Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Stok Karbon pada Perkebunan Jambu Biji (Psidium guajava) di Desa Ketenger Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas amallia trisetyo dewi; Eming Sudiana; Edy Yani
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 1 No 2 (2019): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.966 KB) | DOI: 10.20884/1.bioe.2019.1.2.1754

Abstract

Karbon dioksida merupakan kandungan yang paling dominan pada gas rumah kaca. Gas rumah kaca dapat diturunkan kadarnya dengan cara menyerap gas CO2 secara alami. Pohon memiliki kemampuan dalam menyerap CO2 dan menyimpannya sebagai biomassa pada bagian tubuhnya. Pohon jambu (Psidium guajava) merupakan tumbuhan yang memiliki kemampuan dalam menyerap dan menyimpan CO2 dalam biomassa tubuhnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah karbon yang dapat diserap P. guajava berdasarkan variasi umur dan tegakannya, serta mencari hubungannya terhadap jumlah stok karbon yang terkandung dalam biomassa pohon. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan teknik sampling berkelompok (cluster). Sampel dibagi menjadi 3 kelompok usia (2 tahun, 5 tahun, dan 9 tahun). Analisis data dilakukan dengan analisis varian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total stok karbon meningkat seiring bertambahnya umur pohon. Stok karbon pada usia pohon < 2 tahun adalah 0,22 ton/ha, usia 5 tahun sebesar 1,43 ton/ha, dan usia 9 tahun sebesar 2,34 ton/ha. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara usia pohon dengan stok karbon sebesar 87,4% dan 12,6% stok karbon dipengaruhi oleh faktor lain.
HUBUNGAN UMUR DENGAN Biomassa, Stok karbon dioksida, Tegakan POHON DUKU (Lansium parasiticum) DI DESA KALIKAJAR KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA Septi Nuranisa; Eming Sudiana; Edy Yani
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 2 No 1 (2020): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.886 KB) | DOI: 10.20884/1.bioe.2020.2.1.1866

Abstract

This research entitled "Age Relationship with Carbon Dioxide Stock of Duku Tree (Lansium parasiticum) in Kalikajar Village, Kaligondang District, Purbalingga Regency". The puspoe of this research are: 1) Knowing the effect of stand age on the amount of carbon dioxide stock stored in duku stands (Lansium parasiticum) in Kalikajar Village, Kaligondang District, Purbalingga Regency. 2) Knowing the age of duku plants (Lansium parasiticum) in Kalikajar Village, Kaligondang District, Purbalingga Regency which has the most potential carbon dioxide stock. The research used survey method by determining tree biomass using stratified random sampling. The strata used is the age of duku plants. Each age strata is taken 3 trees to measure its diameter. The land area is divided by the planting distance to get the results of plant density in that location. Measurement of stand stem diameter is carried out on stand stems at the researchers' chest height (at breast height or dbh). The measuring tape is wrapped around the stand stems in a parallel position for all directions so that the data obtained is the circumference or convolution of the stem (circumference of the stem = 2πr). Age, biomass, and carbon stock data were analyzed using variance analysis (Anova), while the relationship between biomass and carbon stock was analyzed using Pearson correlation and regression analysis. The regression analysis between age and carbon dioxide stock shows an exponential pattern. The lowest corbon dioxide stock of the duku plant is found in the age group <5 years, which is 9.54 tons/ha, while the largest carbon dioxide stock of the duku tree is in the age group > 30 years (40 years) which is 74.89 tons/ha. Thus, this study has not yet gotten the most optimal tree age in storing carbon dioxide. Therefore it is necessary to do research on duku trees that are older than 40 years.
Keanekaragaman Tumbuhan Bawah pada Berbagai Umur Tegakan Jati (Tectona grandis L.) di KPH Banyumas Timur Dian Putri Setiayu; Dwi Nugroho Wibowo; Edy Yani
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 2 No 1 (2020): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.145 KB) | DOI: 10.20884/1.bioe.2020.2.1.1856

