Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pembinaan Tari Puspa Arum dan Pelatihan Tata Rias Tari Bagi Penari Kolok di Desa Bengkala Kubutambahan Buleleng Bali Ida Ayu Trisnawati; Sulistyani Sulistyani; Gede Basuyoga Prabhawita
GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 6, No 1 (2022): GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/gervasi.v6i1.3042

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilatarbelakangi oleh keberadaan masyarakat difabel tuli bisu (Bahasa Bali disebut kolok) di desa Bengkala. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah pendampingan Tari Puspa Arum yang terdiri dari penentuan jadwal, pemberian latihan teknis dasar tari dan rias, latihan rutin, pementasan, dan dokumentasi. Hasil kegiatan pengabdian ini adanya tim penari Puspa Arum yang berjumlah enam orang dua orang difabel dan 4 orang putri desa Bengkala. Dari dua keterampilan yang diperoleh diharapkan nantinya penari ini bisa memiliki pekerjaan sampingan yang berdampak ekonomi sebagai penari dan perias tari. Adapun kendala yang dihadapi selama melakukan pengabdian di desa Bengkala yaitu kendala bahasa isyarat, kemudian kebijakan PPKM, keterampilan awal penari dan tata rias yang rendah. Kegiatan pengabdian ini sangat disambut baik oleh masyarakat sasaran dan pemerintah desa Bengkala. Kedepannya diharapkan bisa dilakukan kegiatan serupa yang menyasar masyarakat difabel sehingga kehidupan mereka meningkat secara ekonomi maupun kesejahteraannya.
Tari Dapul Pande Ketut Ayu Windasari; Sulistyani; Ni Wayan Suartini
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 1 (2022): Terbitan Pertama Bulan Juni tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.838 KB)

Abstract

Abstrak Karya Tari Dapul (Dangsil Punggel) merupakan sebuah karya tari yang ditarikan oleh enam orang penari putri dalam bentuk tari kreasi baru dengan tema persembahan yang diiringi oleh gamelan selonding. Tari Dapul menginterprestasikan tentang sarana upacara yang dipersembahkan sebelum digelarnya prosesi Siat Sampian yaitu Banten Dangsil Punggel. Garapan Tari Dapul berpijak pada tari rakyat yang dikembangkan dan dikreasikan sehingga menghasilkan gerak inovatif serta menciptakan gerak baru namun tidak terlepas dari pakem yang ada. Tari Dapul terinspirasi dari Tari Nyutri yang sederhana, mudah dipelajari, namun memiliki estetika yang membuat tarian tersebut menarik. Melalui karya tari ini pencipta ingin memperkenalkan Banten Dangsil Punggel kepada masyarakat luas. Sehingga masyarakat mengetahui bahwa banten tersebut saling berkaitan dengan prosesi Siat Sampian, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tetap melestarikan tradisi yang sudah diwariskan khusnya tradisi Siat Sampian. Kata kunci : Tari Kreasi, Banten Dangsil Punggel, Siat Sampian, Sampian Dangsil
SOLAH PURUS I Kadek Adi Gunawan; I Gusti Ngurah Sudibya; Sulistyani
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 2 (2022): Terbitan Kedua Bulan November tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (749.655 KB)

