Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Ogo: A Cultural System Moves and Damage of the Environment Zainur Wula; Hadjrah Arifin
Indonesian Journal of Social and Environmental Issues (IJSEI) Vol. 1 No. 3 (2020): December
Publisher : CV. Literasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.441 KB) | DOI: 10.47540/ijsei.v1i3.112

Abstract

Humans and the natural environment have a very close relationship; it can even be called interdependence. Humans have a very high dependence on fulfilling the necessities of life, the most important of which are clothing, food, and shelter which have the main source of raw materials from the natural environment, especially in communities whose farmers depend on the natural environment and land. The culture of people's lives in the shifting cultivation system called ogo is one of the main factors in forest and environmental damage in a broad sense because forests are not only related to grass and timber trees but also land, rocks, water, fauna. The research method used is qualitative with a case study approach. The data were collected through documents, in-depth interviews, and observations, and data analysis was carried out descriptively. The results showed that forest and environmental damage due to excessive use with the ogo culture of shifting cultivation with a period of three to four years resulted in reduced water reserves due to damage to water infiltration, floods, and landslides as well as damage to residential areas. Roads and bridges in the village of Nuanaga in February 2016. Ogo as a socio-cultural system of shifting cultivation is an act of rational choice by farmers in increasing income and the dignity of family life, despite frequent floods and landslides in the rainy season with high intensity.
Pendugaan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan Alat Tangkap Pancing Ulur yang Didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Oeba Kupang Susy Herawaty; Hadjrah Arifin; Luthfiah Usman
Jurnal Salamata Vol 2, No 1 (2020): Juni
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.028 KB) | DOI: 10.15578/salamata.v2i1.11249

Abstract

Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat beragam jenisnya. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) tergolong sumberdaya perikanan pelagis penting dan merupakan salah satu komoditi ekspor yang di daratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan Oeba Kupang. Sumberdaya perikanan ini sudah dieksploitasi dan dimanfaatkan terus menerus hingga sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkajiĀ musim penangkapan ikan cakalang di PPI Oeba Kupang, berdasarkan alat tangkap pancing ulur. Metode yang digunakan untuk pendugaan musim penangkapan ikan cakalang yaitu survey dengan pendekatan deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah data produksi, data jumlah kapal perikanan, data jumlah alat tangkap/trip penangkapan pancing ulur dari tahun 2013-2017. Data dianalisis menggunakan Metode Persentase Rata-rata (The Average Percentage Methods) yang didasarkan pada Analisis Runtun Waktu (Times Series Analysis). Dari hasil analisis di dapat Indeks musim cakalang terjadi pada bulan Juni 116,42%, Agustus 109,61%, September 103,98% dan November 133,20%. Puncak indeks musim penangkapan cakalang terjadi pada bulan Oktober 297,60%.