Abstract

Salah satu unit pengelolaan Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani) yang mengembangkan hutan jati adalah Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Timur. Hutan jati yang dikelola KPH Banyumas Timur terdiri dari berbagai kelompok umur. Umur tegakan berkaitan dengan tutupan tajuk dari pohon di sekitar tumbuhan bawah yang berpengaruh terhadap keanekaragaman tumbuhan bawahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis vegetasi keanekaragaman dan kemerataan jenis tumbuhan bawah pada berbagai umur tegakan Jati (Tectona grandis L.) di KPH Banyumas Timur. Penelitian dilakukan di Hutan jati BKPH Kebasen, KPH Banyumas Timur, dengan tiga kelompok umur tegakan yaitu 16, 20 dan 22 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada berbagai umur tegakan jati di KPH Banyumas Timur terdapat 34 jenis tumbuhan bawah dari 17 familia. Tegakan jati umur 16 tahun memiliki keragaman tumbuhan tertinggi dengan indek nilai penting tertinggi sebesar 42,77% pada Echinochloa colona (L.) dari familia Poaceae. Keanekaragaman tumbuhan bawah pada tegakan jati dengan umur 16 tahun sebesar 2,12 dengan kemerataan jenis sebesar 0,73. Nilai kesamaan jenis tertinggi sebesar 30,77% dari tegakan jati berumur 20 tahun sedangkan tegakan jati berumur 16 tahun dengan 20 tahun sebesar 25% dan 26,67%. Komposisi dan distribusi serta tinggi rendahnya keanekaragaman tumbuhan bawah pada ketiga tegakan jati umur berbeda, dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang terbentuk disekitar tegakan.
Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pada Berbagai Umur Tegakan Pinus (Pinus merkusii) Di KPH Banyumas Timur Aulia Rahmawatu; Dwi Nugroho Wibowo; Edy Yani
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 1 No 2 (2019): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (509.334 KB) | DOI: 10.20884/1.bioe.2019.1.2.1852

Abstract

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur merupakan salah satu unit pengelolaanPerum Perhutani yang mengembangkan hutan Pinus. Hutan pinus KPH Banyumas Timur terdiri dari berbagai umur. Keanekaragaman tumbuhan bawah dapat dipengaruhi oleh tutupan tajuk yang berkaitan dengan umur dari pohon di sekitar tumbuhan bawah tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keanekaragaman dan kemerataan jenis tumbuhan bawah pada berbagai umur tegakan pinus (Pinus merkusii) di KPH Banyumas Timur. Penelitian ini dilakukan di hutan pinus dengan tiga kelompok umur yang berbeda di BKPH Kebasen, KPH Banyumas Timur. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada berbagai umur tegakan pinus di KPH Banyumas Timur terdapat 36 jenis tumbuhan bawah dari 19 famili. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa keanekeragaman tumbuhan bawah pada berbagai umur tegakan pinus di KPH Banyumas Timur semakin tua umur tegakan pinus maka semakin sedikit jumlah jenis tumbuhan bawah. Jumlah jenis tumbuhan bawah dengan umur 12 tahun didapatkan sejumlah 20 spesies selanjutnya disusul umur 24 tahun sejumlah 18 spesies dan umur 29 sejumlah 15 spesies. Kemerataan jenis tumbuhan bawah pada berbagai umur tegakan pinus di KPH Banyumas Timur merata.
Kajian pendugaan Biomassa dan Stok Karbon pada Nypa fruticans di Kawasan Segara Anakan Bagian Barat, Cilacap Rizka Isnaeni; Erwin Riyanto Ardli; Edy Yani
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 1 No 2 (2019): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.04 KB) | DOI: 10.20884/1.bioe.2019.1.2.1823

