Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Evaluasi Stabilitas Lereng Pada Tubuh Bendungan Butak, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah Adi Setya Yudha Pratama; Najib Najib; Devina Trisnawati
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 2, No 1 (2019): Maret (2019)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1067.186 KB) | DOI: 10.14710/jgt.2.1.2019.42-52

Abstract

Bendungan Butak yang terletak di Desa Butak, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu bangunan air dengan tipe bendungan homogen. Fungsi utama dari bendungan ini ialah sebagai sarana irigasi dengan luas daerah aliran 160 km2. Mengingat urgensinya, suatu bendungan dapat dikategorikan tingkat bahayanya berdasarkan hasil evaluasi stabilitas lereng bendungan. Upaya ini dapat dilakukan dengan menganalisis faktor keamanan (Fk) bendungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai faktor keamanan (Fk) pada tubuh Bendungan Butak. Metode yang digunakan adalah metode observasi dan metode analisis data secara kuantitatif meliputi pemetaan geologi, pemetaan geoteknik, hasil pengeboran inti, dan uji laboratorium mekanika tanah dari contoh tanah tidak terganggu dengan uji soil test berikut uji triaxial UU serta perhitungan koefisien beban gempa terkoreksi OBE dan MDE. Hasil penelitian dari penyelidikan pemetaan permukaan diperoleh satuan endapan aluvium dengan persebaran lempung dan lanau berada di sekitar bendungan. Hasil penyelidikan bawah permukaan dengan 4 lubang bor terdiri dari tanah lempung. Parameter desain Bendungan Butak meliputi berat isi basah (γ), kohesi (c), sudut geser dalam (f), dan garis freatik muka air bendungan, serta beban gempa terkoreksi (Ko) digunakan untuk memperoleh nilai faktor keamanan (Fk) menggunakan perangkat lunak Slide V6.009 dengan metode Bishop. Hasil analisis pada 14 kondisi dari muka air maksimum diperoleh hasil Fk hitung > 1,2 Fk minimum , muka air normal dengan hasil Fk hitung > 1,1 Fk minimum, dan muka air surut cepat didapatkan hasil Fk hitung > 1,3 Fk minimum, sehingga Bendungan Butak dikategorikan memenuhi syarat keamanan dari standar Fk minimum yang ditetapkan oleh SNI 8064;2016.
Kajian Kekuatan Tanah dan Kestabilan Tubuh Tanggul pada Rencana Tanggul Wedok Lumpur Sidoarjo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur Devina Trisnawati; Suhesti Suhesti; Wahju Krisna Hidajat
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 2, No 3 (2019): November (2019)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (804.642 KB) | DOI: 10.14710/jgt.2.3.2019.117-125

Abstract

Semburan lumpur Sidoarjo di Porong belum berhenti hingga saat ini, sehingga tahun 2019 Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS) berencana membangun tanggul baru di sisi timur tanggul utama setinggi 5 m yakni tanggul Wedok. Dalam pembangunan tanggul Wedok perlu diketahui kekuatan tanah dasar serta stabilitas tubuh tanggul. Untuk itu, dilakukan kajian mengenai kekuatan tanah penopang tanggul dan kestabilan tubuh tanggul mengunakan metode finite element dengan perangkat lunak Phase2 V8.0. Berdasarkan data pemetaan geologi lokasi penelitian tersusun oleh litologi endapan aluvial dan endapan lumpur Sidoarjo, sedangkan berdasarkan penyelidikan geologi teknik terbagi menjadi tiga satuan, yakni : satuan tanah urugan, satuan endapan lumpur Sidoarjo, dan satuan tanah asli. Tanah dasar pada lokasi rencana tanggul berupa lempung lunak yang tebal dengan kemampuan menahan beban tanggul setinggi 2,15 m. Pemasangan PVD (Prevabricated Vertical Drain) pada tanah dasar meningkatkan nilai faktor keamanan (FK) pada stabilitas tubuh tanggul.
Potensi Longsor di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Penginderaan Jauh Garindra Yogiswara; Thomas Triadi Putranto; Devina Trisnawati
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 3, No 3 (2020): November 2020
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgt.3.3.2020.135-148

