Kodir Kodir
Akper Kesdam IV/ Diponegoro Semarang

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

TINGKAT KEPUASAN PNS, TNI, PURNAWIRAWAN DAN KELUARGA TERHADAP PELAYANAN BPJS Tuti Anggarawati; Kodir Kodir
JURNAL KEPERAWATAN SISTHANA Vol. 7 No. 1 (2022): Maret : Jurnal Keperawatan Sisthana
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV DIPONEGORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (944.792 KB) | DOI: 10.55606/sisthana.v7i1.13

Abstract

Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Setiap peserta JKN mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan tingkat lanjut yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial akan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Tetapi pada kenyataannya masih banyak keluhan dari peserta BPJS setelah mendapatkan pelayanan di rumah sakit yang bermitra dengan BPJS sehingga rumah sakit berupaya untuk memperbaiki mutunya dengan melihat bagaimana tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian secara deskriptif dengan sampel anggota TNI, PNS, Purnawirawan dan keluarga dengan teknik accidental sampling. Hasilnya adalah 100 responden dari bagian pendaftaran dan 100 responden dari bagian rawat jalan berada pada tingkat puas dari pelayanan yang diberikan sebesar 59,7 dan 67,5, kemudian di Unit Gawat Darurat dengan responden 53 menyatakan tingkat kepuasan pada kategori puas 62,26. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga tingkat kepuasan pelanggan meningkat sebaiknya rumah sakit menyediakan dan menambahkan sarana prasarana, mengadakan pelatihan-pelatihan yang berguna untuk peningkatan pengetahuan dan kompetensi karyawan, dan melakukan penilaian kepuasaan pelanggan secara berkala.
HUBUNGAN IMT DENGAN KADAR GULA DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU SABAR NARIMO DUSUN LEMPUYANGAN DESA GEBUGAN KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG: CORRELATION OF BMI WITH BLOOD SUGAR LEVELS IN THE ELDERLY AT POSYANDU SABAR NARIMO DUSUN LEMPUYANGAN, GEBUGAN VILLAGE, BERGAS DISTRICT, SEMARANG REGENCY Kodir Kodir; Margiyati Margiyati; Shania Nada; Rani Pratiwi
JURNAL KEPERAWATAN SISTHANA Vol. 4 No. 2 (2019): September : Jurnal Keperawatan Sisthana
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV DIPONEGORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.608 KB)

Abstract

The increase in Life Expectancy (UHH) has an impact on the increase in the elderly population and the problems due to aging. One of them is the system for regulating blood sugar levels which is disrupted due to changes in the body composition of the elderly in the form of increased fat composition from the body 14% to 30%. Efforts to prevent the incidence of Diabetes Mellitus is to achieve good nutritional status with anthropometric measurements, namely the division of body weight in kg with height in meters squared expressed in body mass index or BMI. This study aims to analyze the relationship between BMI and blood sugar levels in the elderly at the Sabar Narimo Posyandu, Lempuyangan Hamlet, Gebugan Village, Bergas District, Semarang Regency. The research design used was descriptive observational with a cross sectional approach. The number of samples was 40 elderly who were taken by purposive sampling technique. The instrument used to measure BMI is a digital weight scale, and a microtoise that has been calibrated, while blood sugar levels are measured using a glucometer. Data were analyzed by Pearson Corellation test. The results of this study indicate the frequency distribution of blood sugar levels in the elderly at the Posyandu Sabar Narimo on average 139.92 mg/dl and an average BMI of 25.24 kg/m2. The results showed that BMI was related to the variable of blood sugar levels with a correlation coefficient (r) of 0.614 and a significance value (?) of 0.0234 then there is a relationship. The conclusion in this study is that there is a relationship between blood sugar and BMI in the elderly at the Sabar Narimo Posyandu, Lempuyangan Hamlet, Gebugan Village, Bergas District, Semarang Regency.
PENGARUH KOMBINASI TERAPI RELAKSASI PROGRESIF & MUSIK KERONCONG TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU SETYA MANUNGGAL III KABUPATEN SEMARANG: THE EFFECT OF COMBINATION OF PROGRESSIVE RELAXATION THERAPY & KERONCONG MUSIC ON INSOMNIA IN THE ELDERLY AT POSYANDU SETYA MANUNGGAL III, SEMARANG REGENCY Kodir Kodir; Margiyati Margiyati; Tria Friska Ningrum; Dita Amalia
JURNAL KEPERAWATAN SISTHANA Vol. 5 No. 2 (2020): September : Jurnal Keperawatan Sisthana
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV DIPONEGORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.716 KB) | DOI: 10.55606/sisthana.v5i2.67

