Ari L. Runtunuwu
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Hubungan pemeriksaan hitung darah lengkap pada anak dengan sepsis Pairunan, Jill N.; Runtunuwu, Ari L.; Salendu, Praevilia M.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.10835

Abstract

Abstract: The objective of this research is to determine the relationship of complete blood count test in children with sepsis. This research was conducted using the method of analytic retrospective study with cross sectional by utilizing the medical records of patients with sepsis from year 2013 to year 2015 with total sample 43 children. From 43 children with sepsis there are 21 male and 22 female. The mean age in pediatric sepsis is 37,8 months. The mean hematocrit is 31,6%, the mean hemoglobin is 10,7 g/dL, the mean erythrocyte is 4,25x106/μl, the mean leukocytes is 19,7x103/μl, and the mean platelet is 319x103/μl. The conclusion from point biserial correlation analysis showed no relationship (P>0,05) between complete blood count test and sepsis in children.Keywords: sepsis, complete blood count testAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemeriksaan hitung darah lengkap pada anak dengan sepsis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian analitik retrospektif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) dengan memanfaatkan rekam medik pasien sepsis periode tahun 2013-tahun 2015. Dengan jumlah sampel 43 anak. Dari 43 jumlah penderita sepsis diantaranya terdapat 21 pasien laki-laki dan 22 pasien perempuan. Rerata umur sepsis pada pasien 37,8 bulan. Rerata hematokrit 31,6%, rerata hemoglobin 10,7g/dL, rerata eritrosit 4,25x106/μl, rerata lekosit 19,7x103/μl, dan rerata trombosit 319x103/μl. Kesimpulan dari hasil analisis korelasi point biserial menunjukan tidak terdapat hubungan (P>0,05) antara pemeriksaan hitung darah lengkap dan sepsis pada anak.Kata kunci: sepsis, pemeriksaan hitung darah lengkap
Hubungan antara kadar asam urat dengan tekanan darah pada anak obes di Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara Sarundaitan, Herlin S.; Warouw, Sarah M.; Runtunuwu, Ari L.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.11692

Abstract

Abstract: Obesity is an increasing global health problem in many countries. The most common causes are genetic factor, lack of physical activity as well as combinations of these factors. Uric acid is an end product of purine metabolism. Elevated uric acid level is influenced by various factors such as alcohol, genetic, hypothyroidism, obesity, and high-purine diet. In children all over the world, the increased prevalence of overweight and obesity influences the prevalence of hypertension, especially primary hypertension. This study aimed to determine the relationship between the level of blood uric acid and blood pressure among obese children. This was an observational analytical study. Samples were obtained by using consecutive sampling method. This study was conducted at Talawaan North Minahasa during October 2015-January 2016. There were 38 obese children aged 13-15 years as samples, consisted of 14 males and 24 females. The results showed that the majority of samples were in the age categories 13 and 14 years; each category consisted of 17 samples (44.7%). The lowest was age category of 15 years, consisted of 4 samples (10.5%). The mean systolic blood pressure was 123.16 mmHg (SD ± 12.967) and the mean diastolic blood pressure was 81.58 mmHg (SD ± 11.514). The mean level of blood uric acid was 4.858 mg/dL (SD ± .9328). The Pearson correlation statistical test for the relationship between uric acid level and systolic blood pressure showed a P value of 0.306 (r<0.02) and for the relationship between uric acid levels and diastolic blood pressure showed a P value of 0.152 (r <0.02). Conclusion: There was a positive relationship between the level of blood uric acid and blood pressure among obese children but not statistically significant. Keywords: uric acid, blood pressure, obesity Abstrak: Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin meningkat di berbagai negara. Penyebab yang paling sering menyebabkan obesitas ialah faktor genetik, kurangnya aktifitas fisik, serta kombinasi dari kedua faktor ini. Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin. Penyebab meningkatnya kadar asam urat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain alkohol, genetik, hipotiroid, obesitas, dan diet tinggi purin. Pada populasi anak di seluruh dunia, peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas turut meningkatkan prevalensi hipertensi, terutama hipertensi primer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar asam urat dengan tekanan darah pada anak obes. Jenis penelitian ini analitik observasional dengan desain potong lintang. Sampel diperoleh dengan metode consecutive sampling. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara selama bulan Oktober 2015 – Januari 2016. Terdapat 38 anak obes berusia 13-15 tahun sebagai sampel, yang terdiri dari 14 anak laki-laki dan 24 anak perempuan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berada pada kategori umur 13 dan 14 tahun masing-masing berjumlah 17 orang (44,7%), dan terendah umur 15 tahun sebanyak 4 orang (10,5%).Rerata tekanan darah sistol 123,16 mmHg (SD ± 12,967) dan rerata tekanan darah diastol 81,58 mmHg (SD ± 11,514). Rerata kadar asam urat responden 4,858 mg/dL (SD ± 0,9328). Uji statistik Pearson Correlation untuk hubungan antara kadar asam urat dengan tekanan darah sistol menunjukkan nilai P = 0,306 (r<0,02) dan untuk hubungan antara kadar asam urat dengan tekanan darah diastol menunjukkan nilai P = 0,152 (r <0,02). Simpulan: Terdapat hubungan positif antara kadar asam urat darah dengan tekanan darah pada anak obes namun secara statistik tidak bermakna.Kata kunci: asam urat, tekanan darah, obesitas
GAMBARAN KARAKTERISTIK PNEUMONIA PADA ANAK YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN INTENSIF ANAK RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2013 – 2015 Kaunang, Christian T.; Runtunuwu, Ari L.; Wahani, Audrey M.I
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.2.2016.14399

