abstrak. Provinsi Kalimantan Tengah memiliki bentangalam berupa pegunungan, wilayah pesisir, dan dataran di tepi sungai. Lingkungan tersebut menyediakan sumber daya alam yang melimpah sehingga menjadi kawasan budaya yang dihuni oleh manusia sejak masa prasejarah sampai dengan saat ini. Penelitian arkeologi di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah menemukan situs arkeologi yang tersebar pada tiap-tiap satuan lahan. Artikel ini mengangkat permasalahan mengenai bagaimana karakteristik situs arkeologi yang berada di Kalimantan Tengah berdasarkan kondisi geografisnya. Tulisan ini diawali dengan pengumpulan data berdasarkan Laporan Penelitian Arkeologi di Balai Arkeologi Kalimantan Selatan dari tahun 1993-2017 yang dilakukan di wilayah administrasi Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik situs pada setiap lokasi geografis yang berbeda. Tulisan ini menggunakan metode dengan membuat klasifikasi situs berdasarkan lokasi geografis. Langkah selanjutnya adalah identifikasi situs berdasarkan parameter letak geografis dan kondisi lingkungan, karakteristik temuan, karakteristik budaya, dan kronologi waktu baik absolut ataupun relatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebaran situs arkeologi di wilayah Kalimantan Tengah cenderung berada di daerah aliran sungai, mulai dari hulu sampai ke pesisir. Keletakan geografi juga memberi pengaruh pada karakteristik situs yang ditemukan. Kata kunci: situs arkeologi, daerah aliran sungai, permukiman, Dayak, Kalimantan Tengah
KERANGKA MANUSIA DARI SITUS GUA JAUHARLIN 1, KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN Delta Bayu Murti; Nia Marniati Etie Fajari; Ulce Oktrivia; Eko Herwanto; Gregorius Dwi Kuswanta; Muhammad Wishnu Wibisono; Toetik Koesbardiati
Naditira Widya Vol. 14 No. 2 (2020): Naditira Widya Volume 14 Nomor 2 Oktober Tahun 2022
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian di situs Gua Jauharlin 1 telah dilakukan selama dua tahun, pada 2018 dan 2019. Pada tahun kedua diperoleh temuan kerangka manusia. Kondisinya hampir lengkap, tanpa bagian kaki, dan diberi kode GJL 1.1. Akan tetapi, di dekat cranium GJL 1.1, ditemukan sepasang tulang kaki manusia yang diduga milik individu GJL 1.1. Tujuan penelitian ini adalah menentukan identitas rangka GJL 1.1 berkaitan dengan data individu dan analisis konteks kuburnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis makroskopis untuk data individu GJL 1.1, serta pendekatan arkeotanatologi untuk analisis konteks kuburnya. Analisis makroskopis menghasilkan informasi profil biologis GJL 1.11, yang mengindikasikan individu berjenis kelamin laki-laki, umur 26,9-42,5 tahun, tinggi badan 155,1–165 cm, dan memiliki afiliasi dengan populasi Asia. Aktivitas mengunyah sirih pinang terindikasi berdasarkan fitur warna kuning kecokelatan pada permukaan labial dan buccal gigi individu GJL 1.1. Hasil analisis arkeotanatologi menunjukkan arsitektur kubur peletakan-penimbunan mayat GJL 1.1, serta tipe kubur yang bersifat primer. Hasil uji short tandem repeat combined deoxyribonucleic acid index system (STR CODIS) dengan menggunakan sampel dari sepasang tulang kaki dan rangka GJL 1.1, menunjukkan bahwa keduanya adalah individu yang berbeda.The two-season researches in Gua Jauharlin 1 site were carried out in 2018 and 2019. A human skeleton, sans its lower limbs, was discovered during the second season of excavation and coded GJL 1.1. However, a pair of human leg bones were found close to the cranium of GJL 1.1, which was suggested to belong to the individual of GJL 1.1. The research objective was to determine the identity of the GJL 1.1 in association with its individual attribute and the analysis of its burial context. This study uses a macroscopic analysis method to obtain individual data of GJL 1.1, as well as an archeothanatology approach to analyse the burial context. The macroscopic analysis yielded information on the biological profile of GJL 1.11 suggesting the individual is male, aged 26.9-42.5 years, height 155.1-165 cm, and has an affiliation with the Asian population. The brownish-yellow stain on the labial and buccal surface of human teeth of GJL 1.1 indicate betel nut chewing. The result of archeothanatological analysis suggests the architecture of the burial of GJL 1.1 with regard to laying-covering corpses and a primary burial. The results of the short tandem repeat combined deoxyribonucleic acid index system (STR CODIS) test, using samples from a pair of leg bones and the GJL 1.1 skeleton, indicate that the two came from different individuals.
