Muhammad Subair
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EKSPRESI LITERASI PETUAH BIJAK DAERAH SISWA MAN 1 BONE DAN MAS AL-JUNAEDIYAH BIRU BONE Muhammad Subair
Al-Qalam Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.279 KB) | DOI: 10.31969/alq.v23i2.403

Abstract

Nyanyian “ala massea-sea” mengandung petuah bijak yang mengajak untuk “sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tiada guna”. Lagu ini juga meninggalkan jejak tentang kisah seorang yang putus asa dalam belajar, ketika melihat tetesan air dalam guwa yang dapat menembus batu, membuatnya tersadar betapa keuletan dapat menembus benda sekeras apapun. Sehingga ia pun kembali belajar dengan tekun hingga sukses menjadi orang terpelajar. Melalui petuah bijak pula, siswa pada MAN 1 Bone dan MAS PMJ Bone dapat kembali mengingat Kajao Laliddong sebagai seorang cerdik pandai yang kritis tetapi juga sopan. Pada makalah ini juga tersaji petuah bijak yang dapat digunakan untuk pengembangan budaya literasi, sebagaimana terhimpun dari hasil FGD, wawancara, observasi dan studi literatur yang dilakukan di MAN 1 Bone dan MAS PMJ Bone. Sebuah hasil penelitian kualitatif yang diuraikan secara deskriptif naratif, yang dilakukan atas dasar fakta memudarnya pesona budaya literasi siswa yang ditandai dengan perbendaharaan petuah bijak yang diketahui oleh siswa, dibandingkan dengan banyaknya petuah bijak yang sarat dengan pesan moral dari warisan leluhur sebagaimana terdapat dalam kitab silasa’ dan kumpulan ungkapan I Lagaligo.
ULAMA KHARISMATIK KH. HAMRAIN KAU ANUGRAH ATAS ILMU DAN AMALNYA Muhammad Subair
Al-Qalam Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.648 KB) | DOI: 10.31969/alq.v21i1.209

Abstract

Saat ini, sosok ahli agama yang mendapat anugrah sebagai ulama kharismatik dan berpengaruh kuatdalam masyarakat sudah semakin berkurang, padahal sarjana fakultas agama yang dianggap sebagaiahli agama masa kini dipastikan semakin bertambah banyak. Jika keahlian mereka dalam bidang agamadapat diakui secara akademik, lalu mengapa masyarakat tidak ikut mengakui mereka sebagai ulamakharismatik.Apa sebenarnya yang menjadi penentu terbentuknya kharisma ulama, dan bagaimanakahcara untuk memperolehnya? Hal inilah yang diteliti dalam diri KH.Hamrain Kau di Gorontalo denganpendekatan deskriptif kualitatif, yang kemudian mengungkap bahwa KH. Hamrain Kau memperolehgelar sebagai pemimpin spiritual dalam masyarakat bukan hanya karena keahliannya dalam bidangagama, tetapi yang menjadi penentu adalahpengamalan ilmunya yang ia bangun secara konsisten danikhlas, mulai dari karakternya sebagai penuntut ilmu yang gigih, pekerja yang ulet, pengajar yang tulusdan rela berkorban demi misi mengamalkan ilmunya, serta sebagai orang yang bijak dalam menghadapiproblematika umatnya, kesemuanya terangkum menjadi sebuah kebiasaan hidup yang kemudianmengukuhkannya menjadi salah satu ulama kharismatik di Gorontalo.
JEJAK ARKEOLOGIS DAN ADAPTASI KULTURAL MIGRAN BUGIS DI GORONTALO Rismawidiawati Rusli; Muhammad Subair
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v7i1.186

Abstract

Orang Bugis yang terkenal gemar berpetualang dapat dijumpai di berbagai wilayah di Nusantara. Salah satu wilayah yang banyak dihuni oleh migran Bugis adalah Gorontalo. Karena itu, tulisan ini diketengahkan untuk mengkaji adaptasi kultural migran Bugis dengan masyarakat Gorontalo sebagai sebuah hasil penelitian kualitatif, melalui pengamatan, kajian dokumen, dan wawancara. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa keberadaan migran Bugis di Gorontalo dimulai sejak tahun 1666 M, yang berkonsentrasi di Kampung Bugis, sebagai hadiah yang diberikan kepada mereka, atas bantuannya dalam mengusir bajak laut yang selalu merugikan penguasa Gorontalo. Migran Bugis yang mendiamitepi sungai Bone Bolango yang dikenal Kampung Bugis, sampai kini masih dapat dijumpai dengan identitas nama belakang (fam) yang berawalan “La”. Seperti La Madilau. Mereka telah beradaptasi dengan orang asli Gorontalo melalui proses kawin-mawin yang terjalin karena persamaan agama, dan membuat mereka melebur dalam budaya dan bahasa Gorontalo. Sebuah peleburan yang kental dengan tidak adanya keturunan migran Bugis itu yang bisa berbahasa Bugis meskipun mereka masih tetap mengakui nenek moyangnya berasal dari Bugis. Selain itu, terdapat juga migran Bugis yang tergabung dalam (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) yang dikenal dengan orang Selatan. Mereka masih bisa berbahasa Bugis dan mengenal baik daerah asal dan keluarganya dari daerah Bugis. Mereka tersebar pada wilayah-wilayah kecamatan di Gorontalo dan berbaur dengan modal kedermawanan dengan prakarsa pembangunan yang diperuntukkan untuk semua kalangan masyarakat tanpa membedakan asalusul suku dan perbedaan bahasa.