Abstract

Abstract: Pneumonia is an acute respiratory tract infection that became a public health problem in the world due to the high mortality in infants and toddlers. This study was aimed to describe the characteristics of pneumonia in children treated at the pediatric intensive care unit Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in 2013 - 2015. This was a descriptive retrospective study with a cross sectional design. Subjects were all children suffering from pneumonia hospitalized at the pediatric intensive care unit Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in 2013 ? 2015. There were 158 cases consisted of 62 patients in 2013, 74 patients in 2014, and 22 patients in 2015. Most of them were males (88 patients) and at the age group <1 year (108 patients). The average pulse was 194.75 beats/minute, the average breathing rate was 60.4 breaths/minute, and the average body temperature was 37.8 ° C. The majority showed retraction at the subcostal area (148 patients), crackles (142 patients), inaudible wheezing (147 patients), clinical symptom as shortness of breath (148 patients), chest X-ray as infiltrate (151 patients), laboratory tests as the average value of hemoglobin was 11.3 g / dL, the average hematocrit was 33.3%, the average of leukocyte count was 45,293/mm3, and the average of platelet count was 364.437/mm3. Keywords: pneumonia, children, characteristic features Abstrak: Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang menjadi masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya sangat tinggi pada bayi dan balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pneumonia pada anak yang dirawat di ruang perawatan intensif RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2013-2015. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian ialah semua anak yang menderita pneumonia dirawat di ruang perawatan intensif anak di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selang Januari 2013 ? Desember 2015. Terdapat 158 kasus dengan rincian 62 pasien pada tahun 2013, 74 pasien pada tahun 2014, dan 22 pasien pada tahun 2015. Didapatkan anak yang menderita pneumonia paling banyak pada jenis kelamin laki-laki (88 pasien) dan kelompok usia <1 tahun (108 pasien). Nilai rerata denyut nadi didapatkan 194,75 kali/menit, laju pernapasan 60,4/menit, dan suhu badan 37,8 ºC. Sebagian besar kasus memperlihatkan retraksi di bagian subkostal (148 pasien), ronki (142 pasien), tanpa wheezing (147 pasien), gejala klinis sesak nafas (148 pasien), gambaran foto toraks adanya infiltrat (151 pasien). Pemeriksaan laboratorium mendapatkan rerata nilai hemoglobin 11,3 g/dL, hematokrit 33,3%, hitung leukosit 45.293/mm3, dan hitung trombosit 364.437/mm3.Kata kunci: pneumonia, anak, gambaran karakteristik
Faktor-faktor yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan bayi usia 9 bulan Tilaar, Stephanie K.I.; Lestari, Hesti; Runtunuwu, Ari L.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.2.2016.13879