Abstract

Tari Solah Purus adalah karya tari kontemporer mengambil tema kesuburan yang sumber kreatifnya dari peristiwa budaya yaitu Sanghyang Enjo-Enjo.Sanghyang Enjo-Enjo merupakan wujud keyakinan masyarakat yang mempunyai makna kesuburan, menggunakan alat vital laki-laki sebagai simbol. Sanghyang Enjo-Enjo ini memiliki keunikan yaitu dari segi wujud dibuat dari ilalang (ambengan) Berbentuk sosok laki-laki (purusa), yang memegang simbol kesuburan laki-laki dan symbol kesuburan tersebut bisa digerakan dengan cara tarik-ulur serta dari segi penyajian yang ada lima yaitu didorong, ditarik, diangkat, dibanting, dan diputar. pencipta tertarik mengangkat prosesi, bentuk penyajian dan makna dari peristiwa budaya tersebut. Karya tari Solah Purus ini ditarikan oleh Sembilan penari putra dengan postur tubuh yang sama. Metode penciptaan yang digunakan dalam karya tari Solah PurusiniadalahmetodeMencipta LewattariolehY.sumandiyoHadi yangmencakup tahap penjajagan, tahap percobaan dan tahap pembentukan. Karya tari Solah Purus ini menggunakan tata rias wajah dan busana berupa baju dan celana menjadi satu dengan variasi kain rangrang khas Nusa Penida, gelang kana, gelang lengan, deker kaki, gelang kaki, jestring, kancut purus dan sabuk pinggang. Iringan yang digunakan dalam karya tari Solah Purus ini adalah beberapan instrumen gamelan Semar Pegulingan yaitu Riong, Kajar, Jegog, Jublag, Gong, Gentorang serta menggunakan vokal pada bagian opening dan Ending. Karya tari kontemporer Solah Purus dipentaskan di panggung proscenium Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar. Tujuan penciptaan karya ini yaitu untuk memberikan pesan moral bahwa janganlah menyia-nyiakan kesuburan karena kesuburan dibutuhkan setiap manusia dan mewujudkan karya tari baru berbasis kearifan lokal. Hal ini dilatari karena banyaknya kini generasi muda tidak mengenali kearifan lokal budaya mereka sendiri, padahal peristiwa budaya tersebut mengandung nilai-nilai budaya adiluhung yang patut untuk dilestarikan. Kata Kunci: Solah Purus, Kontemporer, Karya Tari, Sanghyang Enjo-Enjo, kesuburan
Estetika Tari Lango Dewi di Pura Beji Langon Ni Luh Putu Erika Yulianti; Ida Ayu Trisnawati; Sulistyani
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 3 No 1 (2023): Terbitan Kesatu Bulan Juni tahun 2023
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v3i1.2382

Abstract

ABSTRACT Lango Dewi dance, inspired by a group of nymphs who came to Beji Langon to take Toya Amertha. Beji Langon, also known as Pancoran Dedari, is located in Kapal Village, Mengwi, Badung. Beji Langon Temple is a temple that serves as the location of Ida Bhatara's purification which is located at the Kahyangan Temple in the Three Traditional Ship Villages, namely Pura Desa, Pura Puseh and Pura Dalem. The manifestation of Ida Sang Hyang Widhi who is worshiped at Beji Langon Temple is Dewi Gangga, as the Goddess of water who is in charge of purifying this universe. Goddess Gangga is worshiped at Beji Langon Temple because at this temple a statue of the goddess was found sitting in the middle of the main pool of Beji Langon Temple. Thus, this Beji temple functions as a place of purification and cleansing on a scale and no basis). Beji Langon Temple is one of the relics of an old site in Badung that has recorded traces of water civilization in the Badung area. On this occasion the researcher took the MBKM policy for the Research or Research program with the object of research being the Lango Dewi Dance. The purpose of this study was to analyze the aesthetics contained in the Lango Dewi Dance. The method used in this research is qualitative method. The research method includes observation, interviews, literature study, and documentation. The function and meaning can be seen, the primary and secondary functions of the Lango Dewi Dance and the meaning to society and the Lango Dewi Dance studio. Keywords: Lango Dewi, Beji Langon Temple, Form, Aesthetics, Meaning and Function.
Tari Sengidyan Marsan, Sebuah Sajian Karya Tari Adalah Karakter Bukan Gender: Tari Sengidyan Marsan Deta Cahya Ramadhani; Sulistyani Sulistyani; I Ketut Sutapa
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 1 No 1 (2021): Terbitan Pertama Bulan Juni
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v1i1.799

