T W DARMONO
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Aplikasi biokaolin untuk perlindungan buah kakao dari serangan PBK, Helopeltis spp. dan Phytophthora palmivora Application of biokaolin in protecting cocoa pod from cocoa pod borer, Helopeltis spp. and Phytophthora palmivora infestation Irma KRESNAWATY; Asmini BUDIANI; Abdul WAHAB; T W DARMONO
E-Journal Menara Perkebunan Vol 78, No 1: Juni 2010
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1384.025 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v78i1.77

Abstract

AbstractMain constraints of cacao cultivation are infestations of cocoa pod borer (Conopomorpha cramerella (Snellen), Helopeltis spp., and cocoa pod rot disease (palmivora). So far there is no technology that could efficiently controlthese important pests. This research was aimed to develop environmentally friendly new technology to protect pod surfaces of cacao. The experiment was performed in heavily infested cacao plantation in Konawe, South-East Sulawesi.The use of kaolin particle film enriched with entomopathogenic microbe was contrasted againts the use of currently recommended plastic sleeve. Cacao pods were sprayed at one week and two week intervals. The observed parameters were the number of pods infested with cocoa pod borer, pod rot and Helopeltis spp. at 4th - 14th weeks after first spray. From the observation, weekly biokaolin application showed the highest amount pods free from cocoa pod borer (33.97 %), followed by biweekly application (27.96 %), and plastic sleeving (19 %). Ten weeks after first spray, cocoa pod borer incidence was significantly reduced especially in weekly application. The percentage of pods free from pod rot were 81.92 %, 62.96 %, and 72.20 % for weekly spray, biweekly spray, and plastic sleeving, respectively. Pods being kept for 12 weeks in plastic sleeve endured the highest intensity of pod rot incidence. Biweekly biokaolin treatment was better in handling Helopeltis spp. attack. Besides reducing infestation of the main pests and diseases, biokaolin application also reduced the incidence of cherelle wilt to almost 40%. Those results gave the great expectation that biokaolin usage would significantly increase cacao yield, resulting in the increase of cacao farmer income. AbstrakKendala utama dalam upaya budidaya kakao adalah adanya serangan hama penggerek buah kakao (PBK), Conopomorpha cramerella (Snellen) dan hama kepik Helopeltis spp., serta serangan patogen penyebab busuk buah (Phythophtora palmivora). Sampai saat ini belum tersedia teknologi yang secara efisien mengendalikan ketiga-tiganya sekaligus. Peneltian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan untuk melindungi permukaan buah kakao. Percobaan dilakukan pada perkebunan kakao dengan tingkat serangan yang berat di Konawe, Sulawesi Tenggara. Dalam penelitian ini, penggunaan lapisan partikel kaolin yang diperkaya dengan mikroba entomopatogenik dibandingkan efektifitasnya dengan penyarungan menggunakan kantung plastik yang direkomendasikan selama ini. Buah kakao disemprot setiap interval satu minggu dan dua minggu sekali. Parameter yang diamati adalah jumlah buah terserang PBK, jumlah serangan busuk buah dan jumlah serangan Helopeltis spp. pada minggu keempat sampai dengan minggu ke-14 setelah penyemprotan pertama. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase tertinggi (33,97 %) buah kakao yang terbebas dari serangan PBK diperoleh pada plot dengan penyemprotan biokaolin setiap minggu, diikuti dengan penyemprotan setiap dua minggu (27,96 %), dan penyelubungan dengan kantung plastik (19,00 %). Pada minggu ke- 10 setelah penyemprotan pertama terjadi penurunan intensitas serangan PBK secara signifikan khususnya pada perlakuan setiap minggu. Persentase buah kakao yang terbebas dari penyakit busuk buah 81,92 %, 62,96 %, dan 72,20 %, secara berturutan untuk perlakuan penyemprotan setiap satu minggu,setiap dua minggu, dan penyarungan plastik. Pada minggu ke-12 buah kakao yang diberi perlakuan penyarungan mengalami peningkatan serangan busuk buah paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan penyemprotan setiap dua minggu memberikan perlindungan terbaik dari serangan Helopeltis spp. Hasil ini memberikan harapan besar bahwa aplikasi biokaolin sangat berpotensi meningkatan hasil panen petani kakao sehingga akan meningkatkan pendapatan petani.
Dinamika populasi Trichoderma harzianum DT38 pada campuran arang hayati tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan gambut Population dinamic of Trichoderma harzianum DT38 on mixture of empty fruit bunches of oil palm (EFBOP) biochar and peat Irma KRESNAWATY; Sayhas SUHADA; Asmini BUDIANI; T W DARMONO
E-Journal Menara Perkebunan Vol 80, No 1: Juni 2012
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.329 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v80i1.45

