Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS SERTA MINERAL PENGIKUT DAERAH PANINGKABAN DAN SEKITARNYA, KECAMATAN GUMELAR, KABUPATEN BANYUMAS, PROPINSI JAWA TENGAH Purwanto, Heru Sigit; Riswandi, Herry
Proceeding Seminar LPPM UMP 2015: Buku III Bidang Ilmu Kesehatan dan Sains Teknik, Proceeding Seminar Nasional LPPM 2015, 26 Se
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lokasi penelitian terletak di daerah Paningkaban dan sekitarnya, termasuk dalam wilayah Kecamatan Gumelar, Kabupaten Bayumas, Propinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian adalah untuk menunjukkan adanya kontrol struktur geologi pada daerah penelitian yang mempengaruhi pola sebaran urat kuarsa dan mineralisasi emas. Metodologi dalam penelitian diawali dengan pengumpulan data, dan data awal ini kemudian dikompilasi untuk menentukan tahap penelitian berikutnya. Penelitian ini meliputi pengamatan geomorfologi, stratigrafi, struktur dan alterasi mineralisasi. Geomorfologi daerah penelitian tersusun atas empat satuan bentuk asal yaitu: bentuk asal vukanik, struktural, karst, dan fluvial. Stratigrafi tersusun atas tujuh satuan litostratigrafi tak resmi dan dua litodem, yaitu (dari tua – muda): satuan breksi-vulkanik Halang, satuan batupasir Halang, Satuan lava-andesit Kumbang, satuan breksi-vulkanik Tapak, satuan batupasir Tapak, satuan batugamping Tapak, endapan aluvial, dan intrusi andesit. Alterasi hidrotermal yang terbentuk di daerah telitian dikelompokkan menjadi tiga zonasi tipe alterasi yaitu alterasi argilik, alterasi propilitik, dan alterasi sub-propilitik. Mineralisasi yang dijumpai di daerah telitian adalah pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), galena (Pbs), bornit (Cu5FeS4). Analisis struktur makroskopis pada daerah penelitian berdasarkan arah kelurusan dugaan jejak dari struktur geologi dulu baik berupa sesar, ataupun arah kelurusan sumbuh lipatan, didapatkan arah umum dari kelurusan tersebut yaitu relatip berarah N 3050 E (Baratlaut - Tenggara), dan N 0550 E (Timurlaut – Baratdaya). Di daerah telitian proses mineralisasi dikontrol oleh struktur geologi berupa sesar dan kekar. Dimana mineralisasi melimpah dan banyak dijumpai mengisi kekar-kekar terutama shear fracture yang secara umum berarah Timurlaut – Baratdaya dan Baratlaut – Tenggara, dengan arah tegasan pada kekar-kekar yang diukur di lapangan relatif berarah Utara - Selatan. Penelitian ini akan menekankan pada pengukuran dan analisis detil untuk mengetahuai proses mineralisasi emas dan mineral lainnya yang dikontrol oleh pola struktur yang bekerja.  Analisis kontrol struktur dapat membantu dalam melokalisir daerah mineralisasi karena pada dasarnya aktivitas dan proses kontrol struktur geologi merupakan koredor pada jalannya magma maupun sisa magma yang membawa mineral-mineral, sehingga metode eksplorasi mineral bijih dengan kontrol struktur dapat digunakan untuk menentukan cebakan mineralisasi endapan bijih emas pada sistem cebakan emas maupun mineral lainnya  pada suatu daerah lain.Kata kunci: litostratigrafi, struktur, zona bukaan, zona ubahan, mineralisasi, mineral logam. 
ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS DAERAH PANINGKABAN DAN SEKITARNYA, KECAMATAN GUMELAR, KABUPATEN BANYUMAS, JAWA TENGAH Heru Sigit Purwanto; Herry Riswandi
Jurnal Ilmiah MTG Vol 8, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.281 KB)

Abstract

Lokasi penelitian terletak di daerah Paningkaban dan sekitarnya, termasukdalam wilayah Kecamatan Gumelar, Kabupaten Bayumas, Propinsi JawaTengah. Tujuan penelitian adalah untuk menunjukkan adanya kontrol strukturgeologi pada daerah penelitian yang mempengaruhi pola sebaran urat kuarsadan mineralisasi emas. Metodologi dalam penelitian diawali denganpengumpulan data, dan data awal ini kemudian dikompilasi untuk menentukantahap penelitian berikutnya. Penelitian ini meliputi pengamatan geomorfologi,stratigrafi, struktur dan alterasi mineralisasi. Geomorfologi daerah penelitiantersusun atas empat satuan bentuk asal yaitu: bentuk asal vukanik, struktural,karst, dan fluvial. Stratigrafi tersusun atas tujuh satuan litostratigrafi tak resmidan dua litodem, yaitu (dari tua – muda): satuan breksi-vulkanik Halang, satuanbatupasir Halang, Satuan lava-andesit Kumbang, satuan breksi-vulkanik Tapak,satuan batupasir Tapak, satuan batugamping Tapak, endapan aluvial, dan intrusiandesit. Alterasi hidrotermal yang terbentuk di daerah telitian dikelompokkanmenjadi tiga zonasi tipe alterasi yaitu alterasi argilik, alterasi propilitik, danalterasi sub-propilitik. Mineralisasi yang dijumpai di daerah telitian adalah pirit(FeS2), kalkopirit (CuFeS2), galena (Pbs), bornit (Cu5FeS4). Analisis strukturmakroskopis pada daerah penelitian berdasarkan arah kelurusan dugaan jejakdari struktur geologi dulu baik berupa sesar, ataupun arah kelurusan sumbuhlipatan, didapatkan arah umum dari kelurusan tersebut yaitu relatip berarah N3050 E (Baratlaut - Tenggara), dan N 0550 E (Timurlaut – Baratdaya). Di daerahtelitian proses mineralisasi dikontrol oleh struktur geologi berupa sesar dankekar. Dimana mineralisasi melimpah dan banyak dijumpai mengisi kekar-kekarterutama shear fracture yang secara umum berarah Timurlaut – Baratdaya danBaratlaut – Tenggara, dengan arah tegasan pada kekar-kekar yang diukur dilapangan relatif berarah Utara - Selatan. Penelitian ini akan menekankan padapengukuran dan analisis detil untuk mengetahuai proses mineralisasi emas danmineral lainnya yang dikontrol oleh pola struktur yang bekerja. Analisis kontrolstruktur dapat membantu dalam melokalisir daerah mineralisasi karena padadasarnya aktivitas dan proses kontrol struktur geologi merupakan koredor padajalannya magma maupun sisa magma yang membawa mineral-mineral,sehingga metode eksplorasi mineral bijih dengan kontrol struktur dapatdigunakan untuk menentukan cebakan mineralisasi endapan bijih emas padasistem cebakan emas maupun mineral lainnya pada suatu daerah lain.Kata kunci: litostratigrafi, struktur, zona bukaan, zona ubahan, mineralisasi,mineral logam.
