Herry Riswandi
Department Of Geological Engineering, Faculty Of Mineral Technology, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Indonesia

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS SERTA MINERAL PENGIKUT DAERAH PANINGKABAN DAN SEKITARNYA, KECAMATAN GUMELAR, KABUPATEN BANYUMAS, PROPINSI JAWA TENGAH Purwanto, Heru Sigit; Riswandi, Herry
Proceeding Seminar LPPM UMP 2015: Buku III Bidang Ilmu Kesehatan dan Sains Teknik, Proceeding Seminar Nasional LPPM 2015, 26 Se
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lokasi penelitian terletak di daerah Paningkaban dan sekitarnya, termasuk dalam wilayah Kecamatan Gumelar, Kabupaten Bayumas, Propinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian adalah untuk menunjukkan adanya kontrol struktur geologi pada daerah penelitian yang mempengaruhi pola sebaran urat kuarsa dan mineralisasi emas. Metodologi dalam penelitian diawali dengan pengumpulan data, dan data awal ini kemudian dikompilasi untuk menentukan tahap penelitian berikutnya. Penelitian ini meliputi pengamatan geomorfologi, stratigrafi, struktur dan alterasi mineralisasi. Geomorfologi daerah penelitian tersusun atas empat satuan bentuk asal yaitu: bentuk asal vukanik, struktural, karst, dan fluvial. Stratigrafi tersusun atas tujuh satuan litostratigrafi tak resmi dan dua litodem, yaitu (dari tua – muda): satuan breksi-vulkanik Halang, satuan batupasir Halang, Satuan lava-andesit Kumbang, satuan breksi-vulkanik Tapak, satuan batupasir Tapak, satuan batugamping Tapak, endapan aluvial, dan intrusi andesit. Alterasi hidrotermal yang terbentuk di daerah telitian dikelompokkan menjadi tiga zonasi tipe alterasi yaitu alterasi argilik, alterasi propilitik, dan alterasi sub-propilitik. Mineralisasi yang dijumpai di daerah telitian adalah pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), galena (Pbs), bornit (Cu5FeS4). Analisis struktur makroskopis pada daerah penelitian berdasarkan arah kelurusan dugaan jejak dari struktur geologi dulu baik berupa sesar, ataupun arah kelurusan sumbuh lipatan, didapatkan arah umum dari kelurusan tersebut yaitu relatip berarah N 3050 E (Baratlaut - Tenggara), dan N 0550 E (Timurlaut – Baratdaya). Di daerah telitian proses mineralisasi dikontrol oleh struktur geologi berupa sesar dan kekar. Dimana mineralisasi melimpah dan banyak dijumpai mengisi kekar-kekar terutama shear fracture yang secara umum berarah Timurlaut – Baratdaya dan Baratlaut – Tenggara, dengan arah tegasan pada kekar-kekar yang diukur di lapangan relatif berarah Utara - Selatan. Penelitian ini akan menekankan pada pengukuran dan analisis detil untuk mengetahuai proses mineralisasi emas dan mineral lainnya yang dikontrol oleh pola struktur yang bekerja.  Analisis kontrol struktur dapat membantu dalam melokalisir daerah mineralisasi karena pada dasarnya aktivitas dan proses kontrol struktur geologi merupakan koredor pada jalannya magma maupun sisa magma yang membawa mineral-mineral, sehingga metode eksplorasi mineral bijih dengan kontrol struktur dapat digunakan untuk menentukan cebakan mineralisasi endapan bijih emas pada sistem cebakan emas maupun mineral lainnya  pada suatu daerah lain.Kata kunci: litostratigrafi, struktur, zona bukaan, zona ubahan, mineralisasi, mineral logam. 
ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS DAERAH PANINGKABAN DAN SEKITARNYA, KECAMATAN GUMELAR, KABUPATEN BANYUMAS, JAWA TENGAH Heru Sigit Purwanto; Herry Riswandi
Jurnal Ilmiah MTG Vol 8, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.281 KB)

Abstract

Lokasi penelitian terletak di daerah Paningkaban dan sekitarnya, termasukdalam wilayah Kecamatan Gumelar, Kabupaten Bayumas, Propinsi JawaTengah. Tujuan penelitian adalah untuk menunjukkan adanya kontrol strukturgeologi pada daerah penelitian yang mempengaruhi pola sebaran urat kuarsadan mineralisasi emas. Metodologi dalam penelitian diawali denganpengumpulan data, dan data awal ini kemudian dikompilasi untuk menentukantahap penelitian berikutnya. Penelitian ini meliputi pengamatan geomorfologi,stratigrafi, struktur dan alterasi mineralisasi. Geomorfologi daerah penelitiantersusun atas empat satuan bentuk asal yaitu: bentuk asal vukanik, struktural,karst, dan fluvial. Stratigrafi tersusun atas tujuh satuan litostratigrafi tak resmidan dua litodem, yaitu (dari tua – muda): satuan breksi-vulkanik Halang, satuanbatupasir Halang, Satuan lava-andesit Kumbang, satuan breksi-vulkanik Tapak,satuan batupasir Tapak, satuan batugamping Tapak, endapan aluvial, dan intrusiandesit. Alterasi hidrotermal yang terbentuk di daerah telitian dikelompokkanmenjadi tiga zonasi tipe alterasi yaitu alterasi argilik, alterasi propilitik, danalterasi sub-propilitik. Mineralisasi yang dijumpai di daerah telitian adalah pirit(FeS2), kalkopirit (CuFeS2), galena (Pbs), bornit (Cu5FeS4). Analisis strukturmakroskopis pada daerah penelitian berdasarkan arah kelurusan dugaan jejakdari struktur geologi dulu baik berupa sesar, ataupun arah kelurusan sumbuhlipatan, didapatkan arah umum dari kelurusan tersebut yaitu relatip berarah N3050 E (Baratlaut - Tenggara), dan N 0550 E (Timurlaut – Baratdaya). Di daerahtelitian proses mineralisasi dikontrol oleh struktur geologi berupa sesar dankekar. Dimana mineralisasi melimpah dan banyak dijumpai mengisi kekar-kekarterutama shear fracture yang secara umum berarah Timurlaut – Baratdaya danBaratlaut – Tenggara, dengan arah tegasan pada kekar-kekar yang diukur dilapangan relatif berarah Utara - Selatan. Penelitian ini akan menekankan padapengukuran dan analisis detil untuk mengetahuai proses mineralisasi emas danmineral lainnya yang dikontrol oleh pola struktur yang bekerja. Analisis kontrolstruktur dapat membantu dalam melokalisir daerah mineralisasi karena padadasarnya aktivitas dan proses kontrol struktur geologi merupakan koredor padajalannya magma maupun sisa magma yang membawa mineral-mineral,sehingga metode eksplorasi mineral bijih dengan kontrol struktur dapatdigunakan untuk menentukan cebakan mineralisasi endapan bijih emas padasistem cebakan emas maupun mineral lainnya pada suatu daerah lain.Kata kunci: litostratigrafi, struktur, zona bukaan, zona ubahan, mineralisasi,mineral logam.
PENGARUH LINGKUNGAN PENGENDAPAN TERHADAP KUALITAS BATUBARA DAERAH BINDERANG, LOKPAIKAT,TAPIN, KALIMANTAN SELATAN Herry Riswandi
Jurnal Ilmiah MTG Vol 1, No 2 (2008)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Daerah penelitian masuk dalam konsesi wilayah penambangan batubara PT. Kalimantan Prima Persada. Secara administratif berada di Desa Binderang Kecamatan Lokpaikat Kabupaten Tapin Propinsi Kalimantan Selatan. Dan secara geografis terletak pada 303500 mE – 304500 mE dan 9673700 mN – 9676300 mN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek lingkungan pengendapan yang menyebabkan terjadinya perbedaan kualitas berdasarkan pada kadar abu, kandungan sulfur dan nilai kalori pada lapisan batubara daerah telitian.Daerah telitian secara geomorfologi termasuk dalam satuan bentuk lahan struktural dengan pola pengaliran dendritik. Stratigrafi merupakan Cekungan Barito dari Formasi Warukin Atas sebagai Formasi pembawa batubara yang brumur Miosen Tengah. Litologi terdiri atas Satuan Batulempung yang disusun oleh perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batulanau, serpih dan batubara. Lingkungan pengendapan pada transitional lower delta plain, dengan sub-lingkungan terdiri dari marsh, levee-splay, creavasse-splay dan channel-fill. Pengamatan langsung di lapangan, setiap lokasi pengamatan lapisan batuan dan batubara dalam keadaan tidak lapuk. Batubara dengan ciri-ciri fisik berwarna hitam gelap, kilap kusam, relatif berat, parting berupa lempung karbonan. Lapisan batubara kontak dengan lapisan batupasir dan batulempung.Parameter kualitas yang digunakan adalah kadar abu, kandungan sulfur dan nilai kalori. Dari hasil analisa proksimat, batubara daerah telitian menunjukan kadar abu berkisar 1,7% adb – 14,5% adb, kandungan sulfur berkisar 0,09% adb – 0,2%adb, dan nilai kalori 5105 kcal/kg – 6023 kcal/kg. Kualitas batubara daerah telitian dipengaruhi oleh lingkungan pengendapan beserta genesa yang menyertai pembentukan batubara.