Abstract

Abstract Biochar offers option for managing land as a source  of carbon and soil conditioner. The ability of biochar in  increasing soil  fertility associates with its ability to retain water, reduce soil acidity, and keep the availability of essential nutrients for plant thus increasing crop produc-tivity, and reducing the risk of soil erosion. Biochar is also substance to provide a  suitable environment for the growth of beneficial microbes, including an isolate of  Trichoderma harzianum used in this study, that has been proven capable in stimulating plant growth and suppressing soil borne diseases. The purpose of this research was to determine the in vitro compatibility of T. harzianum DT38, Indonesia Biotech-nology Research Institute for Estate Crop (IBRIEC) collection, in mixtures of  EFBPO biochar and peat during 28 days. This research was performed in completely randomized design with single factor, comprising of five formulas: 1) 100% EFBOP biochar (K1), 2) 100% peat (K2), 3) Mixture of EFBOP biochar and peat = 1 : 4 (F1), 4) Mixture of EFBOP biochar and peat=  1 : 8 (F2), dan 5) Mixture of EFBOP biochar and peat=  1 : 12 (F3). The colony forming units were determined after storage to express the amount of fungal propaguls in each mixture. The results was analized using one-way ANOVA test and Duncan Test. Result showed that the total of  T. harzianum DT38 propaguls was not significantly difference among five mixture preparations tested during 0 and 7 days storage. The total propaguls were insignificantly difference between F1 and K2, and also between  F2 and F3in 14, 21 and 28 days incubation. Peat addition on biochar increased the total of  T. harzianum DT38 propaguls during 28 days incubation. The total propaguls which are remain high in F1, F2 and F3 formula up to 28 days storage indicating that the mixtures suitable for microbe media and biofertilizer formula.Abstrak Penggunaan arang hayati (biochar) merupakan alternatif pengelolaan tanah terutama sebagai penyedia karbon dan pembenah tanah.  Kemampuan biochar dalam meningkatkan kesuburan tanah berhubungan dengan kemampuannya untuk menahan air, mengurangi keasaman tanah, menjaga keter-sediaan nutrien yang penting bagi tanaman sehingga mening-katkan  produktivitas  tanaman, serta mengurangi resiko erosi  tanah. Arang hayati  juga berperan dalam menyediakan ling-kungan yang   cocok   untuk   pertumbuhan   mikroba,  ter-masuk isolat Trichoderma harzianum yang digunakan dalam penelitian ini dan teruji mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan mengendalikan penyakit tular tanah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kompatibilitas T. harzianum DT38 koleksi BPBPI pada bahan pembawa berupa campuran biochar tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan gambut selama penyimpanan 28 hari secara in vitro. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) untuk menguji lima perlakuan, yaitu : 1) 100% biochar TKKS (K1), 2) 100% gambut (K2), 3) Campuran biochar TKKS dan gambut 1 : 4 (F1), 4) Campuran biochar TKKS dan gambut 1 : 8 (F2), dan 5) Campuran biochar TKKS dan gambut 1 : 12 (F3). Hasil pengamatan pada penyimpanan 0 dan 7 hari menunjukkan bahwa jumlah propagul T. harzianum DT38 dari berbagai formula tidak berbeda nyata.  Jumlah propagul antara formula F1 dan K2, serta F2 dan F3 tidak berbeda nyata pada penyim-panan 14, 21 dan 28 hari.  Penambahan gambut pada biochar TKKS dapat meningkatkan jumlah propagul T. harzianum DT 38 selama penyimpanan 28 hari secara in vitro.  Jumlah propagul T. harzianum DT38 pada media F1, F2 dan F3 selama penyimpanan 28 hari masih memenuhi jumlah minimal propagul dalam bahan pembawa yang menunjukkan bahwa media ini sesuai untuk pertumbuhan mikroba dan berpotensi sebagai formula pupuk hayati.
Pengembangan penanda molekuler untuk deteksi Phytophthora palmivora pada tanaman kakao Development of molecular marker for the detection of Phytophthora palmivora in cacao T W DARMONO; Ilyas JAMIL; Dwi Andreas SANTOSA
E-Journal Menara Perkebunan Vol 74, No 2: Desember 2006
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.673 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v74i2.110