Abstract

Abstract: Children are the next generation of a nation, therefore, to achieve a better future, the children must have qualified growth and development. During the infant and toddler stages (0-3 years old), children growth depends on the environment. This stdy was aimed to obtain the risk factors of developmental delay in infant of 9 months old. This was an analytical survey study with a cross sectional design. This study was conducted at Bahu Health Centre in Manado from October until December 2015. Samples were all infants of 9 months old obtained by using consecutive sampling technique. Data were analyzed by using bivariate analysis with the chi square test. The results showed that health care, breast-feeding, and the number of siblings had no relationship with the developmental delay in infant 9 month old (p > 0.05). The family income showed 29.333 times of risk that an infant would have developmental delay (p=0.006) meanwhile low education showed 14.000 times of risk for that (p=0.016). Conclusion: There is a relationship between parent education and family income with the developmental delay in infants of 9 month olds. Keywords: developmental delay, infant 9 month old. Abstrak: Anak merupakan generasi penerus suatu bangsa dan agar tercapai masa depan bangsa yang baik. Untuk mencapai hal tersebut harus dipastikan bahwa tumbuh dan kembangnya juga baik. Pada masa bayi dan masa anak dini (usia 0-3 tahun) terjadi perkembangan bayi sesuai dengan lingkungan yang memengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terjadinya keterlambatan perkembangan bayi usia 9 bulan. Jenis penelitian ialah survei analitik dengan desain potong lintang. Penelitian dilakukan di Puskesmas Bahu Kota Manado pada bulan Oktober sampai Desember 2015 dengan populasi semua bayi 9 bulan yang datang di puskesmas. Penentuan sampel menggunakan teknik konsekutif sampling. Analisis data bivariat menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan kesehatan, pemberian ASI, dan jumlah saudara tidak memiliki hubungan bermakna terhadap perkembangan bayi usia 9 bulan (p>0,05). Pendapatan keluarga berisiko 29,333 kali lebih banyak untuk mengalami keterlambatan perkembangan (p=0,006) dan pendidikan rendah berisiko 14,000 kali lebih banyak untuk mengalami hal tersebut (p=0,016). Simpulan: Terdapat hubungan antara pendidikan dan pendapatan orang tua dengan keterlambatan perkembangan pada bayi 9 bulan. Kata kunci: perkembangan, bayi 9 bulan
PERAN INFLAMASI DALAM PATOFISIOLOGI SEPSIS DAN SYOK SEPTIK PADA ANAK Oematan, Yosef; Manoppo, Jeanette I. Ch.; Runtunuwu, Ari L.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 1, No 3 (2009): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.1.3.2009.831

Abstract

Abstract: As one of the main causes of death in critically patients in intensive care unit, sepsis remains a health problem in developing and industrialized countries. Sepsis spectrum varies from invasion of microbes into the bloodstream associated with early signs of circulatory disorders (tachycardia, tachypneu, peripheral vasodilatation, fever, hypothermia) to circulatory collapse, multiple organ failures, and even death. Sepsis and septic shock occurs due to uncontrolled inflammation and immune system failure. Activated CD4 T cells are programmed to secrete mediators that have either one of two distinct and antagonistic profiles: proinflammatory [type 1 helper T-cell (Th1)] or anti-inflammatory [type 2 helper T-cell (Th2)]. There is a complex interaction between these proinflammatory and anti-inflammatory mediators in sepsis and septic shock. The balance of these two kinds of mediators helps the involved tissues in repairing and healing processes. High mortality rates of sepsis occur when/if the levels of both kinds of mediators are high. Prognosis of patients is affected by the severity of infections, previous health status, and host responses. Understanding the role of inflammation in the pathophysiology of sepsis and septic shock may improve the ability of health workers in diagnosis and handling of sepsis patients. Key words: Sepsis, septic shock, inflammation, proinflammatory and antiinflammatory mediators. Abstrak: Sebagai salah satu penyebab utama kematian terutama pada penderita di unit perawatan intensif, sepsis tetap merupakan masalah kesehatan baik di negara berkembang maupun negara maju. Spektrum sepsis bervariasi dari invasi mikroba ke aliran darah dengan tanda awal gangguan sirkulasi (takikardia, takipnu, vasodilatasi perifer, demam atau hipotermi) hingga kolaps sirkulasi, kegagalan sistem multiorgan bahkan kematian. Sepsis dan syok septik terjadi akibat tidak terkontrolnya inflamasi dan kegagalan system imun. Sel T CD4 teraktivasi menyekresi mediator yang memiliki salah satu dari dua profil yang berbeda, yakni: proinflamasi [sel T-helper tipe 1 (Th1)] atau anti-inflamasi [sel T-helper tipe 2 (Th2)]. Terdapat interaksi yang kompleks antara sejumlah mediator proinflamasi dan anti inflamasi pada sepsis dan syok septik. Keseimbangan antara kedua jenis mediator dapat membantu perbaikan dan pemulihan jaringan. Angka kematian akan tinggi bila kadar keduanya tinggi. Prognosis penderita dipengaruhi oleh beratnya infeksi, status kesehatan sebelumnya dan respon host. Dengan memahami kontribusi inflamasi dalam patofisiologi sepsis dan syok septik dapat meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam menegakkan diagnosis dan menangani penderita sepsis. Kata kunci: Sepsis, syok septik, inflamasi, mediator proinflamasi dan anti-inflamasi
PROFIL HEMATOLOGI PADA PENDERITA DIARE AKUT YANG DIRAWAT DI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE NOVEMBER 2010 – NOVEMBER 2011 Rottie, Yotmiro S.; Mantik, Max F. J.; Runtunuwu, Ari L.
e-CliniC Vol 3, No 3 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i3.10480