INTERPRETASI ZONA STRUKTUR DAN ALTERASI BERDASARKAN GEOFISIKA IP DI DAERAH NIRMALA, BOGOR, JAWA-BARAT Herry Riswandi; Heru Sigit Purwanto
Jurnal Ilmiah MTG Vol 1, No 1 (2008)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Lokasi penelitian terletak di Dusun Nirmala, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Daerah ini sebagian besar masuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) yang bertampalan dengan konsesi UBPE Pongkor PT. Aneka Tambang Tbk, (Persero) dan perkebunan teh PT. Nirmala Agung. Secara astronomis, berada pada 6°42’00”- 6°43’15” LS dan 106°30’45”- 106°32’15’’ BT, dengan luas daerah penelitian kurang lebih 4,5 km2. Tersusun atas dua satuan batuan yaitu satuan tuf lapili dan satuan breksi tuf dengan dua bentukan lahan geomorfik yaitu perbukitan vulkanik bergelombang kuat dan perbukitan bergelombang sedang. Alterasi hidrotermal yang terbentuk di daerah telitian dikelompokkan menjadi dua tipe alterasi yaitu alterasi argilik dan alterasi kloritisasi. Mineralisasi yang dijumpai di daerah telitian adalah pirit, kalkopirit, bornit dan galena. Di daerah telitian mineralisasi dikontrol oleh struktur geologi berupa sesar dan kekar. Dimana mineralisasi melimpah dan banyak dijumpai mengisi kekar-kekar terutama shear fracture yang memiliki trend arah timur laut – barat daya dan barat laut – tenggara, dengan arah tegasan pada kekar-kekar yang diukur di lapangan relatif berarah utara-selatan.
JENIS DEPOSIT “MASSIVE SULPHIDE” Pb-Zn DI DAERAH RIAM KUSIK, KECAMATAN MARAU, KABUPATEN KETAPANG, PROPINSI KALIMANTAN BARAT Heru Sigit Purwanto; Herry Riswandi
Jurnal Ilmiah MTG Vol 3, No 2 (2010)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Daerah Riamkusik, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Berdasarkan dari hasil pengamatan batuan dan pengukuran unsur struktur geologi terdapat satuan batuan yang telah mengalami alterasi atau ubahan serta terdapat mineralisasi dengan hadirnya mineral galena, kalkopirit, sphalerit, pirit dan lainnya. Mineralisasi umumnya mengikuti pola struktur kekar dan sesar yang memotong di daerah penelitian yang umumnya berarah Barat – Timur (N085OE), struktur geologi tersebut diinterpretasikan menjadi koridor proses terjadinya jalur mineralisasi masif sulfida, sedangkan analisa geofisika IP menunjukan adanya jalur dan cebakan masif sulfida (Pb-Zn) pada kedalaman bervariasi antara 10 - 100 meter. Beberapa hasil pemboran pada kedalaman 40 – 75 meter menunjukkan mineralisasi kuat pada cebakan masif sulfida (galena, magnetit, spalerit, pirit, kalkopirit). Berdasarkan data hasil eksplorasi tersebut diinterpretasikan bahwa tipe deposit daerah telitian adalah “Masif Sulphide” yang dikontrol oleh pola struktur geologi yang berarah N 085OE.