Abstract

Summary Pod rot is one of the most important diseases in cacao. This disease could be incited by Phytophthora palmivora, P. megakarya,  P. capsici or P. citrophthora.  The causal agent of pod rot disease in cacao in Indonesia is known to be P. palmivora.  The success of pod rot disease management is partly depend on the success of efforts in reducing the quantity and quality of the disease inoculum above and below soil surface.  Provision of molecular-based detection system would improve the accuracy of determination of these two parameters. The objective of this experiment was to develop a pair of primers that could be used to specifically amplify rDNA fragments of P. palmivora associated with pod rot disease in cacao.  Design of these primers was made based on the DNA sequence of rDNA fragment amplified using a pair of universal primers ITS4/ITS5. Regions showing high degree of dissimilarity among species of Phytophthora and high degree of similarity within the same species of P. palmivora were determined through DNA alignment.  Specific forward primer (DTF) 5¢-CTT AGT TGG GGG TCT CTT TC-3¢  and reverse primer (Ilyas1R) 5¢-GTT CAC CAA TCA TAC CAC C-3¢ were obtained. This pair of primers had been proven to specifically amplify only rDNA fragment, approximately 650 bp, of P. palmivora associated with pod rot disease and stem canker in cacao.Ringkasan Penyakit busuk buah merupakan salah satu penyakit terpenting pada tanaman kakao.  Penyakit ini dapat disebabkan oleh Phytoph-thora palmivora, P. megakarya, P. capsici atau P. citrophthora. Di Indonesia busuk buah disebabkan oleh P. palmivora. Keberhasilan pengendalian penyakit busuk buah salah satunya tergantung kepada keberhasilan penekanan kuantitas dan kualitas inokulum baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan tanah. Tersedianya perangkat deteksi molekuler akan sangat membantu dalam upaya penetapan kedua parameter ter-sebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengem-bangkan satu pasang primer yang secara spesifik mampu mengamplifikasi hanya fragmen rDNA P. palmivora yang berkaitan dengan busuk buah kakao. Desain primer dilakukan dengan mengacu kepada sekuen rDNA yang diamplifikasi dengan pasangan primer universal ITS4/ITS5. Daerah yang menunjukkan urutan basa dengan tingkat keragaman yang tinggi antar spesies Phytoph-thora dan yang menunjukkan tingkat kesamaan tinggi dalam satu spesies P. palmivora  yang sama  ditelusuri melalui penjajaran DNA. Hasil desain primer diperoleh primer forward (DTF) 5¢-CTT AGT TGG GGG TCT CTT TC-3¢  dan  reverse (Ilyas1R) 5¢-GTT CAC CAA TCA TAC CAC C-3¢. Pasangan primer DTF dan Ilyas1R ini hanya mampu mengamplifikasi fragmen rDNA berukuran 650 bp dari P. palmivora penyebab penyakit  buah  dan kanker batang kakao.
Perangkat serologi untuk deteksi dini infeksi Ganoderma sp. pada kelapa sawit Serological device kit for early detection of Ganoderma sp. infection in oil palm . SUHARYANTO; Deden Dewantara ERIS; Haryo Tejo PRAKOSO; A H SARAGIH; T W DARMONO
E-Journal Menara Perkebunan Vol 80, No 1: Juni 2012
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.644 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v80i1.42