Abstract

Kabupaten Kendal, Jawa Tengah memiliki riwayat longsor 206 kejadian pada 2010-2020, menyebabkan 41 bangunan rusak dan 28 warga mengungsi. Hal ini menunjukkan bahwa longsor adalah kejadian yang serius dan perlu menjadi perhatian. Peta resmi kerentanan longsor oleh  PVMBG dan Badan BPBD  Kabupaten Kendal berskala regional perlu pembaruan kelengkapan data dan informasi. Penelitian bertujuan membuat zona potensi longsor untuk rekomendasi perencanaan dan pembangunan. Citra SPOT 6 dan 7 digunakan untuk interpretasi penggunaan lahan, curah hujan dari citra Himawari-8 2019, interpretasi litologi dan kelurusan (divalidasi dari data Pusat Survey Geologi 2013 dan lapangan), serta kemiringan lereng dari DEM. Kalkulasi merupakan kombinasi klasifikasi DVMBG 2004, BBPPSDLP 2009, dan PVMBG 2015. Zona potensi longsor rendah (44,05% atau 44.220 Ha) meliputi Kota Kendal, Patebon, Kaliwungu Utara, Brangsong, Kangkung, Patebon, Cepiring, Rowosari, Weleri dan Pegandon bagian utara, Gemuh bagian utara, Ringinarum bagian utara. Zona potensi longsor sedang (50,47% atau 50.661 Ha) meliputi Kaliwungu Selatan, Boja, Plantungan bagian utara, Sukorejo bagian utara, Pegandon bagian selatan, Gemuh bagian selatan, Ngampel bagian utara, Ringinarum bagian selatan, dan Patean bagian selatan. Potensi longsor tinggi (5,48% atau 5.500 Ha) meliputi Singorojo bagian utara dan barat, Sukorejo bagian selatan, Plantungan bagian selatan, Pageruyung bagian timur, Limbangan barat dan selatan, serta Patean bagian utara. Potensi longsor sangat tinggi (0,001% atau 1,3 Ha) meliputi daerah Sumber Rahayu dan Sriwulan Limbangan.
Analisis Sebaran Daerah Rawan Longsor Menggunakan Remote Sensing dan Analytical Hierarchy Process (AHP) di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah Aisyah Nur Isneni; Thomas Triadi Putranto; Devina Trisnawati
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 3, No 3 (2020): November 2020
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgt.3.3.2020.149-160

Abstract

Kabupaten Magelang merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki intensitas longsor tinggi. Selama tahun 2017-2019 terjadi tanah longsor sebanyak lebih dari 500 kejadian di Kabupaten Magelang. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berupaya untuk memberikan gambaran persebaran daerah rawan longsor pada Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan 4 parameter penyebab terjadinya tanah longsor yaitu parameter kelerengan, parameter litologi, parameter curah hujan, dan parameter tutupan lahan. Parameter tersebut didapatkan dari beberapa metode yang meliputi: pengolahan data citra penginderaan jauh, pengolahan data sistem informasi geografis, dan validasi lapangan. Hasil dari tiap parameter kemudian diberikan bobot dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan hasil akhir berupa peta rawan longsor. Berdasarkan hasil pengolahan yang dilakukan, diketahui sebanyak 10 kecamatan pada Kabupaten Magelang memiliki kelas rawan longsor tinggi, 5 kecamatan termasuk pada kelas sedang, dan 6 kecamatan lainnya termasuk dalam kelas rendah. Tahap validasi dilakukan dengan membandingkan hasil analisis peta dengan data kejadian tanah longsor Kabupaten Magelang 3 tahun terakhir menggunakan matriks konfusi. Hasil dari validasi peta sebaran daerah rawan longsor memiliki akurasi 80,95%, yang artinya tingkat akurasi antara data hasil analisis peta dengan data validasi lapangan baik. 
Analisis Balik Stabilitas Lereng Tambang dan Rekomendasi Rekayasa Keteknikannya, Studi Kasus: Area Low Wall Pit Y Blok 4900-550 Strip 3500-4300 PT. Pamapersada Nusantara Site PT. Adaro Indonesia Sahel Selsabeel; Dian Agus Widiarso; Devina Trisnawati
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 4, No 3 (2021): November 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgt.4.3.2021.142-150