KEMENERUSAN URAT-URAT KUARSA YANG MENGANDUNG MINERAL EMAS DAN MINERAL PENGIKUTNYA BERDASARKAN KONTROL STRUKTUR DI DAERAH MALASARI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Heru Sigit Purwanto; Rinhard J.P. Sinaga
Jurnal Ilmiah MTG Vol 1, No 1 (2008)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Daerah Malasari, Cimalang dan sekitarnya tersusun oleh satuan batuan breksi tuf yang terdiri dari breksi tuf, dasit, serta andesit, dengan kedudukan perlapisan umumnya N 50O–80O E / 50O-60O. Satuan batuan breksi tuf dan satuan tuf lapili termasuk dalam Formasi Cimapag yang berumur Miosen Awal (Basuki, 1992). Batuan volkanik muda banyak dijumpai di daerah Malasari dengan intrusi dasit. Struktur sesar naik berarah N 300O E di sungai Cimapar dan sesar naik N 240O E di sungai Cimalang bawah. Sesar mendatar kekanan dengan arah N 110OE dijumpai di cabang sungai Cimalang dan sesar mendatar kanan berarah N 010O E juga dijumpai di sungai Cimalang bagian atas. Alterasi daerah Nirmala dan sekitarnya didapatkan secara umum adalah silisifikasi, argilisasi dan kloritisasi. Silisifikasi menempati tempat-tempat sekitar jalur-jalur sesar dan dekat urat kuarsa, kenampakan secara fisik berupa silika, merupakan jalur urat kuarsa kecil-kecil (“Quartz veinlets”), biasanya memotong batuan litik tuf dan tuf (host rock). Argilisasi didapatkan hampir disemua batuan, kenampakan fisik putih kekuningan, kecoklatan, hadir mineral lempung, kaolin, oksida besi, biasanya juga terdapat urat kuarsa. Kloritisasi didapatkan hampir pada semua batuan, kenampakan fisik, hijau pucat, keabu-abuan, hadirnya mineral pirit dan kalkopirit (tidak disemua tempat), biasanya pada batuan breksi andesit, breksi tuf dan batuan andesit, terdapat juga urat-urat kuarsa kecil. Mineralisasi di daerah Malasari, Cimalang dan sekitarnya biasanya berasosiasi dengan kehadiran urat-urat kuarsa, berupa zona urat kuarsa berwarna putih kemerahan dan kekuningan. Mineral yang hadir biasanya pirit, sedikit kalkopirit, galena dibeberapa tempat, hematit dan magnetit. Mineral biasanya hadir pada zona urat kuarsa kompresi (Quartz Compression), kadang berupa urat kuarsa breksiasi (Quartz breccia), sedangkan pada urat kuarsa tension (Quartz tensional) sedikit ditemukan dipermukaan.
POTENSI MINERAL Au Cu PORPHYRY, PROSPEK SILUK, KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN Aris Luppa; Heru Sigit Purwanto
Jurnal Ilmiah MTG Vol 5, No 1 (2012)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Secara umum, geologi daerah Siluk didominasi oleh batuan volkanik Neogene (M-L Miocene) Bergman 1996, dengan batuan sedimentasi marine yang kadang beroverprint dengan volkanik sedimen dan volkanik breccia. Batuan sedimen tersebut tersingkap di sepanjang jalan utama khususnya di sebelah selatan wilayah Siluk. Tebal lapisan sedimen antara 1 hingga 10 m dengan orientasi strike umumnya antara 300 - 340° dengan kemiringan 50° SE, di sebelah timur diindikasikan dengan batuan intrusi, yaitu diorite - microdiorite.Struktur utama daerah telitian secara umum NE-SW dan N-S, umumnya paralel dengan struktur utama Walanae Fault yang membujur di sebelah timur.Sistem alterasi didominsai oleh silica - clay pirit, Illite dan halloysite yang diinterpretasikan sebagai akibat proses pelapukan batuan intrusi dan hydtothermal.Hasil analisa FA dari conto tersebut hanya menghasilkan beberapa trace element mineral precious metal seperti Au, Ag, dan minor base metal seperti Cu, Pb (galena), Zn.Hasil pengamatan dengan PIMA menunjukkan adanya mineral clay seperti Monmorillite, Illite dan dominasi halloysite.