Abstract

AbstractBasal stem rot caused by Ganoderma sp. is the most destructive disease in oil palm that difficult to control because its early symptom could not be detected easily. Serological technique that could detect early Ganoderma sp. infection in quick, simple, and cheap manner should be developed as one component for integrated disease management. A diagnostic device based on dot immunobinding assay (DIBA) for early detection of Ganoderma sp. infection in oil palm had been observed at laboratory, greenhouse and field experiment. Study result revealed that serological technique could detect antigen protein extract of Ganoderma mycelium as much as 138 µg/mL. Basal stem of young seedling that artificially be inoculated by the pathogen could also be clearly detected. At field experiment, Ganoderma sp. infection in oil palm plantation was marked with colour marking based on its infection stadium level to the palm oil. The colours are green, yellow, red, black, and white stating that the plant are healthy, mild infection, heavy infection, very heavy infection, and dead, respectively. Field experiment result showed that serological device kit gave strong reaction to antigen extracted from root and stem at red marking plant. The antigen extracted from healthy plant (green marking plant) was the weak one indicating that the plant is starting to be infected although the symptoms are not yet visually observed. AbstrakBusuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma sp. merupakan penyakit paling penting yang sulit ditanggulangi pada tanaman kelapa sawit karena gejala dini serangan sulit diketahui. Teknik serologi yang mampu mendeteksi dini infeksi Ganoderma sp. secara cepat, sederhana dan murah perlu dikembangkan sebagai salah satu komponen dalam pengelolaan penyakit secara terpadu. Teknik serologi dalam bentuk perangkat diagnostik berbasis dot immunobinding assay (DIBA) telah dirakit untuk mendeteksi infeksi Ganoderma sp. pada skala laboratorium, rumah kaca, dan lapang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perangkat diagnostik tersebut dapat mendeteksi ekstrak protein dari miselium Ganoderma sp sebesar 138 µg/mL. Keberadaan patogen pada bibit kelapa sawit yang diinfeksi buatan dapat dideteksi secara jelas dengan perangkat serologi tersebut. Deteksi tingkat infeksi Ganoderma sp. pada kebun kelapa sawit TM (skala lapang) dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan stadium infeksi (sehat, ringan, berat, sangat berat, mati) yang diberi kriteria warna hijau, kuning, merah, hitam, dan putih. Hasil uji di kebun kelapa sawit menunjukkan bahwa teknik serologi ini memberikan reaksi paling kuat terhadap antigen yang diekstraksi dari akar dan batang tanaman kriteria merah. Sedangkan reaksi paling lemah ditunjukkan oleh antigen yang diekstraksi dari tanaman kelapa sawit kode hijau yang mengindikasikan bahwa tanaman tanaman kelapa sawit di lapangan tersebut mulai terserang walaupun gejala penyakit belum terlihat secara visual.
Perangkat serologi untuk deteksi dini infeksi Ganoderma sp. pada kelapa sawit Serological device kit for early detection of Ganoderma sp. infection in oil palm . SUHARYANTO; Deden Dewantara ERIS; Haryo Tejo PRAKOSO; A H SARAGIH; T W DARMONO
Menara Perkebunan Vol. 80 No. 1: 80 (1), 2012
Publisher : INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v80i1.42

Abstract

AbstractBasal stem rot caused by Ganoderma sp. is the most destructive disease in oil palm that difficult to control because its early symptom could not be detected easily. Serological technique that could detect early Ganoderma sp. infection in quick, simple, and cheap manner should be developed as one component for integrated disease management. A diagnostic device based on dot immunobinding assay (DIBA) for early detection of Ganoderma sp. infection in oil palm had been observed at laboratory, greenhouse and field experiment. Study result revealed that serological technique could detect antigen protein extract of Ganoderma mycelium as much as 138 µg/mL. Basal stem of young seedling that artificially be inoculated by the pathogen could also be clearly detected. At field experiment, Ganoderma sp. infection in oil palm plantation was marked with colour marking based on its infection stadium level to the palm oil. The colours are green, yellow, red, black, and white stating that the plant are healthy, mild infection, heavy infection, very heavy infection, and dead, respectively. Field experiment result showed that serological device kit gave strong reaction to antigen extracted from root and stem at red marking plant. The antigen extracted from healthy plant (green marking plant) was the weak one indicating that the plant is starting to be infected although the symptoms are not yet visually observed. AbstrakBusuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma sp. merupakan penyakit paling penting yang sulit ditanggulangi pada tanaman kelapa sawit karena gejala dini serangan sulit diketahui. Teknik serologi yang mampu mendeteksi dini infeksi Ganoderma sp. secara cepat, sederhana dan murah perlu dikembangkan sebagai salah satu komponen dalam pengelolaan penyakit secara terpadu. Teknik serologi dalam bentuk perangkat diagnostik berbasis dot immunobinding assay (DIBA) telah dirakit untuk mendeteksi infeksi Ganoderma sp. pada skala laboratorium, rumah kaca, dan lapang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perangkat diagnostik tersebut dapat mendeteksi ekstrak protein dari miselium Ganoderma sp sebesar 138 µg/mL. Keberadaan patogen pada bibit kelapa sawit yang diinfeksi buatan dapat dideteksi secara jelas dengan perangkat serologi tersebut. Deteksi tingkat infeksi Ganoderma sp. pada kebun kelapa sawit TM (skala lapang) dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan stadium infeksi (sehat, ringan, berat, sangat berat, mati) yang diberi kriteria warna hijau, kuning, merah, hitam, dan putih. Hasil uji di kebun kelapa sawit menunjukkan bahwa teknik serologi ini memberikan reaksi paling kuat terhadap antigen yang diekstraksi dari akar dan batang tanaman kriteria merah. Sedangkan reaksi paling lemah ditunjukkan oleh antigen yang diekstraksi dari tanaman kelapa sawit kode hijau yang mengindikasikan bahwa tanaman tanaman kelapa sawit di lapangan tersebut mulai terserang walaupun gejala penyakit belum terlihat secara visual.
Dinamika populasi Trichoderma harzianum DT38 pada campuran arang hayati tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan gambut Population dinamic of Trichoderma harzianum DT38 on mixture of empty fruit bunches of oil palm (EFBOP) biochar and peat Irma KRESNAWATY; Sayhas SUHADA; Asmini BUDIANI; T W DARMONO
Menara Perkebunan Vol. 80 No. 1: 80 (1), 2012
Publisher : INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v80i1.45