Abstract

Pemanasan global terjadi karena adanya peningkatan Gas Rumah Kaca di atmosfer. Penyerapan karbon merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi peningkatan GRK. Satu diantara tumbuhan mangrove yang mampu menyimpan karbon dalam bentuk biomasa adalah nipah (Nypa fruticans). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui biomassa dan stok karbon yang terdapat pada N. fruticans dan mendapatkan informasi mengenai model persamaan allometrik biomassa dan karbon N. fruticans di kawasan Segara Anakan bagian barat, Cilacap. Hasil perhitungan biomassa N. fruticans menunjukkan bahwa semakin besar diameter pohon maka kerapatannya semakin meningkat, dan semakin besar biomassa semakin meningkat stok karbon yang disimpan. Berdasarkan parameter yang diukur terdapat dua parameter antara lain diameter pelepah dan panjang pelepah N. fruticans. Penelitian ini menghasilkan rata-rata biomassa sebesar 59,1 ton.ha-1, dan karbon sebesar 25,4 ton.ha-1.Model allometrik yang terpilih yaitu Biomassa -8.91 + 0.048 DPb + 0.217 DPt + 0.441 DPa + 0.882 PP dengan nilai R2 adalah 80,8%. Persamaan allometrik konversi stok karbon pelepah adalah stok karbon -2.53 + 0.0293 PDb -0.107 PDt + 0.284 PDa + 0.425 PP dengan nilai R2 adalah 80.1%.
Kerapatan dan Distribusi Genus Acanthus pada Area Kerusakan Mangrove di Segara Anakan Bagian Barat Cilacap Yasmin Shafira Nur Azizah; Erwin Riyanto Ardli; Edy Yani
BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed Vol 2 No 2 (2020): BioEksakta
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.187 KB) | DOI: 10.20884/1.bioe.2020.2.2.1824

Abstract

Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka dan khas yang terdapat hanya 2 % di seluruh permukaan bumi. Ekosistem mangrove terluas di dunia berada di Indonesia. Ekosistem mangrove berperan dalam bidang ekologi, ekonomi serta sosial dan budaya. Hutan mangrove setiap tahun terus mengalami penurunan luas dan perubahan tingkat kerapatan akibat kerusakan. Salah satu tumbuhan yang terdapat di ekosistem mangrove adalah genus Acanthus. Genus Acanthus merupakan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bioindikator kerusakan mangrove dan dapat berkembangbiak secara vegetatif dan generatif. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung kerapatan dan distribusi genus Acanthus pada area kerusakan mangrove di Segara Anakan bagian barat Cilacap. Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan teknik pengambilan sampel vegetasi mangrove purposive sampling pada 11 stasiun terpilih di Segara Anakan bagian barat Cilacap. Nilai kerapatan dan Pola distribusi genus Acanthus dianalisis menggunakan Surfer 15 untuk mendapatkan pola distribusi genus Acanthus. Nilai kerapatan dan faktor lingkungan dianalisis menggunakan BIOENV dengan Primer 5 kemudian dianalisis secara deskriptif. Nilai kerapatan genus Acanthus pada 11 stasiun terpilih yaitu 15.520 ind.ha-1. Pola distribusi genus Acanthus di Segara Anakan bagian barat Cilacap yaitu pola distribusi mengelompok (aggregate). Kata kunci: Acanthus, Mangrove, Kerusakan, Segara Anakan
Struktur dan Kemampuan Tumbuh Kembali Hutan Mangrove Cikiperan Cilacap Edy Yani
Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal Vol 23, No 3 (2006)
Publisher : Fakultas Biologi | Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.mib.2006.23.3.170

Abstract

Study was conducted to know forest structure and regeneration of mangrove Cikiperan Cilacap. Transect method was used for this study, the data of seedling were collected by quadrat method, sapling and tree were collected by quarter method. The result of this research showed there were 7 species seedling, 11 species sapling and 18 species trees. Dominant species was Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza, Avicenia alba, Aegiceros corniculatum, Nypa fruticans, and Ficus retusa. The forest of mangrove regeneration was generally very good. Seven species, however, were recorded in critical condition, i.e. Ceriops tagal, Sonneratia alba, Intsia bijuga, Cynometra ramniflora, Cerbera adolam, Leucaena leucodendrom, and Lumnitzera littorea.