ALTERATION AND GOLD MINERALIZATION PANINGKABAN AREAS GUMELAR SUB-DISTRICT, BANYUMAS REGENCY, CENTRAL JAVA PROVINCE Heru Sigit Purwanto; Herry Riswandi
Techno LPPM Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogayakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research location is located in Paningkaban area and its surrounding areas that included in the areaof Gumelar Subdistrict, Banyumas Regency, and Central Java Province. The objective of the researchwas to show the presence of any structural geology control on research area that affect the distributionpatterns of quartz vein and gold/ore mineralization.The methodology in this research begins with data collecting process, which this preliminary data is thenbeing compiled to determine the next phase of the study. This study covers the geomorphology,stratigraphy, any structural and alteration mineralization observation. The geomorphology of the studyarea composed of the four original forms: volcanic, structural, karsts and fluvial form. The stratigraphycomposed of seven unclassified litho units and two litodem, namely (from old - young): Halang volcanicbreccias unit, Halang sandstone unit, Kumbang andesite lava unit, Tapak volcanic breccias unit, Tapaksandstones, unit Tapak limestone unit, alluvial deposits, and andesite intrusion.Hydrothermal alterations formed in the research area are carefully grouped into three types of alterationzoning and they are argillic alteration, propylitic alteration, and sub-propylitic alteration. Themineralization then is carefully classified as pyrite (FeS2), chalcopyrite (CuFeS2), galena (Pbs), bornite(Cu5FeS4). The macroscopic analysis of the structure in the study area based on the alignment of allegedtraces of the geological structure in the form of fault, or directions of the fold axis alignment, obtainedthe general alignment directions trending N 305° E (NW - SE), and N 055° E (NE - SW).In the research area, the mineralization process is controlled by geological structure such as fault andjoint. The appearance of the mineralization is abundant and can be found many fulfilling the joint zonemainly shear joint trending Northeast - Southwest and Northwest - Southeast, the direction of jointsharpness measured in the field relatively trending North - South. This study will emphasize on themeasurement and detailed analysis to know more about the gold mineralization process and otherminerals controlled by structures patterns. The structural control analysis can really be a good helpinghand in locating the mineralized areas because basically the activity and geological structure controlprocess are corridor for magma and the its rest compound that brings minerals, so the methods ofmineral ores exploration by structure control can be used in determining ore gold mineralized depositsprecipitate on gold deposits system and other minerals on a different area.Keywords: lithostratigraphy, structure, zone of opening, zone of alteration, mineralization, metalminerals
Hydrogeological Risk Assessment for Groundwater Conservation in the Northeastern Slope Area of Mount Arjuno, Pasuruan Regency, East Java, Indonesia Sari Bahagiarti Kusumayudha; Puji Pratiknyo; Herry Riswandi; Eni Muryani
Indonesian Journal of Geography Vol 53, No 1 (2021): Indonesian Journal of Geography
Publisher : Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijg.59476

Abstract

The northeastern slope of Mount Arjuno, Pasuruan district, East Java province, Indonesia represents a vast and good groundwater resource quality, generally be exploited by some companies for drinking water industries. Water unbalance and quality degradation is presumed to arise because groundwater extraction volume is getting bigger but less control by the regency authority. This study is to figure out the geologic condition and hydrogeological system, conduct groundwater exploitation risk assessment, and develop a conservation program. The study results show that the study area's geomorphological units can be divided into the volcanic summit, volcanic slope, fluvial plain, and anticlinal hills. The lithology comprises sandstone, breccia, and andesite lava of Mount Arjuno and Mount Welirang. The geological structures are anticline, normal fault, and lateral slip fault. Hydrologically, there are three watersheds, including Lumbangrejo, Ketanireng, and Prigen watersheds. The aquifers comprise unconfined to semi-confined aquifers with fissures and intergranular porosity. Based on risk assessment valuation, Pecalukan village of the Ketanireng watershed and Lumbangrejo village of the Lumbangrejo watershed are categorized as very high groundwater vulnerability zones, Karangrejo and Sukoreno villages of the Lumbangrejo watershed, Kedungringin, Kepulungan, and Gunungsari villages of the Ketanireng watershed are categorized as medium vulnerability zone. While, Ngorong village of the Lumbangrejo watershed, Gempeng, Oro-Ombo, Kalisat, and Dukuhsari villages of the Prigen watershed belong to the low vulnerability zone. The proposed conservation programs involve profitable water use safety campaigns, domestic waste, and industrial wastewater management, agricultural activities controlling, sandstone mining regulation, and reforestation. 