Abstract

Abstract Biochar offers option for managing land as a source  of carbon and soil conditioner. The ability of biochar in  increasing soil  fertility associates with its ability to retain water, reduce soil acidity, and keep the availability of essential nutrients for plant thus increasing crop produc-tivity, and reducing the risk of soil erosion. Biochar is also substance to provide a  suitable environment for the growth of beneficial microbes, including an isolate of  Trichoderma harzianum used in this study, that has been proven capable in stimulating plant growth and suppressing soil borne diseases. The purpose of this research was to determine the in vitro compatibility of T. harzianum DT38, Indonesia Biotech-nology Research Institute for Estate Crop (IBRIEC) collection, in mixtures of  EFBPO biochar and peat during 28 days. This research was performed in completely randomized design with single factor, comprising of five formulas: 1) 100% EFBOP biochar (K1), 2) 100% peat (K2), 3) Mixture of EFBOP biochar and peat = 1 : 4 (F1), 4) Mixture of EFBOP biochar and peat=  1 : 8 (F2), dan 5) Mixture of EFBOP biochar and peat=  1 : 12 (F3). The colony forming units were determined after storage to express the amount of fungal propaguls in each mixture. The results was analized using one-way ANOVA test and Duncan Test. Result showed that the total of  T. harzianum DT38 propaguls was not significantly difference among five mixture preparations tested during 0 and 7 days storage. The total propaguls were insignificantly difference between F1 and K2, and also between  F2 and F3in 14, 21 and 28 days incubation. Peat addition on biochar increased the total of  T. harzianum DT38 propaguls during 28 days incubation. The total propaguls which are remain high in F1, F2 and F3 formula up to 28 days storage indicating that the mixtures suitable for microbe media and biofertilizer formula.Abstrak Penggunaan arang hayati (biochar) merupakan alternatif pengelolaan tanah terutama sebagai penyedia karbon dan pembenah tanah.  Kemampuan biochar dalam meningkatkan kesuburan tanah berhubungan dengan kemampuannya untuk menahan air, mengurangi keasaman tanah, menjaga keter-sediaan nutrien yang penting bagi tanaman sehingga mening-katkan  produktivitas  tanaman, serta mengurangi resiko erosi  tanah. Arang hayati  juga berperan dalam menyediakan ling-kungan yang   cocok   untuk   pertumbuhan   mikroba,  ter-masuk isolat Trichoderma harzianum yang digunakan dalam penelitian ini dan teruji mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan mengendalikan penyakit tular tanah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kompatibilitas T. harzianum DT38 koleksi BPBPI pada bahan pembawa berupa campuran biochar tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan gambut selama penyimpanan 28 hari secara in vitro. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) untuk menguji lima perlakuan, yaitu : 1) 100% biochar TKKS (K1), 2) 100% gambut (K2), 3) Campuran biochar TKKS dan gambut 1 : 4 (F1), 4) Campuran biochar TKKS dan gambut 1 : 8 (F2), dan 5) Campuran biochar TKKS dan gambut 1 : 12 (F3). Hasil pengamatan pada penyimpanan 0 dan 7 hari menunjukkan bahwa jumlah propagul T. harzianum DT38 dari berbagai formula tidak berbeda nyata.  Jumlah propagul antara formula F1 dan K2, serta F2 dan F3 tidak berbeda nyata pada penyim-panan 14, 21 dan 28 hari.  Penambahan gambut pada biochar TKKS dapat meningkatkan jumlah propagul T. harzianum DT 38 selama penyimpanan 28 hari secara in vitro.  Jumlah propagul T. harzianum DT38 pada media F1, F2 dan F3 selama penyimpanan 28 hari masih memenuhi jumlah minimal propagul dalam bahan pembawa yang menunjukkan bahwa media ini sesuai untuk pertumbuhan mikroba dan berpotensi sebagai formula pupuk hayati.
Aplikasi biokaolin untuk perlindungan buah kakao dari serangan PBK, Helopeltis spp. dan Phytophthora palmivora Application of biokaolin in protecting cocoa pod from cocoa pod borer, Helopeltis spp. and Phytophthora palmivora infestation Irma KRESNAWATY; Asmini BUDIANI; Abdul WAHAB; T W DARMONO
Menara Perkebunan Vol. 78 No. 1: 78 (1), 2010
Publisher : INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v78i1.77