Abstract

Old age is a final stage in the span of human life. Health problems that are often found in the elderly, one of which is psychological disorders, namely anxiety, depression, readiness. These psychological disorders usually cause the emergence of sleep disorders, namely insomnia. Insomnia has an impact on physical effects, namely fatigue and muscle pain. The combination of progressive relaxation techniques and keroncong music is a non-pharmacological therapy given to clients by tensing certain muscles and then relaxing chili sauce accompanied by keroncong music. The purpose of this study was to determine the effect of a combination of progressive relaxation therapy and keroncong music on insomnia in the elderly at the Setya Manunggal III Posyandu, Semarang Regency. This type of research is a quasi-experimental approach with a one group pre-post-test design without control approach. The population of the study was the active elderly who were registered at the Setya Manunggal III Posyandu Lansia as many as 33 elderly. The research sample was determined by purposive sampling by taking into account certain criteria, namely: 1) the elderly who were registered at the Setyamanunggal III Posyandu, 2) aged 60-74 years. 3) Does not experience limitations or paralysis of limbs 4) Likes keroncong music. The exclusion criteria set included: 1) Elderly people with dementia 2) Elderly people who received medication to help sleep/anti-depressants/sedatives 3) Elderly people with total hearing loss. Insomnia measuring instrument using the KSBPJ Questionnaire. The results showed that there was an effect of Combination of Progressive Relaxation Therapy and Keroncong Music on insomnia in the elderly with a t value of 16,142 > t table.
HUBUNGAN KETERGANTUNGAN ROKOK DENGAN KADAR KARBONMONOKSIDA UDARA EKSPIRASI PADA MAHASISWA AKPER KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG Kodir Kodir; Tuti Anggarawati
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTHANA Vol. 3 No. 2 (2021): Desember : Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat Sisthana
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1747.979 KB) | DOI: 10.55606/pkmsisthana.v3i2.6

Abstract

Latar belakang: Merokok merupakan kebiasaan yang membahayakan kesehatan. Rokok mengandung zat nikotin yang menimbulkan efek ketergantungan serta menghasilkan karbonmonoksida yang bersifat toksik dan mengganggu sistem oksigenasi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan ketergantungan rokok dengan kadar karbonmonoksida udara ekspirasi pada mahasiswa Akper Kesdam IV/ Diponegoro Semarang. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 40 mahasiswa yang diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan rokok menggunakan kuesioner Fagerstrom Test for Cigarette Dependence (FTCD), sedangkan kadar karbonmonoksida udara ekspirasi diukur dengan alat smokerlyzer. Data dianalisa dengan uji Pearson Corellation. Hasil: Hasil analisa menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara ketergantungan rokok dengan kadar karbonmonoksida udara ekspirasi dengan p=0.042. Hasil penelitian membuktikan semakin tinggi tingkat ketergantungan rokok maka semakin tinggi kadar karbonmonoksida udara ekspirasinya. Saran : Pengukuran tingkat ketergantungan rokok dan kadar karbonmonoksida udara ekspirasi direkomendasikan sebagai data dasar pengkajian keperawatan dalam pembuatan intervensi program berhenti merokok.
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP MOTIVASI BERHENTI MEROKOK PADA MAHASISWA Kodir Kodir; Adi Yoga; Prakastiasti Saputri
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTHANA Vol. 3 No. 2 (2021): Desember : Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat Sisthana
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (976.593 KB) | DOI: 10.55606/pkmsisthana.v3i2.7