Abstract

Dalam pelaksanaan kegiatan penambangan dengan sistem tambang terbuka pada site PT. Adaro Indonesia PT. Pamapersada Nusantara, terdapat indikasi ketidakstabilan lereng pada area low wall pit Y strip 3500–4300 blok 4900–5500. Data monitoring pada bulan September 2020, menunjukkan adanya pergerakan rata-rata 5mm/hari. Ketidakstabilan lereng pada tambang terbuka dapat mengganggu efektifitas produksi. Oleh sebab itu, diperlukan analisis balik untuk mengetahui kondisi aktual massa batuan, kondisi aktual lereng yang tidak stabil, dan kesesuaian nilai sifat keteknikan. Dalam mengatasi ketidakstabilan diperlukan rekayasa keteknikan lereng yang sesuai untuk meningkatkan kestabilan lereng. Metode analisis balik dipilih untuk mengetahui nilai faktor keamanan lereng yang mendekati keadaan tidak stabil. Selain itu, perhitungan faktor keamanan lereng untuk penentuan desain rekomendasi rekayasa keteknikan menggunakan metode kesetimbangan batas, dengan kriteria keruntuhan Mohr Coulomb. Berdasarkan analisis balik diketahui bahwa material penyusun lereng lokasi penelitian berupa material timbunan, batupasir, batulempung, dan batubara. Nilai sifat keteknikan hasil simulasi analisis balik menunjukkan angka yang lebih kecil dari hasil uji laboratorium. Material timbunan mengalami penurunan nilai kohesi sebesar 46,55% dan sudut geser dalam sebesar 11,83%, sedangkan pada batupasir unit LS3B mengalami penurunan nilai kohesi sebesar 94,70% dan nilai sudut geser dalam sebesar 56,40%. Rekayasa yang direkomendasikan untuk menaikkan nilai faktor keamanan lereng berupa pengubahan geometri lereng.
PENINGKATAN KAPASITAS SOSIAL DALAM MITIGASI BENCANA GERAKAN TANAH KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG Devina Trisnawati; Najib Najib; Ahmad Syauqi Hidayatullah; Garindra Yogiswara; Afiq Ilma
Jurnal Pasopati : Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Pengembangan Teknologi Vol 2, No 4 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan infrastruktur berupa pembangunan pemukiman di Kelurahan Meteseh Kota Semarang meningkat pesat di beberapa tahun terakhir ini. Kelurahan Meteseh yang terletak pada perbatasan Kecamatan Tembalang dan Banyumanik memiliki kondisi morfologi perbukitan yang terjal di bagian barat daya, sehingga potensi terjadinya gerakan tanah mungkin terjadi dan membahayakan warga. Dalam upaya peningkatan kapasitas tim pengabdian masyarakat melaksanakan pemetaan potensi gerakan tanah untuk mengetahui wilayah memiliki potensi tinggi gerakan tanah. Pemberian informasi mengenai tingkat potensi gerakan tanah diharapkan mampu membentuk kesadaran tanggap bencana warga dan mampu meningkatkan kapasitas sosial.
Pengaplikasian Olah Data Penginderaan Jauh, Pendekatan dan Permodelan Geologi dalam Kajian Bencana Likuifaksi di Wilayah Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah Sinatrya Diko Prayudi; Rino Dwi Hutama; Aska Zakiya; Thomas Triadi Putranto; Devina Trisnawati
Prosiding TAU SNARS-TEK Seminar Nasional Rekayasa dan Teknologi Vol. 1 No. 1 (2019): Prosiding TAU SNAR-TEK Seminar Nasional Rekayasa dan Teknologi 2019
Publisher : Fakultas Teknik dan Teknologi - TANRI ABENG UNIVERSITY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Liquefaction is a natural phenomenon on the earth surface of the earth that quite dangerous to deadly if occurs in area with high population density. The case of Sigi Regency which took place on 28 September 2018 as a domino effect of 7,4 magnitude earthquake with an epicenter distance of 80 km from Palu City or 90 km from Petobo area, Sigi Regency. The aftershock that occur propagate below the surface, condensing and mixing loose material that accumulates with ground water when reaches target area. Those disasters had been predicted since 2012 by a number of researchers opened society mind about after impact phenomena from a main disaster that followed. The main result of this research focused on giving simple explanation about how the liquefaction occur in timescale using combination of remote sensing, geoscience data, and 3D-modelling. Through the analyzing of Landsat 8 as main remote sensing data from different acquisition time, it was found that there were significant changes in land use appearance between before and after the disaster. The topography shown through Digital Elevation Model (DEM) data presented both 3D and cross section increase the potential indication for liquefaction material movement that tends to descend the slope, from east to west. The geological approach taken refers to the literature study related to regional condition of study area which includes lithology – sedimentology, and structural geology. The result of the regional geology study found the combination of unconsolidated rocks in form of alluvium (Qa) – Pakuli Formation (Qp) and interaction of Palu – Koro fault line as deriving factor of liquefaction. Another factor such hydrogeology and geotechnical aspect indicated to play a role as a sufficiently strong trigger factor for the disaster to occur. From some aspect above are further overlayed in simple geological 3D-modelling to explain the sequence of events that occur and the role of each factor in causing liquefaction in the case study area.