Eni Kusrini
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

EFEKTIVITAS METODE TRANSFEKSI DALAM TRANSFER GEN PADA ZIGOT IKAN CUPANG ALAM (WILD BETTA), Betta imbellis Anjang Bangun Prasetio; Eni Kusrini; Ruby Vidia Kusumah; Sawung Cindelaras; Siti Murniasih
Jurnal Riset Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.617 KB) | DOI: 10.15578/jra.8.2.2013.191-199

Abstract

Transfeksi merupakan salah satu metode transfer gen (transgenesis) yang tepatdiaplikasikan pada cupang alam (wild betta), Betta imbellis dikarenakan pemijahannya yang alami dan sulit untuk dilakukan stimulasi. Penelitian yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas warna ikan cupang alam ini bertujuan untuk melihat efektivitas metode transfeksi dalam penyisipan gen asing pada zigot B. imbellis. Analisis laboratorium dan proses pemeliharaan ikan dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias serta Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, selama enam bulan. Calon induk B. imbellis diseleksi dan dipijahkan dengan perbandingan 1 :1, selanjutnya dilakukan transfeksi pada telur yang telah dibuahi, sebagian kecil diambil untuk isolasi DNA dan di-PCR. Gen asing yang digunakan untuk perlakuan adalah Green Flourenscent Protein (GFP) 1:1 dan 3:1 serta Red Flourescent Protein (RFP) 1:1dan 3:1 dengan jumlah ulangan masing-masing sebanyak enam kali. Sebagai kontrol, ditambahkan juga perlakuan non transfeksi (non transgenik) yaitu tanpa penyisipan gen GFP maupun RFP. Pengamatan dilakukan sejak perkembangan zigot mulai dari penghitungan derajat penetasan (HR) dan sintasan larva (SR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan transfeksi tidak memperlihatkan pola yang jelas dari setiap perlakuan, namun secara umum tidak berbeda signifikan dengan kontrol non transgenik. PCR pada embrio dan larva menunjukkan hasil positif di mana DNA teramplifikasi pada ukuran sekitar 0,6 kb untuk beberapa ulangan. Dari hasil yang diperoleh ini dapat ditarik kesimpulan bahwa metode transfeksi efektif digunakan untuk transfer gen ikan cupang alam, wild betta (Betta imbellis). 
PENAMBAHAN KALSIUM PADA AIR RAWA SEBAGAI PENGENCER SALINITAS MEDIA PEMELIHARAAN PASCALARVA UDANG GALAH TERHADAP SINTASAN, TINGKAT KERJA OSMOTIK, DAN KONSUMSI OKSIGEN Ferdinand Hukama Taqwa; Ade Dwi Sasanti; Khadiful Haramain; Eni Kusrini; Abdul Karim Gaffar
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.97 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.2.2014.229-236

Abstract

Budidaya udang galah di lahan suboptimal rawa masih mengalami kendala karena tingkat mortalitas yang tinggi pada stadia pascalarva terutama saat penebaran awal di media air rawa. Kondisi perairan rawa yang kurang sesuai untuk budidaya udang galah perlu ditingkatkan daya dukungnya terutama yang berhubungan dengan kemampuan osmoregulasi dan metabolisme pascalarva udang galah, salah satunya berupa penambahan mineral kalsium. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan penambahan kadar kalsium terbaik yang dapat menghasilkan sintasan, tingkat kerja osmotik, dan tingkat konsumsi oksigen terbaik pada pascalarva udang galah selama masa adaptasi pergantian media hidup dari media bersalinitas 12 ppt ke media air rawa 0 ppt, selama 10 hari mulai dari udang galah stadia PL1 hingga PL11 dengan penurunan salinitassecara gradual dan persentase volume. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan penambahan kalsium pada air rawa pengencer salinitas media, yaitu 0 mg.L-1 (A), 25 mg.L-1 (B), 50 mg.L-1 (C), 75 mg.L-1 (D), dan 100 mg.L-1 (E). Parameter yang diamati yaitu tingkat sintasan, tingkat kerja osmotik, tingkat konsumsi oksigen, kadar kalsium tubuh, dan kualitas fisika kimia media adaptasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 50 mg.L-1 kalsium (C) dapat meminimalisir tingkat kerja osmotik terendah yaitu 192,90 mOsm.l-1 H2O dan tingkat konsumsi oksigen 2,678 mgO2.g-1.jam-1.. Selain itu, juga dapat menyebabkan kadar kalsium tubuh hingga mencapai 8,029 mg/L dan sintasan yang diperoleh mencapai 94%. Selama penelitian berlangsung parameter fisika kimia media adaptasi (suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, dan alkalinitas) masih dalam kondisi yang dapat ditolerir bagi sintasan udang galah.
DNA BARCODING IKAN HIAS INTRODUKSI Melta Rini Fahmi; Ruby Vidia Kusumah; Idil Ardi; Shofihar Sinansari; Eni Kusrini
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.638 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.1.2017.29-40

