Muhammad Fedryansyah
Universitas Padjajaran

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MARJINALISASI MASYARAKAT PEDESAAN Studi di Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang Muhammad Fedryansyah
Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial HUMANITAS Vol. 1 No. 1 (2019): Maret: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Humanitas
Publisher : Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UNPAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research focuses on marginal communities in the countryside. Marginal communities who are poor, among others, are caused by the impacts of development, lack of local government attention to the survival of rural communities, shifting jobs and failure to get jobs and creating a businesses then make the community poorer. This study aims to describe the condition of poverty in marginalized communities by taking the case in Cipacing Village, Jatinangor District, Sumedang Regency. Cipacing village has the most disadvantaged families compared to other villages in Jatinangor Sub-district. Understanding of marginal communities in this study uses the marginal dimension according to Perlman, namely marginal social, marginal culture, marginal economy, and marginal politics. This study uses qualitative methods with descriptive analysis, data collection in research using interviews and secondary data such as the results of other studies, books, and other documentation. The number of informants involved in this study were 6 people who were poor families in Cipacing Village. The result of this study is that marginalized communities have indeed lost their rights since the development. In addition, development also has an impact on people's lives, especially in the field of environment and community welfare. The conclusions raised from this study include that the poor in Desa Cipacing are seen from the marginal dimension of society. From the social dimension, there are not many people in Cipacing Village involved in the development within their area. From the cultural dimension, the community is not ready when there is a shift in employment from the agricultural sector to the industrial sector. Then from the economic dimension, limitations in resources result in people being unable to fight capital ownership. Furthermore, from the political dimension the community also still cannot access their rights in development planning.
Gerakan Sosial dan Mobilisasi Sumber Daya dalam Memperjuangkan Pengakuan Kepercayaan Berbeda Tesa Amyata Putri; Bintarsih Sekarningrum; Muhammad Fedryansyah
SOCIUS Vol 9 No 1 (2022): Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education, Universitas Negeri Pa
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/scs.v9i1.381

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gerakan sosial yang dilakukan oleh organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan (AKP), dalam memperjuangkan pengakuan keyakinan mereka di Indonesia. Masalah ini menarik karena, Mahkamah Konstitusi saat ini telah memberikan layanan kependudukan dan pencatatan sipil pada para penghayat kepercayaan untuk mengisi kolom agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya sesuai yang diatur di dalam Surat Keputusan MK No. 97/PUU-XIV/2016. Hal ini merupakan bukti dari keberhasilan kelompok aliran kepercayaan memperjuangkan keyakinannya dan melepaskan diri dari 6 agama yang dipaksakan oleh negara. Salah satu organisasi aliran kepercayaan yang aktif memperjuangkan hak beragama dan keyakinannya adalah organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan yang ada di Kota Bandung. Perjuangan dan keberhasilan tersebut memperlihatkan adanya gerakan sosial yang terorganisir agar tujuan yang diinginkan organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan tercapai. Artikel ini menganalisis hal tersebut dengan menggunakan Teori mobilisasi sumber daya (Resources Mobilisation Theory) Anthony Oberschall sebagai pisau analisis dalam artikel ini. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan Teknik observasi, wawancara, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan organisasi AKP merupakan wujud dari gerakan sosial. Sedangkan keberhasilan organisasi AKP ditentukan dari pemaksimalan berbagai sumber daya organisasi AKP baik secara internal maupun eksternal. Salah satu faktor terbesar dari keberhasilan gerakan sosial AKP adalah kemampuan dalam memobilisasi sumber daya dengan baik dan pemanfaatan peluang politik yang dilakukan oleh organisasi ini
Revival: New Religious Movement Aliran Kebatinan Perjalanan Tesa Amyata Putri; Bintarsih Sekarningrum; Muhammad Fedryansyah
SOSIETAS Vol 11, No 2 (2021): Sosietas: Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.938 KB) | DOI: 10.17509/sosietas.v11i2.41610

Abstract

Pengakuan hukum dari keputusan Mahkamah Konstitusi pada No. 97/PUU-XIV/2016 yang dikeluarkan oleh pemerintah kepada penghayat kepercayaan semakin menguatkan eksistensi kelompok aliran kepercayaan dan bentuk legitimasi kelompok aliran ini dalam melaksanakan kegiatan agamanya secara lebih terbuka. Artikel ini menganalisis terkait hal tersebut dengan menggunakan konsep revivalisme dan new religion movement untuk menerangkan fenomena gerakan yang dilakukan oleh kelompok aliran kepercayaan yaitu kelompok aliran kebatinan perjalanan di Kota Bandung. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan studi literatur kepada pengurus, warga dan pra-warga aliran kebatinan perjalanan. Hasilnya aliran kebatinan perjalanan berusaha kembali ke ajarannya dengan melakukan revivalisme. Aliran ini pun memperlihatkan wajah yang berbeda dari agama mainstream di Indonesia sebagai new religion movement.