Abstract

Latar belakang: Berbagai pihak telah berupaya mempublikasikan bahaya rokok bagi kesehatan melalui berbagai media namun kebiasaan merokok masih sulit dihentikan. Perkembangan teknologi menjadikan media elektronik sebagai media yang mampu memberikan motivasi melalui media audio visual seperti video. Pendidikan kesehatan dengan media audio visual merupakan salah satu alternatif bagi penyuluh untuk memberikan informasi bahaya rokok melalui unsur suara dan gambar sehingga pesan yang ingin disampaikan lebih menarik, mudah dicerna, serta meningkatkan motivasi peserta. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audio visual terhadap motivasi berhenti merokok pada mahasiswa. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experimental pretest posttest control group design. Jumlah sampel sebanyak 52 mahasiswa yang diambil dengan teknik purposive sampling dan dibagi ke kelompok intervensi (n=26) dan kontrol (n=26). Bentuk intervensi berupa pemberian pendidikan kesehatan dengan media audio visual. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat motivasi berhenti merokok adalah Contemplation Ladder (CL). Data dianalisa dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan peningkatan motivasi berhenti merokok pada kelompok intervensi sebanyak 6 skala setelah perlakuan. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan bermakna tingkat motivasi berhenti merokok antara kelompok intervensi dan kontrol dengan p=0,000. Hasil penelitian membuktikan pendidikan kesehatan dengan media audio visual berpengaruh terhadap motivasi berhenti merokok pada mahasiswa. Saran : Pendidikan kesehatan dengan media audio visual direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan dalam program berhenti merokok.
HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN SATURASI OKSIGEN PADA MAHASISWA AKPER KESDAM IV/ DIPONEGORO SEMARANG Kodir Kodir; Margiyati Margiyati
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTHANA Vol. 3 No. 2 (2021): Desember : Jurnal Pengabdian Kepada Masyrakat Sisthana
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (963.091 KB) | DOI: 10.55606/pkmsisthana.v3i2.9

Abstract

Latar belakang: Merokok telah terbukti menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bahkan kematian, namun penikmat rokok terus meningkat. Kelompok remaja dan dewasa muda menjadi target konsumen utama rokok beranggapan merokok tidak menimbulkan efek bagi kesehatan sampai usia pertengahan. Derajat merokok seseorang mempengaruhi jumlah paparan gas karbonmonoksida (CO) dalam tubuh. CO yang menempel pada hemoglobin mengakibatkan kadar oksigen dalam tubuh menurun. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan derajat merokok dengan saturasi oksigen pada mahasiswa Akper Kesdam IV/ Diponegoro Semarang. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 30 mahasiswa yang diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur derajat merokok menggunakan kuesioner yang kemudian dihitung berdasarkan Indeks Brinkman, kadar saturasi oksigen diukur dengan pulse oxymetry. Data dianalisa dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil: Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara derajat merokok dengan saturasi oksigen dengan p=0,000. Hasil penelitian membuktikan semakin berat derajat merokok maka semakin rendah kadar saturasi oksigennya. Saran : Pengukuran derajat merokok dan saturasi oksigen perokok direkomendasikan sebagai data dasar pengkajian keperawatan dalam pembuatan intervensi program berhenti merokok.
PEMERIKSAAN KESEHATAN UNTUK DETEKSI DINI PTM SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PROGRAM GERMAS Kodir Kodir; Margiyati Margiyati
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTHANA Vol. 1 No. 1 (2019): Juni : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sisthana
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1665.315 KB)

Abstract

Pola penyakit mengalami transisi epidemilogi yang awalnya didominasi oleh penyakit menular berubah menjadi penyakit tidak menular (PTM). WHO melaporkan tahun 2013 PTM merupakan penyebab utama kematian di dunia. Data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2017 juga menyebutkan 55,76 % PTM didominasi penyakit hipertensi, peringkat ke dua diduduki Diabetes Melitus sebesar 20,57% dan sisanya PTM lainnya. Tingginya kejadian PTM ini disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang kurang sehat, sehingga pemerintah melaksanakan tindakan pengendalian PTM dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat melalui GERMAS. GERMAS merupakan gerakan nasional yang mengedepankan upaya promotif dan preventif, dengan cara 1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin. Deteksi dini PTM melalui pemeriksaan kesehatan rutin merupakan salah satu upaya pengendalian PTM yang perlu digencarkan untuk mencegah timbulnya penyakit yang lebih lanjut karena tidak semua penyakit mempunyai gejala yang jelas dan baru diketahui setelah pemeriksaan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pemeriksaan kesehatan dan tempat pemeriksaan kesehatan yang kurang strategis menjadikan masyarakat enggan memeriksakan diri sehingga memicu peningkatan PTM. Intervensi keperawatan yang disusun untuk mengatasi masalah pemeliharaan kesehatan tidak efektif di atas antara lain melalui pelaksaaan “Pemeriksaan Kesehatan untuk Deteksi Dini PTM sebagai Upaya Mewujudkan Program GERMAS” oleh Tim Pengabdian Masyarakat Akper Kesdam IV/Diponegoro.