Abstract

AbstractMain constraints of cacao cultivation are infestations of cocoa pod borer (Conopomorpha cramerella (Snellen), Helopeltis spp., and cocoa pod rot disease (palmivora). So far there is no technology that could efficiently controlthese important pests. This research was aimed to develop environmentally friendly new technology to protect pod surfaces of cacao. The experiment was performed in heavily infested cacao plantation in Konawe, South-East Sulawesi.The use of kaolin particle film enriched with entomopathogenic microbe was contrasted againts the use of currently recommended plastic sleeve. Cacao pods were sprayed at one week and two week intervals. The observed parameters were the number of pods infested with cocoa pod borer, pod rot and Helopeltis spp. at 4th - 14th weeks after first spray. From the observation, weekly biokaolin application showed the highest amount pods free from cocoa pod borer (33.97 %), followed by biweekly application (27.96 %), and plastic sleeving (19 %). Ten weeks after first spray, cocoa pod borer incidence was significantly reduced especially in weekly application. The percentage of pods free from pod rot were 81.92 %, 62.96 %, and 72.20 % for weekly spray, biweekly spray, and plastic sleeving, respectively. Pods being kept for 12 weeks in plastic sleeve endured the highest intensity of pod rot incidence. Biweekly biokaolin treatment was better in handling Helopeltis spp. attack. Besides reducing infestation of the main pests and diseases, biokaolin application also reduced the incidence of cherelle wilt to almost 40%. Those results gave the great expectation that biokaolin usage would significantly increase cacao yield, resulting in the increase of cacao farmer income. AbstrakKendala utama dalam upaya budidaya kakao adalah adanya serangan hama penggerek buah kakao (PBK), Conopomorpha cramerella (Snellen) dan hama kepik Helopeltis spp., serta serangan patogen penyebab busuk buah (Phythophtora palmivora). Sampai saat ini belum tersedia teknologi yang secara efisien mengendalikan ketiga-tiganya sekaligus. Peneltian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan untuk melindungi permukaan buah kakao. Percobaan dilakukan pada perkebunan kakao dengan tingkat serangan yang berat di Konawe, Sulawesi Tenggara. Dalam penelitian ini, penggunaan lapisan partikel kaolin yang diperkaya dengan mikroba entomopatogenik dibandingkan efektifitasnya dengan penyarungan menggunakan kantung plastik yang direkomendasikan selama ini. Buah kakao disemprot setiap interval satu minggu dan dua minggu sekali. Parameter yang diamati adalah jumlah buah terserang PBK, jumlah serangan busuk buah dan jumlah serangan Helopeltis spp. pada minggu keempat sampai dengan minggu ke-14 setelah penyemprotan pertama. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase tertinggi (33,97 %) buah kakao yang terbebas dari serangan PBK diperoleh pada plot dengan penyemprotan biokaolin setiap minggu, diikuti dengan penyemprotan setiap dua minggu (27,96 %), dan penyelubungan dengan kantung plastik (19,00 %). Pada minggu ke- 10 setelah penyemprotan pertama terjadi penurunan intensitas serangan PBK secara signifikan khususnya pada perlakuan setiap minggu. Persentase buah kakao yang terbebas dari penyakit busuk buah 81,92 %, 62,96 %, dan 72,20 %, secara berturutan untuk perlakuan penyemprotan setiap satu minggu,setiap dua minggu, dan penyarungan plastik. Pada minggu ke-12 buah kakao yang diberi perlakuan penyarungan mengalami peningkatan serangan busuk buah paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan penyemprotan setiap dua minggu memberikan perlindungan terbaik dari serangan Helopeltis spp. Hasil ini memberikan harapan besar bahwa aplikasi biokaolin sangat berpotensi meningkatan hasil panen petani kakao sehingga akan meningkatkan pendapatan petani.
Pengembangan penanda molekuler untuk deteksi Phytophthora palmivora pada tanaman kakao Development of molecular marker for the detection of Phytophthora palmivora in cacao T W DARMONO; Ilyas JAMIL; Dwi Andreas SANTOSA
Menara Perkebunan Vol. 74 No. 2: 74 (2), 2006
Publisher : INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v74i2.110