Penentuan Kadar Timah (Sn) Plaser dan Mineral Penyertanya Pada lahan Bekas Tambang Berdasarkan Analisa Distribusi Besaran Butir Di Daerah Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Herry Riswandi; Dina Tania
Jurnal Ilmu Kebumian Teknologi Mineral (JIK TekMin) Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Teknologi Mineral

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Determination of tin plaser and accompanying minerals can be determined by analysis of the grain size distribution, so as to know the level of the mineral wealth of tin ore cassiterite carrier element in the region of Central Bangka regency.The research area is located in the former mining areas of mechanical afforded by PT Timah, which has been declared unfit mine, and followed by the local community for traditional mined.This research method is the retrieval of rock samples in the observation location in the traditional mining area, for subsequent analysis in the laboratory by using a sifter based on the fraction of Tyler.From the analysis of rock samples showed the presence of the percentage content of mineral cassiterite tin as a carrier element along with minerals followers. Obtained varying levels until at levels of 25.49% cassiterite. Minerals that often arises is ilmenite, zircon, tourmaline, muscovite and quartz minerals, which its content can be greater than the mineral cassiterite.Keywords: Lead Levels Plaser, mineral cassiterite, Fraction Tyler, Mine Traditional ABSTRAKPenentuan kadar timah plaser dan mineral penyertanya dapat ditentukan dengan analisa distribusi besaran butir, sehingga dapat diketahui tingkat kekayaan mineral bijih kasiterit pembawa unsur timah di wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Daerah penelitian berada pada daerah bekas lahan tambang mekanik yang diusahakan oleh PT Timah, yang sudah dinyatakan tidak layak tambang, dan dilanjutkan oleh masyarakat sekitar untuk ditambang secara tradisional. Metode penelitian ini adalah dengan mengambilan sampel batuan di lokasi pengamatan di area penambangan tradisional, untuk selanjutnya di analisa di laboratorium dengan menggunakan ayakan berdasarkan fraksi Tyler. Dari hasil analisa sampel batuan memperlihatkan keberadaan kandungan persentase mineral kasiterit sebagai pembawa unsur timah beserta mineral pengikutnya. Kadar yang didapatkan bervariasi sampai pada kadar kasiterit 25,49%. Mineral yang sering muncul adalah ilmenit, zircon, turmalin, muskovit dan mineral kuarsa, yang kandungannya dapat lebih besar dari mineral kasiterit.Kata Kunci: Kadar Timah Plaser, Mineral Kasiterit, Fraksi Tyler, Tambang Tradisional
Analisis Kestabilan Lereng Berdasarkan Mohr-Coulomb dan Generalized Hoek-Brown pada Tambang Terbuka Batubara, Desa Tegalrejo dan sekitarnya, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan Siswanda, Faiza Melati; Riswandi, Herry
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 11, No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak – Pemilihan penggunaan kriteria keruntuhan yang tepat dalam analisis kestabilan lereng dapat mengurangi ketidaktepatan hasil analisis dalam memperoleh nilai Faktor Keamanan (FK) dari desain lereng yang dibuat, sehingga dibutuhkan dasar dalam pemilihan penggunaan kriteria keruntuhan yang tepat. Limit Equilibrium Methods (LEM) dan Morgenstren-Price merupakan metode yang digunakan dalam analisis ini. Klasifikasi massa batuan yang digunakan yaitu Rock Mass Rating (RMR) dan dari hasil analisisnya tergolong sedang hingga baik. Hasil perbandingan kriteria keruntuhan Generalized Hoek-Brown dengan maupun tanpa damage region menunjukkan nilai FK yang lebih kecil dibandingkan pada kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb. Nilai FK pada Mohr-Coulomb berkisar dari 1,463-1,830 sedangkan nilai FK pada Generalized Hoek-Brown tanpa damage region sebesar 1,024-1,438 nilai FK pada Generalized Hoek-Brown dengan damage region sebesar 1,110-1,875. Hasil nilai Probabilitas Kelongsoran (PK) menunjukkan nilai yang sama yaitu 0%. Nilai FK Generalized Hoek-Brown dengan maupun tanpa damage region yang lebih kecil dibandingkan