Abstract

Tari Sengidyan Marsan merupakan karya tari yang bersumber dari sejarah tari Gandrung, serta terinspirasi terhadap pertunjukan tari Gandrung Banyuwangi dan tari kreasi baru Gandrung Marsan. Penata melihat terdapat kesamaan antara sumber garap tersebut dengan karakter diri penata, serta kemampuan dalam menarikan tari putri. Penggabungan ide cerita dan karakter serta kemampuan penata akan dituangkan dalam wujud tari. Tujuan penciptaan karya tari ini yakni ingin mewujudkan kesetaraan gender dan menepis anggapan penari putra yang menarikan tari putri dianggap kurang sopan, melecehkan kodrat dan sebagainya. Karena yang disajikan dalam sebuah karya tari adalah karakter bukan gender. Karya tari ini mengusung kemampuan sosok Marsan menjadi penari Gandrung yang menghibur sekaligus menyamar sebagai spionase untuk melawan Kompeni Belanda. Penciptaan tari Sengidyan Marsan menggunakan metode penciptaan Alma M. Hawkins yang diterjemahkan oleh Y Sumandiyo Hadi, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu: tahap penjajagan (exploration) tahap ini melakukan penentuan penari, penentuan tata busana dan rias, penentuan komposer,penentuan lighting dan crew serta tempat latihan; tahap penuangan (improvisation), yakni melakukan penuangan dan percobaan gerak; dan tahap pembentukan (forming) ialah melakukan tahap pembentukan serta penyempurnaan karya seperti menyamakan gerak dan menyamakan ekspresi. Karya tari Sengidyan Marsan adalah karya tari kelompok yang ditarikan oleh lima orang penari laki-laki dengan struktur tari dibagi menjadi tiga bagian. Karya tari Sengidyan Marsan berbentuk kreasi baru dengan tema kepahlawanan yang menggunakan gerak tari kerakyatan. Karya ini diiringi dengan gamelan Banyuwangi yang direkam, kemudian di kombinasikan dengan menggunakan Musical Instrument Digital Interface (MIDI) dan berdurasi waktu kurang lebih 12 menit.Kata Kunci: Sengidyan Marsan, Gandrung Banyuwangi, Gender, Kreasi Baru.
Tari Dapul Pande Ketut Ayu Windasari; Sulistyani Sulistyani; Ni Wayan Suartini
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 1 (2022): Terbitan Pertama Bulan Juni tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v2i1.1599

Abstract

Karya Tari Dapul (Dangsil Punggel) merupakan sebuah karya tari yang ditarikan oleh enam orang penari putri dalam bentuk tari kreasi baru dengan tema persembahan yang diiringi oleh gamelan selonding. Tari Dapul menginterprestasikan tentang sarana upacara yang dipersembahkan sebelum digelarnya prosesi Siat Sampian yaitu Banten Dangsil Punggel. Garapan Tari Dapul berpijak pada tari rakyat yang dikembangkan dan dikreasikan sehingga menghasilkan gerak inovatif serta menciptakan gerak baru namun tidak terlepas dari pakem yang ada. Tari Dapul terinspirasi dari Tari Nyutri yang sederhana, mudah dipelajari, namun memiliki estetika yang membuat tarian tersebut menarik.  Melalui karya tari ini pencipta ingin memperkenalkan Banten Dangsil Punggel kepada masyarakat luas. Sehingga masyarakat mengetahui bahwa banten tersebut saling berkaitan dengan prosesi Siat Sampian, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tetap melestarikan tradisi yang sudah diwariskan khusnya tradisi Siat Sampian.   Kata kunci : Tari Kreasi, Banten Dangsil Punggel, Siat Sampian, Sampian Dangsil
SOLAH PURUS I Kadek Adi Gunawan; I Gusti Ngurah Sudibya; Sulistyani Sulistyani
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 2 (2022): Terbitan Kedua Bulan November tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v2i2.1886

Abstract

Tari Solah Purus adalah karya tari kontemporer mengambil tema kesuburan yang sumber kreatifnya dari peristiwa budaya yaitu Sanghyang Enjo-Enjo.Sanghyang Enjo-Enjo merupakan wujud keyakinan masyarakat yang mempunyai makna kesuburan, menggunakan alat vital laki-laki sebagai simbol. Sanghyang Enjo-Enjo ini memiliki keunikan yaitu dari segi wujud dibuat dari ilalang (ambengan) Berbentuk sosok laki-laki (purusa), yang memegang simbol kesuburan laki-laki dan symbol kesuburan tersebut bisa digerakan dengan cara tarik-ulur serta dari segi penyajian yang ada lima yaitu didorong, ditarik, diangkat, dibanting, dan diputar. pencipta tertarik mengangkat prosesi, bentuk penyajian dan makna dari peristiwa budaya tersebut. Karya tari Solah Purus ini ditarikan oleh Sembilan penari putra dengan postur tubuh yang sama. Metode penciptaan yang digunakan dalam karya tari Solah PurusiniadalahmetodeMencipta LewattariolehY.sumandiyoHadi yangmencakup tahap penjajagan, tahap percobaan dan tahap pembentukan. Karya tari Solah Purus ini menggunakan tata rias wajah dan busana berupa baju dan celana menjadi satu dengan variasi kain rangrang khas Nusa Penida, gelang kana, gelang lengan, deker kaki, gelang kaki, jestring, kancut purus dan sabuk pinggang. Iringan yang digunakan dalam karya tari Solah Purus ini adalah beberapan instrumen gamelan Semar Pegulingan yaitu Riong, Kajar, Jegog, Jublag, Gong, Gentorang serta menggunakan vokal pada bagian opening dan Ending. Karya tari kontemporer Solah Purus dipentaskan di panggung proscenium Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar. Tujuan penciptaan karya ini yaitu untuk memberikan pesan moral bahwa janganlah menyia-nyiakan kesuburan karena kesuburan dibutuhkan setiap manusia dan mewujudkan karya tari baru berbasis kearifan lokal. Hal ini dilatari karena banyaknya kini generasi muda tidak mengenali kearifan lokal budaya mereka sendiri, padahal peristiwa budaya tersebut mengandung nilai-nilai budaya adiluhung yang patut untuk dilestarikan. Kata Kunci: Solah Purus, Kontemporer, Karya Tari, Sanghyang Enjo-Enjo, kesuburan
Estetika Tari Lango Dewi di Pura Beji Langon Ni Luh Putu Erika Yulianti; Ida Ayu Trisnawati; Sulistyani Sulistyani
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 3 No 1 (2023): Terbitan Kesatu Bulan Juni tahun 2023
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/journalofdance.v3i1.2382