Abstract

Identifikasi spesies menjadi tantangan dalam pengelolaan ikan hias introduksi baik untuk tujuan budidaya maupun konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi molekuler ikan hias introduksi yang beredar di pembudidaya dan pasar ikan hias Indonesia dengan menggunakan barcode DNA gen COI. Sampel ikan diperoleh dari pembudidaya dan importir ikan hias di kawasan Bandung dan Jakarta. Total DNA diekstraksi dari jaringan sirip ekor dengan menggunakan metode kolom. Amplifikasi gen target dilakukan dengan menggunakan primer FishF1, FishF2, FishR1, dan FishR2. Hasil pembacaan untai DNA disejajarkan dengan sekuen yang terdapat pada genbank melalui program BLAST. Identifikasi dilakukan melalui kekerabatan pohon filogenetik dan presentasi indeks kesamaan dengan sekuen genbank. Hasil identifikasi menunjukkan sampel yang diuji terbagi menjadi lima grup, yaitu: Synodontis terdiri atas lima spesies, Corydoras: empat spesies, Phseudoplatystoma: tiga spesies, Botia: tiga spesies, dan Leporinus: tiga spesies dengan nilai boostrap 99-100. Indeks kesamaan sekuen menunjukkan sebanyak 11 spesies memiliki indeks kesamaan 99%-100% dengan data genbank yaitu Synodontis decorus, Synodontis eupterus, Synodontis greshoffi, Botia kubotai, Botia lohachata, Rasbora erythromicron, Corydoras aeneus, Gyrinocheilus aymonieri, Eigenmannia virescens, Leporinus affinis, Phractocephalus hemioliopterus. Dua spesies teridentifikasi sebagai hasil hibridisasi (kawin silang) yaitu Leopard catfish (100% identik dengan Pseudoplatystoma faciatum) dan Synodontis leopard (100% identik dengan Synodontis notatus). Hasil analisis nukleotida penciri diperoleh tujuh nukleotida untuk Synodontis decora, 10 nukleotida untuk Synodontis tanganyicae, 13 nukleotida untuk Synodontis euterus, empat nukleotida untuk Synodontis notatus, dan 14 untuk Synodontis grashoffi. Kejelasan identifikasi spesies ikan menjadi kunci utama dalam budidaya, perdagangan, manajemen, konservasi, dan pengembangan ilmu pengetahuan.Species identification becomes a new challenge in the management of ornamental fish either for cultivation, or for conservation proposes. The objective of this study was to identify currently existing introduced ornamental fish in Indonesian farmers and markets using DNA barcodes COI gene. Fish samples were collected from farmers and importers of ornamental fish in Bandung and Jakarta. Total genome was extracted from caudal fin tissue using the column method. Amplification of the target gene was done by using FishF1, FishF2, FishR1, and FishR2 primers. DNA sequence was aligned with the sequences from genbank by BLAST program. Species identification was decided through the phylogenetic tree and similarity index with genbank sequences. The results showed that all of tested samples fall into five groups; Synodontis consisted of five species, Corydoras four species, Phseudoplatystoma four species, Botia three species, and Leporinus three species with 99-100 boostrap value. Sequence similarity index showed around 11 species have 99%-100% similarity index with sequence data on genbank which are Synodontis decorus, Synodontis eupterus, Synodontis greshoffi, Botia kubotai, Botia lohachata, Rasbora erythromicron, Corydoras aeneus, Gyrinocheilus aymonieri, Eigenmannia virescens, Leporinus affinis, Phractocephalus hemioliopterus. Two species were identified as hybridization product (interbreeding) including leopard catfish (100% identical with Pseudoplatystoma faciatum) and the leopard Synodontis (100% identical with Synodontis notatus). Analysis of nucleotide diagnostic showed Synodontis decora has seven nucleotides diagnostic, Synodontis tanganyicae 10 nucleotides, Synodontis euterus 13 nucleotides,  Synodontis notatus four nucleotides, and Synodontis grashoffi 14 nucleotides. The correct identification of fish species is a useful tool for aquaculture, global marketing, management or conservation, and academic/scientific purpose.
KERAGAAN WARNA DAN GENOTIPE CALON INDUK (F0) IKAN CLOWN (Amphiprion sp.) STRAIN BLACK PERCULA Ruby Vidia Kusumah; Anjang Bangun Prasetio; Eni Kusrini; Erma Primanita Hayuningtyas; Sawung Cindelaras
Jurnal Riset Akuakultur Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.3 KB) | DOI: 10.15578/jra.11.1.2016.47-58