Abstract

Summary Pod rot is one of the most important diseases in cacao. This disease could be incited by Phytophthora palmivora, P. megakarya,  P. capsici or P. citrophthora.  The causal agent of pod rot disease in cacao in Indonesia is known to be P. palmivora.  The success of pod rot disease management is partly depend on the success of efforts in reducing the quantity and quality of the disease inoculum above and below soil surface.  Provision of molecular-based detection system would improve the accuracy of determination of these two parameters. The objective of this experiment was to develop a pair of primers that could be used to specifically amplify rDNA fragments of P. palmivora associated with pod rot disease in cacao.  Design of these primers was made based on the DNA sequence of rDNA fragment amplified using a pair of universal primers ITS4/ITS5. Regions showing high degree of dissimilarity among species of Phytophthora and high degree of similarity within the same species of P. palmivora were determined through DNA alignment.  Specific forward primer (DTF) 5¢-CTT AGT TGG GGG TCT CTT TC-3¢  and reverse primer (Ilyas1R) 5¢-GTT CAC CAA TCA TAC CAC C-3¢ were obtained. This pair of primers had been proven to specifically amplify only rDNA fragment, approximately 650 bp, of P. palmivora associated with pod rot disease and stem canker in cacao.Ringkasan Penyakit busuk buah merupakan salah satu penyakit terpenting pada tanaman kakao.  Penyakit ini dapat disebabkan oleh Phytoph-thora palmivora, P. megakarya, P. capsici atau P. citrophthora. Di Indonesia busuk buah disebabkan oleh P. palmivora. Keberhasilan pengendalian penyakit busuk buah salah satunya tergantung kepada keberhasilan penekanan kuantitas dan kualitas inokulum baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan tanah. Tersedianya perangkat deteksi molekuler akan sangat membantu dalam upaya penetapan kedua parameter ter-sebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengem-bangkan satu pasang primer yang secara spesifik mampu mengamplifikasi hanya fragmen rDNA P. palmivora yang berkaitan dengan busuk buah kakao. Desain primer dilakukan dengan mengacu kepada sekuen rDNA yang diamplifikasi dengan pasangan primer universal ITS4/ITS5. Daerah yang menunjukkan urutan basa dengan tingkat keragaman yang tinggi antar spesies Phytoph-thora dan yang menunjukkan tingkat kesamaan tinggi dalam satu spesies P. palmivora  yang sama  ditelusuri melalui penjajaran DNA. Hasil desain primer diperoleh primer forward (DTF) 5¢-CTT AGT TGG GGG TCT CTT TC-3¢  dan  reverse (Ilyas1R) 5¢-GTT CAC CAA TCA TAC CAC C-3¢. Pasangan primer DTF dan Ilyas1R ini hanya mampu mengamplifikasi fragmen rDNA berukuran 650 bp dari P. palmivora penyebab penyakit  buah  dan kanker batang kakao.