Abstract

Abstract: Diarrhea is an abnormal excretion of stool or dilute form of feces with abnormal frequency. Neonatal can be diagnosed with diarhhea when the frequency of bowel movements is more than 4 times per day. In babies aged 1 month old or older, diarhhea is diagnosed when the frequency is more than 3 times per day. Until today, diarrhea is still a health problem in Indonesia as well as in other developing countries. Diarrhea that occurs less than 14 days is called acute diarhhea. There are many causes of diarrhea inter alia infectious and non infectious diseases. The complications of acute diarrhea can be dehydration, hypovolemic shock, hypokalemia, and hypoglycemia. Hematological examination of acute diarrhea patients with severe dehydration can be increased hematocrit and hemoglobin. This study aimed to obtain the hematological results of acute diarrhea patients at the Paediatrics Department of Prof Dr. R. D. Kandou Hospital, Manado. This was a retrospective descriptive study by using medical records. In this study, there were 276 patients in the period November 2010 - November 2011. The results showed that of the 276 patients with acute diarrhea, 157 patients were males (55.88%) and 115 patients were females (43.12%). Concerning the hematological examination, 205 patients (74.27%) had normal hematocrit, 189 patients (68.48%) had normal hemoglobin, and 224 patients (81.16%) had normal leukocyte counts, and 196 patients (71.01%) had normal platelet counts. There were 273 patients (98.91 %) with length of treatment 1 - ≤14 days meanwhile 3 patients (1.09%) with length of treatment >14 days. Keywords: acute diarrhea, hematological examination, childrenAbstrak: Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali, sampai saat ini, diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia juga dinegara-negara berkembang, diare disebut akut bila terjadi kurang dari 14 hari, diare dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu infeksi maupun non infeksi, pada diare akut dapat terjadi komplikasi antara lain dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipoglekemia, pemeriksaan hematologi pasien diare akut dapat terjadi peningkatan pada beberapa pemeriksaan darah seperti peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada keadaan dehidrasi berat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran hematologi pada pasien diare akut di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan memanfaatkan catatan rekam medik. Sampel penelitian ini 276 pasien dengan diare akut pada periode November 2010 – November 2011. Dari 276 pasien, didapatkan laki-laki 157 (55,88%) pasien dan perempuan 115 (43,12%) pasien. Pada pemeriksan hematologi didapatkan nilai hematokrit normal 205 (74,27%) pasien, hemoglobin normal 189 (68,48%) pasien, hitung leukosit normal 224 (81,16%) pasien, dan hitung trombosit normal 196 (71,01%) pasien. Terdapat 273 (98,91%) pasien dengan lama perawatan 1 - ≤14 hari dan 3 (1,09%) pasien dengan lama perawatan >14 hari.Kata kunci: diare akut, pemeriksaan hematologi, pasien anak
Gambaran karakteristik gagal jantung pada anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Anthonius, Agnes A.; Kaunang, Erling D.; Runtunuwu, Ari L.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14345

Abstract

Abstract: Heart failure is the inability of the heart to pump adequate blood that fulfils the metabolic demands of the body, including growth. In Indonesia, it is still difficult to find the prevalence and incidence of heart failure in children. This study was aimed to determine the characteristic features of heart failure in children at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a retrospective descriptive study with a cross-sectional design. Data were obtained from the medical records of pediatric patients with heart failure within the period of January 2013 to August 2016 in the Child Health Department at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital. The results showed that there were 69 children with heart failure; the most common were females and age 12-18 years. The most common signs and symptoms were shortness of breath, fever, and cough. Heart murmurs and gallop were frequently found. Hepatomegaly, splenomegaly, ascites and edema of the legs were not commonly found. The electrocardiogram results were mostly sinus rhythm. The echocardiography results were mostly mitral regurgitation. The most common comorbid disease was rheumatic heart disease. Conclusion: At Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital, heart failure in children was mostly found among females and age of 12-18 years. Most of the children showed shortness of breath, fever, and cough.Keywords: heart failure, child, characteristic features Abstrak: Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh termasuk pertumbuhan. Di Indonesia sendiri masih sulit menemukan data prevalensi dan insiden gagal jantung pada anak. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran karakteristik gagal jantung pada anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah deksriptif retrospektif dengan desain potong lintang. Data penelitian diambil dari rekam medik pasien anak dengan gagal jantung periode Januari 2013 sampai Agustus 2016 di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian mendapatkan 69 anak, terbanyak pada usia 12-18 tahun dan jenis kelamin perempuan. Tanda dan gejala terbanyak ialah sesak napas, demam, dan batuk. Bising jantung dan galop banyak ditemukan. Hepatomegali, splenomegali, ascites dan edema tungkai tidak banyak ditemukan. Hasil elektrokardiogram terbanyak ditemukan ialah irama sinus. Hasil ekokardiografi terbanyak ditemukan ialah regurgitasi mitral. Penyakit penyerta terbanyak ialah penyakit jantung rematik. Simpulan: Gagal jantung anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado terbanyak pada usia 12-18 tahun, jenis kelamin perempuan, dengan gejala klinik sesak napas, demam, dan batuk. Kata kunci: gagal jantung, anak, gambaran karakteristik