SITUS PULAU SIRANG: DATA BARU JEJAK PALEOLITIK DI KALIMANTAN Nia Marniati Etie Fajari; Jatmiko; Imam Hindarto; Eko Herwanto; Yuka Nurtanti Cahyaningtyas; Ulce Oktrivia
Naditira Widya Vol. 12 No. 1 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 1 April Tahun 2018
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jejak budaya paleolitik di Kalimantan ditemukan di lembah Sungai Riam Kanan, yaitu di situs Awang Bangkal danRantau Balai. Data arkeologi yang ditemukan di situs-situs tersebut berupa kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, kerakal dipangkas, dan fragmen serpih. Debit air waduk Riam Kanan yang akhir-akhir ini mengalami penurunan secara signifikan memunculkan situs yang semula tenggelam, yang disebut Pulau Sirang. Fenomena ini memunculkan pertanyaanpertanyaanyang berkaitan dengan bentuk, sebaran, dan kronologi data arkeologi. Penelitian ini merupakan penelitian penyelamatan yang bertujuan untuk mengumpulkan, dan mendokumentasikan data arkeologi sebanyak mungkin denganrangkaian metode penelitian survei, ekskavasi, dan analisis. Kami laporkan hasil survei dan ekskavasi di Pulau Sirangberupa (dalam terminologi Movius) kapak perimbas, kapak penetak, proto pahat genggam, kapak genggam, serpih, serut,bilah, lancipan, fragmen serpih, perkutor, batu inti, dan tatal. Sebaran artefak batu tersebut terkonsentrasi di permukaan Pulau Sirang utama, dan beberapa ditemukan di pulau-pulau lain di sekitarnya. Palaeolithic sites in Kalimantan are located in the Riam Kanan Valley at the Awang Bangkal and Rantau Balai sites. Lithics include pebble tools, hand-axes, flakes and debitage. Power plant construction has recently lowered the level of the Riam Kanan reservoir, revealing a formerly submerged site with surface lithics called Pulau Sirang. This phenomenonraises questions on the morphology of lithics, and their distribution and chronology. The present investigation is a rescueresearch which aims to collect and record as many archaeological data as possible by a sequence of method comprisingsurvey, excavation, and analysis. We report on archaeological survey and excavation at Pulau Sirang, a site which hasyielded (in Movius terminology) a range of choppers, chopping tools, proto-hand-adzes, hand-axes, flakes, scrapers,blades, points, flake shatter, awls, cores, and debitage. The distribution of these lithics is concentrated on the surface of themain Pulau Sirang, and some are also found on other small emergent islands around it.
KARAKTERISTIK SITUS-SITUS ARKEOLOGI KALIMANTAN SELATAN BERDASARKAN LOKASI GEOGRAFIS Nia Marniati Etie Fajari
Naditira Widya Vol. 11 No. 1 (2017): Naditira Widya Volume 11 Nomor 1 April Tahun 2017
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki bentang lahan berupa wilayah Pegunungan Meratus, perbukitan karst Meratus, lahan basah pada daerah aliran sungai, serta wilayah pesisir dan kepulauan. Lingkungan di keempat satuan lahan tersebut menyediakan kekayaan hayati melimpah sehingga menjadi kawasan budaya yang dihuni oleh manusia sejak masa prasejarah sampai dengan saat ini. Penelitian arkeologi di Kalimantan Selatan menemukan situs-situs arkeologi yangtersebar pada tiap-tiap satuan lahan. Artikel ini mengangkat permasalahan mengenai bagaimana karakteristik situs arkeologi yang berada di Kalimantan Selatan berdasarkan kondisi geografisnya. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data berdasarkan Laporan Penelitian Arkeologi di Balai Arkeologi Kalimantan Selatan dari tahun 1993-2015 di wilayah Kalimantan Selatan. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan klasifikasi situs berdasarkan lokasi geografis. Langkah selanjutnya adalah identifikasi situs berdasarkan parameter letak geografis dan kondisi lingkungan, karakteristik temuan, karakteristik budaya, dan kronologi waktu baik absolut ataupun relatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik situs pada setiap lokasi geografis yang berbeda. Hasil analisis menghasilkan kecenderungan karakteristik situs arkeologi di Kalimantan Selatan, yaitu adanya orientasi pemilihan lokasi hunian seiring dengan kronologi waktu, karakteristik situs dan data arkeologi dipengaruhi oleh kondisi geografisnya, dan usulan lokasi strategis yang dapat ditindaklanjuti oleh tim peneliti di Balai Arkeologi Kalimantan Selatan. South Kalimantan Province has a landscape in the form of Meratus Mountains, Meratus karst hills, wetlands in the Barito