Abstract

ABSTRACT Lango Dewi dance, inspired by a group of nymphs who came to Beji Langon to take Toya Amertha. Beji Langon, also known as Pancoran Dedari, is located in Kapal Village, Mengwi, Badung. Beji Langon Temple is a temple that serves as the location of Ida Bhatara's purification which is located at the Kahyangan Temple in the Three Traditional Ship Villages, namely Pura Desa, Pura Puseh and Pura Dalem. The manifestation of Ida Sang Hyang Widhi who is worshiped at Beji Langon Temple is Dewi Gangga, as the Goddess of water who is in charge of purifying this universe. Goddess Gangga is worshiped at Beji Langon Temple because at this temple a statue of the goddess was found sitting in the middle of the main pool of Beji Langon Temple. Thus, this Beji temple functions as a place of purification and cleansing on a scale and no basis). Beji Langon Temple is one of the relics of an old site in Badung that has recorded traces of water civilization in the Badung area. On this occasion the researcher took the MBKM policy for the Research or Research program with the object of research being the Lango Dewi Dance. The purpose of this study was to analyze the aesthetics contained in the Lango Dewi Dance. The method used in this research is qualitative method. The research method includes observation, interviews, literature study, and documentation. The function and meaning can be seen, the primary and secondary functions of the Lango Dewi Dance and the meaning to society and the Lango Dewi Dance studio. Keywords: Lango Dewi, Beji Langon Temple, Form, Aesthetics, Meaning and Function.
Karya Tari Sona I Putu Pande Surya Pramana; Sulistyani; I Putu Bagus Bang Graha Saputra
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 3 No 2 (2023)
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Karya Tari Sona adalah karya yang mengambil sumber kreatif dari epos mahabharata bagian terakhir yaitu kesetiaan seekor anjing (Asu) kepada yudhistira yang terkandung dalam buku swargarohanaparwa. Dalam penciptaan karya Tari Sona ini pencipta jadikan kesetiaan seekor anjing kepada tuanya sebagai pemantik ide koreografi. Sona dalam bahasa jawa kuna yang artinya anjing, judul ini menjelaskan karakter seekor anjing yang setia kepada manusia. Pada proes penciptaanya, pencipta bekerja sama dengan Sanggar Seni Dharmawangsa dalam program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dengan mengambil program studi proyek independen. Penciptaan Karya Tari Sona menggunakan metode Alma M. Hawkins terjemahan I wayan Dibia pada tahun 2003. Di dalam buku tersebut dijelaskan tiga tahapan penciptaan antara lain Tahap Penjajagan (eksplorasi), Tahap Percobaan (improvisasi), danTahap Pembentukan (forming). Karya Tari Sona merupakan tari kontemporer yang dibawakan secara kelompok dengan struktur tarianya terdiri dari tiga bagian yang berdurasi 12 menit. Musik karya tari ini menggunakan instrumen Logic Pro Digital seperti marimba, stringquartet, syntizer, drum pad, drum synth kit, bass, cymbal. Tata rias yang digunakan dalam karya tari ini memilih bentuk wajah anjing yang dipadukan dengan kostum bernuansa hitam yang terdiri dari strait stoking full body, kalung dan hiasan kepala yaitu rambut gimbal. Pencipta berharap nillai-nilai yang terkandung dalam garapan ini dapat diimplementasikan ke pribadi dan masyarakat untuk selalu menanamkan rasa kesetiaan sesama mahkluk hidup dan sekitarnya. Kata kunci: Anjing, Manusia, Kesetiaan