Bunga Rante Tampangallo
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH RASIO BAKTERI PROBIOTIK TERHADAP PERUBAHAN KUALITAS AIR DAN SINTASAN UDANG WINDU,Penaeus monodon DALAM AKUARIUM Muliani Muliani; Nurbaya Nurbaya; Bunga Rante Tampangallo
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.113 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.1.2008.33-42

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio bakteri probiotik terhadap perubahan kualitas air dan sintasan pascalarva udang windu. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium basah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros menggunakan akuarium dengan ukuran 40 cm x 30 cm x 27 cm yang diisi tanah tambak setebal 10 cm dan air tambak salinitas 28 ppt sebanyak 15 L serta pascalarva udang windu 30 ekor. Bakteri probiotik yang digunakan pada percobaan ini diisolasi dari air laut, daun mangrove, dan tambak. Pengamatan parameter kualitas air yang meliputi; BOT, NO2-N, PO4-P, NH4-N, total bakteri, dan total vibrio dilakukan pada awal penelitian dan selanjutnya 1 kali dalam setiap dua minggu, kecuali H2S yang diamati sekali dalam sebulan. Sedangkan sintasan udang windu diamati pada akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi BOT, NO2-N, PO4-P, NH4-N, dan H2S mengalami fluktuasi dari awal hingga akhir penelitian pada semua perlakuan. Total bakteri terendah pada perlakuan L (bakteri laut 102 cfu/mL + bakteri mangrove 102 cfu/mL + bakteri tambak 102 cfu/mL), sedangkan total vibrio terendah pada perlakuan O (bakteri laut 104 cfu/mL + bakteri mangrove 104 cfu/mL + bakteri tambak 104 cfu/ mL). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa sintasan udang windu tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan.The experiment aimed to determine the effect of ratio of probiotic bacteria on changes of water quality and survival rate of tiger shrimp Penaeus monodon in tanks. This experiment conducted in Research Institute for Coastal Aquaculture web laboratory used aquarium with 40 cm x 30 cm x 27 cm in size. Each aquarium filled with pond sediment (10 cm), pond water 15 L (28 ppt), and 30 pcs of tiger shrimp postlarvae. Probiotic bacteria used in this study were isolated from sea water, mangrove leaf, and ponds. Water qualities; TOM, PO4-P, NO2-N, and NH4-N were observed be weekly while H2S was observed once in a month. Survival rate of tiger shrimp were obseved at the end of the experiment. The result showed that TOM (Total Organic Matter) NO2-N, PO4-P, NH4-N, and H2S concentration during experiment were fluctuative on all of treatments. Total bacteria was lowest on treatment L (sea bacteria 102 cfu/mL + mangrove bacteria 102 cfu/mL + pond bakteria 102 cfu/mL), however total vibrio was lowest on treatment O (bakteri laut 104cfu/mL + bakteri mangrove 104 cfu/mL + bakteri tambak 104 cfu/mL. Statistical analysis showed that survival rate of tiger shrimp not significantly (P>0.05) different among all treatments.
PENYEBARAN DAN PREVALENSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA BUDI DAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) Muliani Muliani; Bunga Rante Tampangallo; Muharijadi Atmomarsono
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.23 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.2.2007.231-241

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran dan tingkat prevalensi serangan WSSV pada budi daya udang windu. Pengumpulan sampel dan deteksi WSSV dengan teknik PCR dilakukan dari bulan April 2004 sampai November 2006. Sampel induk udang windu yang dikumpulkan berasal dari perairan Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Kalimantan Timur, dan Timika. Sedangkan benur, tokolan, dan udang yang dibudidayakan dikumpulkan dari beberapa lokasi di Sulawesi Selatan. Sampel udang diambil bagian kaki jalan, kaki renang, tangkai mata, karapaks, insang, dan ekor. Benur yang berjumlah ± 30 ekor diekstrak menggunakan buffer lisis untuk mendapatkan DNA total. DNA WSSV diamplifikasi dengan teknik First dan Nested. PCR menggunakan kit amplifikasi spesifik WSSV (IQ 2000TM WSSV Detection and Prevention System). Visualisasi DNA WSSV dilakukan dengan gell documentation. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa lebih dari 33% daerah sumber induk udang windu di Indonesia dan 90% daerah pertambakan yang ada di Sulawesi Selatan telah terinfeksi oleh WSSV. WSSV ditemukan pada induk, benur, tokolan, dan udang yang dibudidayakan di tambak. Dengan tingkat prevalensi serangan WSSV tertinggi pada udang windu yang dibudidayakan di tambak adalah 40,4% dan terendah pada benur 4,4%.The aims of this experiment was to know the distribution and prevalences of WSSV on tiger shrimp. Sample collection and WSSV detection conducted with PCR method was carried out during April 2004 to November 2006. Tiger shrimp broodstock samples were collected from Central Java, South Sulawesi, Gorontalo, Kalimantan, and Timika waters, and the other samples (tiger shrimp post larvae, juveniles, and cultured shrimp) were collected from several region in South Sulawesi. The pleopod, pereiopod, eye stalk, carapax, gill, tail, muscle of broodstock, juveniles, and cultured shrimp, and 30 pcs of postlarvae were extracted using lysis buffer to collect genomic DNA. WSSV DNA amplification was carried out using first and nested PCR technique by specific sequence amplification kit (IQ2000TM  Detection and Prevention system). The WSSV DNA was visualized by gell documentation system. The result showed that more than 33% of broodstock resources of Indonesia waters and 90% of shrimp culture area of South Sulawesi were contaminated by WSSV. WSSV was also infected tiger shrimp broodstock, postlarvae, juveniles, and tiger shrimp cultured with the highest prevalence (40.4%) was on tiger shrimp cultured and the lowest prevalence (5.4%) was on postlarvae.