River Basin, coastal areas and islands. Environment at those landscapes provides abundant resources and become cultural areas that has been occupied since prehistory until recently. The archaeological research in KalimantanSelatan has found archaeological sites that spreads along each landscapes. This article discusses about characteristics of archaeological sites in Kalimantan Selatan based on geographical location. The sources of study are from some archaeologicalreports conducted by Balai Arkeologi Kalimantan Selatan during 1993 to 2015. The research method has been done byclassifying the archaeological sites based on geographical location. Then identyfication is conducted to develop the parameterconsisting of geography and environmental conditions, characteristic of data, cultural characteristics, and the chronology either absolute or relative to define the character of archaeological sites. This study aims to determine the characteristics of sites in each different geographic location. The result shows that there is a tendency of the characteristics such as orientation of residential location choice which is along with chronology, the characteristics and archaeological data are influenced by geographical conditions, and the proposed strategies of site location that can be followed up by researchers at Balai Arkeologi Kalimantan Selatan.
TIPOLOGI ARTEFAK BATU LIANG ULIN 2: ANALISIS FUNGSIONAL BERDASARKAN MORFOLOGI Nia Marniati Etie Fajari
Naditira Widya Vol. 10 No. 2 (2016): Naditira Widya Volume 10 Nomor 2 Oktober Tahun 2016
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Situs Liang Ulin 2 adalah salah satu ceruk hunian prasejarah di kawasan karst Mantewe, Kalimantan Selatan. Artefak dan ekofak yang ditemukan merupakan jejak aktivitas manusia masa lalu. Data tersebut adalah bentuk respon manusia guna pemenuhan kebutuhan hidup yang paling mendasar, antara lain pangan, sandang, dan papan. Penelitian ini membahas permasalahan mengenai keragaman artefak batu yang ditemukan di Liang Ulin 2. Penelitian bertujuan untuk menggambarkan fungsi alat batu berdasarkan bentuk dan tipologinya. Penjabaran fungsi alat diharapkan dapat menambah informasi tentang kehidupan masa prasejarah di Liang Ulin 2. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan dua tahap kegiatan, yaitu analisis dan interpretasi. Analisis data dilakukan secara makroskopis untuk menentukan morfologi dan tipologi artefak batu. Interpretasi disusun berdasarkan argumen fungsional sesuai dengan bentuk alat batu yang sudah ditetapkan. Hasil analisis menunjukkan terdapat dua kelompok artefak batu, yaitu alat dan bukan alat. Alat terdiri atas batu inti dan serpih dengan retus, sedangkan kelompok bukan alat terdiri atas serpih proksimal, fragmen serpih, dan tatal. Analisis argumen fungsional menunjukkan, jenis alat batu serpih dengan retus digunakan untuk aktivitas manusia sehari-hari sepertimengupas, memotong, menyerut, dan mengiris. Alat batu Liang UIin 2 memiliki bentuk bervariasi yang digunakan untukberbagai keperluan, tanpa ada tipe khusus yang disiapkan untuk aktivitas tertentu. Liang Ulin 2 is one of the prehistoric rock-shelters in the Mantewe karst region, South Kalimantan. Artifacts dan ecofacts that had been found there were traces of past human activity. The data are forms of human responses for fullfiling the basic needs, such as food, clothing, and shelter. This study discusses the diversity of lithics found in Liang Ulin 2. The aim of this research is to explain the function of stone tools based on morphology and typology. The description of tool function is expected to add information of the prehistoric life in Liang Ulin 2. This research uses descriptive method with twosteps, analysis and interpretation. Macroscopic analysis was conducted to determine the lithic morphology and typology.Interpretation is elaborated based on a functional argument in accordance with the lithic morphology that have been defined. The result showed there were two groups of lithic, which are tool and debitage. Tool consists of core and flake, while debitage consists of proximal flake, flake shatter, and nonflake. Functional argument analysis shows that retouching flake tool was used for everyday human activities, such as peeling, cutting, scrapping, and slicing. Lithic of Liang UIin 2 has varied forms used for many purposes, without any special typhology prepared for a particular activity.