Mohr-Coulomb dipengaruhi oleh variabel pada litologi seperti struktur dan kondisi bidang diskontinuitas serta nilai disturbance factor (D) sebagai dampak dari aktivitas penggalian dan peledakan yang mereduksi nilai FK sehingga lebih memvisualisasi kondisi aktual di lapangan sedangkan kriteria keruntuhan Mohr-Coloumb tidak dipengaruhi oleh kondisi tersebut dan secara sederhana hanya melibatkan nilai material properties dari batuan itu sendiri. Kata Kunci: Generalized Hoek-Brown, kestabilan lereng, klasifikasi massa batuan, Mohr-Coulomb, Muara Enim Abstract – Determining the appropriate use of failure criteria in slope stability analysis can reduce the inaccuracy of analysis results in obtaining the Safety Factor (SF) value from the slope design created so that a basis is needed for determining the appropriate use of failure criteria. Limit Equilibrium Methods (LEM) and Morgenstren-Price are the methods used in this analysis. The rock mass classification used is Rock Mass Rating (RMR) and the analysis results are classified as moderate to good. The comparasion result of the Generalized Hoek-Brown failure criteria with and without damage region show a smaller SF value compared to the Mohr-Coulomb failure criteria. The SF value on Mohr-Coulomb ranges from 1,463-1,830 while the SF value on Generalized Hoek-Brown without damage region is 1,024-1,438 and the SF value on Generalized Hoek-Brown with damage region is 1,110-1,875. The results of the Probability of Failure (PoF) value show the same value 0%. The SF value of Generalized Hoek-Brown with and without damage ragion is smaller than the Mohr-Coloumb are influenced by variables in lithology such as the structure and condition of discontinuity as well as the disturbance factor (D) value as the impact of excavation and blasting activities which reduces the SF value and it can better visualizes the actual conditions in the field. Meanwhile, the Mohr-Columb failure criteria are not influenced by those conditions and simply involve the value of the material properties of the rock itself. Keywords: Generalized Hoek-Brown, safety factor, rock mass rating, Mohr-Coulomb, Muara Enim
QUANTITATIVE GEOMORPHOLOGY EXPRESSION OF GEOLOGICAL STRUCTURES USING SATELLITE IMAGERY AND GEOSPATIAL ANALYSIS: AN EXAMPLE IN THE SOUTHERN PART OF MERAPI MOUNT, YOGYAKARTA, INDONESIA Riswandi, Herry; Sukiyah, Emi; Tania, Dina
Journal of Geological Sciences and Applied Geology Vol 4, No 3 (2021): Journal of Geological Science and Applied Geology
Publisher : Faculty of Geological Engineering, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/gsag.v4i3.32228

Abstract

Research using morphotectonics parameters from a 30-m digital elevation model to evaluate satellite imagery data. It process by contour, slope, aspect, and hillshade analysis of geographic information system tools. For geological lineaments, drainage patterns and their relation with geological structures. Data analyzed in digital format reveals the lineament identifies 116 segments in north-south and east-west polar direction, with length from 0.2 to 4.6 km. Quantitative geomorphology is based on the slope and valley dimension in four watersheds to recognize recent tectonic activity located on the southern slopes. Digital quantitative geomorphic analyzed volcanic slope area to generate data along with the tectonic evolution in annual eruption. Furthermore, the results become references for recent tectonic activity on the volcanic slopes, with several exceptional values of the four watersheds. That indices of bifurcation ratio, drainage density (3.44-4.76), sinuosity of mountain front (3-4), valley floor width to valley height ratio (0.021-0.32), asymmetry factor (16.7-2), streams length gradient index (5.9-12.2),  hypsometric (h/H 0.4-0.6 and a/A 0.4-0.5), transverse topography symmetry (0.47-0.87), elongation of basin ratio (0.003). The analyzed data results that structures are shifting. The geomorphological index can support tectonic activity assessment through the deformation of land from various volcanic deposits, uplift rate, and asymmetric river maturity.