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji keragaan fenotipe warna tubuh dan genotipe calon induk (F0) ikan clown (Amphiprion sp.) strain black percula.  Sebanyak 36 ekor calon induk ikan clown black percula diperoleh dari populasi budidaya Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon yang memiliki persentase penutupan hitam tinggi.  Warna dianalisis dengan teknik analisis gambar digital menggunakan software ImageJ 1.50f.  Gambar digital didokumentasikan menggunakan kamera Canon EOS 600D.  Keragaan warna diamati menurut pola, persentase penutupan, dan jenis (profil) warna digital.  Konversi nilai mean Red (R), mean Green (G), dan mean Blue (B) menjadi nilai mean Hue (H), mean Saturation (S), dan mean Brightness (B) dilakukan dengan bantuan Color Picker (Foreground Color) pada software Adobe Photoshop versi 12.0 x64.  Keragaan genotipe dianalisis dengan teknik RAPD.  Heterozigositas dan persentase polimorfisme dikalkulasi menggunakan software TFPGA.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon induk ikan black percula generasi F0 memiliki pola warna yang bervariasi dengan persentase penutupan warna hitam berkisar 47-63%.  Jenis warna digital hitam dikarakterisasi oleh nilai H: 240-20º, S: 4-48%, B: 10-26%; putih (H: 0-300º, S: 1-7%, B: 48-69%); dan oranye (H: 15-25º, S: 73-91%, B: 40-64%).  Analisis RAPD menunjukkan bahwa primer OPA18 menghasilkan 3 fragmen (berukuran 600-3000 bp); OPZ 9 sebanyak 5 fragmen (berukuran 500-2500 bp); dan OPZ 5 sebanyak 3 fragmen (berukuran 400-3000 bp).  Heterozigositas dan persentase polimorfisme termasuk cukup tinggi, yakni 0,3060 dan 88%.  Untuk mendapatkan strain warna black percula yang diinginkan, tahap seleksi lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan persentase penutupan warna hitam serta memperoleh pola warna putih unik.[Color and genotype performance of black percula strain clown fish (Amphiprion sp.) broodstock (F0). By Ruby Vidia Kusumah, Anjang Bangun Prasetio, Eni Kusrini, Erma Primanita Hayuningtyas and Sawung Cindelaras]  Our research aimed to assess the performance of body color and genotype of black percula strain of clownfish (Amphiprion sp.) broodstock F0.  A total of 36 samples of the black percula clown was obtained from the Institute for Mariculture (BPBL) Ambon which has the high percentage of black cover.  Color analysis was performed using digital image analysis using ImageJ 1.50f.  Digital images of broodstock was documented using Canon EOS 600D.  Performance of color observed according to patterns, percentage of color coverage and type of (profile) digital color.  Conversion value of mean Red (R), mean Green (G), and mean Blue (B) was done by Color Picker (Foreground Color) in Adobe Photoshop software version 12.0 x64.  Genotypes performance analyzed with RAPD method.  Heterozygosity and the degree of polymorphism was calculated by TFPGA software.  The results showed that the broodstock of black percula has varies of the color patterns with the percentage cover of black color ranges from 47-63%.  Digital color of black profile was characterized by H: 240-20º, S: 4-48%, B: 10-26%; white (H: 0-300º, S: 1-7%, B: 48-69%); and orange (H: 15-25º, S: 73-91%, B: 40-64%).  RAPD analysis showed that primer OPA18 produced 3 fragments (600-3000bp size), OPZ 9 produced 5 fragments (500-2500bp size), and OPZ 5 produced 3 fragments (400-3000bp size). Heterozygosity and polymorphism were high as 0,3060 and 88%. In order to obtain desired color strain of black percula, further selection process is necessary to increase the percentage of black color coverage and white color which is unique.
TRANSFEKSI MERUPAKAN METODE TEKNOLOGI TRANSGENIK PENYISIPAN GREEN FLOURESCENT PROTEIN TERHADAP IKAN WILD BETTA Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 10, No 1 (2015): (Juni 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.165 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.1.2015.7-11