INTERPRETASI ZONA STRUKTUR DAN ALTERASI BERDASARKAN GEOFISIKA IP DI DAERAH NIRMALA, BOGOR, JAWA-BARAT Herry Riswandi; Heru Sigit Purwanto
Jurnal Ilmiah MTG Vol 1, No 1 (2008)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Lokasi penelitian terletak di Dusun Nirmala, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Daerah ini sebagian besar masuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) yang bertampalan dengan konsesi UBPE Pongkor PT. Aneka Tambang Tbk, (Persero) dan perkebunan teh PT. Nirmala Agung. Secara astronomis, berada pada 6°42’00”- 6°43’15” LS dan 106°30’45”- 106°32’15’’ BT, dengan luas daerah penelitian kurang lebih 4,5 km2. Tersusun atas dua satuan batuan yaitu satuan tuf lapili dan satuan breksi tuf dengan dua bentukan lahan geomorfik yaitu perbukitan vulkanik bergelombang kuat dan perbukitan bergelombang sedang. Alterasi hidrotermal yang terbentuk di daerah telitian dikelompokkan menjadi dua tipe alterasi yaitu alterasi argilik dan alterasi kloritisasi. Mineralisasi yang dijumpai di daerah telitian adalah pirit, kalkopirit, bornit dan galena. Di daerah telitian mineralisasi dikontrol oleh struktur geologi berupa sesar dan kekar. Dimana mineralisasi melimpah dan banyak dijumpai mengisi kekar-kekar terutama shear fracture yang memiliki trend arah timur laut – barat daya dan barat laut – tenggara, dengan arah tegasan pada kekar-kekar yang diukur di lapangan relatif berarah utara-selatan.
PENENTUAN TERAS PANTAI PURBA BERDASARKAN POLA PENYEBARAN BIJIH TIMAH DI PULAU BANGKA Herry Sulistiyo; Heru Sigit Purwanto
Jurnal Ilmiah MTG Vol 2, No 1 (2009)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Exploration and exploitation of tin has been conducted in Bangka Island for over a century. Meanwhile the exploration technology of tin ore has remained stagnant. In the last 10 years there has not been any significant new finding in the filed of tin placer exploration technology. Implementation of “valley hunting” concept is no longer relevant in finding new resources inland as well as offshore. This is evident by the decreasing success ratio results in drilling explorations conducted.Tin ore is categorized as heavy mineral and is economically known as Cassiterite (SnO2) having a density between 6.7-7.1 and hardness of 7 on the Mohs scale. With its high resistance to abrasion and other physical properties, this mineral is often used as characteristic of a depositional phase of an area.The above characteristics have encouraged the writer to study the deposition pattern of tin ore by utilizing bore exploration results and attempt to establish a correlation using the Sea Level Changes theory in an effort to better understand how changes in sea level has influenced the deposition pattern of tin ore. By establishing a relation between changes in sea level and deposition of tin ore, the writer hopes to trace the historical shorelines that may provide indication of a secondary deposition of tin ore.
STRUKTUR GEOLOGI MEMPENGARUHI PENINGKATAN KALORI BATUBARA DI DAERAH BINTUNI PROPINSI PAPUA BARAT Heru Sigit Purwanto
Jurnal Ilmiah MTG Vol 4, No 2 (2011)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Eksplorasi batubara di daerah Tisihu, Bintuni dan sekitarnya adalah untuk menentukan singkapan batuan, singkapan batubara, unsur struktur geologi dan hubungannya peningkatan kalori batubara di daerah telitian. Satuan batuan daerah penyelidikan didominasi Batulempung dan Batupasir dengan Lapisan Batubara di daerah Tisihu memiliki kedudukan lapisan berarah Barat-Timur, Baratlaut-Tenggara, dan kemiringan perlapisan batubara secara umum ke arah Selatan. Lapisan batubara didaerah telitian umumnya warna hitam , hitam cerah, brittle, gores coklat kehitaman,kusam – mengkilap, konkoidal, getas.Struktur yang dijumpai berupa struktur sesar mendatar barat laut-tenggara dan sesar turun berarah utara-selatan. Arah kedudukkan umum kekar : N 330º-345O E / 78º, N 250º-260O E / 86º dengan arah tegasan, σ1 = N 310º E atau N 130º E dan Arah kedudukkan umum kekar : N 005º E / 72º, N 280º E / 80º , Arah tegasan σ1= N 315º E atau N 135º E dibagian timur Kedudukan umum kekar N 300O-310O E / 76º dan N 020O-035O E / 86º , arah tegasan σ1= N 355º E dan N 175º E.Data singkapan batubara di daerah Tisihu dianalisa dan didapatkan 5 seam utama batubara, dengan ketebalan rata-rata seam antara 0,5 – 4 meter dengan nilai kalori batubara berkisar antara 3255 – 5010 kal.
KONTROL STRUKTUR JALUR MINERALISASI EMAS PADA URAT-URAT KUARSA DI BAWAH TANAH LEVEL 600 M – 500 M DI PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR, JAWA BARAT Heru Sigit Purwanto
Jurnal Ilmiah MTG Vol 5, No 2 (2012)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Daerah telitian berada pada lokasi tambang bawah tanah (terowongan) Pongkor di level 500 dan level 600 konsesi area eksploitasi PT. Antam Tbk. Lintasan telitian termasuk pada daerah Ciguha bagian timur, Pamoyanan, Kubangcicau dan Pondokbatu.Lokasi telitian pada terowongan dilakukan pengukuran arah struktur kekar, sesar dan urat kuarsa, dan hasil analisa struktur menunjukkan arah umum kompresi dan tensional. Hasil analisa tersebut kemudian dikorelasikan secara vertical dan horizontal sesuai dengan level kedalaman terowongan.Stratigrafi daerah telitian disusun oleh litologi breksi vulkanik dan lapili tuf, dengan banyak dijumpai uratan kuarsa tersebar merata. Struktur berkembang kuat di daerah telitian dengan arah kompresi N358oE/76o, dan tensional N296oE/72o. Mineralisasi yang umum dijumpai adalah mineralisasi Au-Ag dengan alterasi umumnya adalah kloritisasi, silisifikasi dan argilik.Analisa struktur setiap terowongan pada levelnya dibuat model kemenerusan urat kuarsa yang mengikuti arah struktur kompresi dan beberapa mengikuti arah tensional.
JENIS DEPOSIT “MASSIVE SULPHIDE” Pb-Zn DI DAERAH RIAM KUSIK, KECAMATAN MARAU, KABUPATEN KETAPANG, PROPINSI KALIMANTAN BARAT Heru Sigit Purwanto; Herry Riswandi
Jurnal Ilmiah MTG Vol 3, No 2 (2010)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Daerah Riamkusik, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Berdasarkan dari hasil pengamatan batuan dan pengukuran unsur struktur geologi terdapat satuan batuan yang telah mengalami alterasi atau ubahan serta terdapat mineralisasi dengan hadirnya mineral galena, kalkopirit, sphalerit, pirit dan lainnya. Mineralisasi umumnya mengikuti pola struktur kekar dan sesar yang memotong di daerah penelitian yang umumnya berarah Barat – Timur (N085OE), struktur geologi tersebut diinterpretasikan menjadi koridor proses terjadinya jalur mineralisasi masif sulfida, sedangkan analisa geofisika IP menunjukan adanya jalur dan cebakan masif sulfida (Pb-Zn) pada kedalaman bervariasi antara 10 - 100 meter. Beberapa hasil pemboran pada kedalaman 40 – 75 meter menunjukkan mineralisasi kuat pada cebakan masif sulfida (galena, magnetit, spalerit, pirit, kalkopirit). Berdasarkan data hasil eksplorasi tersebut diinterpretasikan bahwa tipe deposit daerah telitian adalah “Masif Sulphide” yang dikontrol oleh pola struktur geologi yang berarah N 085OE.
POTENSI NIKEL SULPHIDA DAERAH IUP HARITA DI PULAU OBI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA Boyke Muhammad Khadafi; C. Danisworo; Heru Sigit Purwanto
Jurnal Ilmiah MTG Vol 6, No 2 (2013)
Publisher : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.277 KB)

Abstract

Study ini berisi tentang eksplorasi potensi nikel sulfida di IUP PT. Harita Nickel yang berada di pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. Berdasarkan studi ini ada empat area prospek untuk nikel sulfida dan dua untuk mineralisasi lainnya. Potensi Nikel sulfida berada di daerah Laiwui, Fluk, Babo, Loji dan Kawasi terkait dengan adanya sesar normal dan sesar geser yang memotong daerah batuan ultramafic, sedangkan di Bobo dan Laiwui, intrusi Diorite dan gabro memiliki prospek mineralisasi lain disamping nikel sulfida.