Abstract

Teknik transfer gen banyak dikembangkan untuk mengintroduksi molekul DNA ke dalam embrio. Keberhasilan transfer gen menggunakan metode transfeksi ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain pemilihan larutan transfeksi yang sesuai dengan mempertimbangkan kesediaan secara komersial, mudah diaplikasikan, keberhasilan tinggi, dan tidak bersifat toksik terhadap embrio. Studi awal untuk mengetahui keberhasilan transfer gen terhadap embrio ikan wild betta digunakan Green Fluorescent Protein (GFP) dan juga dapat digunakan sebagai model terhadap ikan betta. GFP merupakan gen yang mengkodekan protein dan memiliki sifat berpendar hijau. Induk jantan dan betina dipijahkan dengan perbandingan 1:1 pada wadah baskom dengan ketinggian air ± 14 cm serta diberikan substrat. Transfeksi dilakukan pada embrio fase pembelahan 2 sel. Larutan transfeksi dibuat dari campuran DNA plasmid pada media NaCl 0.9% hingga mencapai konsentrasi akhir 100 μL media (campuran transfast + DNA + NaCl). Aktivitas gen ini dapat divisualisasikan dengan menggunakan sinar ultra violet. Keberhasilan dari teknik transfer gen tersebut dibuktikan dengan adanya ekspresi gen atau deteksi DNA gen GFP yang dimasukkan. Ekspresi hasil korporasi DNA ke dalam telur melalui transfeksi pada wild betta dan keberhasilan transfer gen GFP dapat dibuktikan dengan analisis PCR. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah menguraikan tentang metode transfeksi yang efektif untuk teknologi transfer gen terhadap ikan wild betta.
PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN HIAS KOI (Cyprinus carpio) LOKAL DI BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN HIAS DEPOK Eni Kusrini; Sawung Cindelaras; Anjang Bangun Prasetio
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1156.964 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.71-78

Abstract

Salah satu komoditas ikan hias air tawar introduksi yang sampai saat ini masih menjadi primadona di pasar internasional dan merupakan ikan hias kelompok mahal, serta fluktuasi di pasaranpun relatif stabil adalah ikan koi (Cyprinus carpio). Komoditas ikan hias koi telah menjadi komoditas andalan di beberapa daerah seperti Sukabumi, Cianjur, dan Blitar karena telah berhasil mengangkat perekonomian masyarakat dan menjadikannya sebagai alternatif penghasilan selain padi. Guna mendukung produksi ikan hias koi di beberapa sentra yang ada, dilakukan penelitian untuk mengembangkan budidaya secara intensif yang dilakukan pada lingkungan terkontrol melalui perbaikan teknologi budidaya. Penelitian dilakukan skala lapang di BPPBIH dengan metode survai ke sentra produksi untuk koleksi induk, pembenihan, dan pembesaran dengan menggunakan kolam tanah serta kolam beton untuk pemijahan dan inkubasi telur. Hasil dari penelitian ini berupa data dan informasi teknik budidaya dan produksinya yang dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi budidaya ikan hias koi.
IKAN HIAS LAUT: TANTANGAN BUDIDAYA DAN PELUANG BISNIS Anjang Bangun Prasetio; Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.266 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.84-87

Abstract

Indonesia mempunyai potensi ikan hias laut cukup besar, selain ikan yang unik, baik warna, bentuk, dan tingkah laku, serta sifat-sifat lain yang dimilikinya, juga potensi jenis yang cukup banyak di alam. Hal ini cukup menarik untuk peluang bisnis, karena tidak hanya bagi para pencinta ikan hias (hobiis) akan tetapi para pemula juga mulai menggemari ikan hias. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus terkait ikan hias laut ini sehingga upaya untuk memproduksi benih dan induk dari hasil budidaya sudah harus digalakkan, mengingat banyak jenis-jenis budidaya ikan hias laut yang potensial untuk dikembangkan berdasarkan permintaan pasar baik domestik maupun internasional. Beberapa dukungan kebijakan yang dapat dilakukan terkait status budidaya ikan hias laut, antara lain pengembangan ke arah budidaya, industrialisasi budidaya, serta penataan sistem perdagangan.
TANTANGAN BISNIS IKAN HIAS TIGER CATFISH (Pseudoplatystoma fasciatum) MELALUI PENGUASAAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN Eni Kusrini; Agus Priyadi; Anjang Bangun Prasetio
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1132.662 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.79-83

Abstract

Ikan tiger catfish (Pseudoplatystoma fasciatum) merupakan salah satu ikan hias hasil introduksi yang berasal dari Sungai Amazon Amerika Latin dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi terutama untuk komoditas ekspor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang pembenihan ikan tiger catfish secara buatan. Metode yang digunakan untuk pemijahan buatan ikan tiger catfish ini adalah dengan stimulasi hormon gonadotropin. Calon induk ikan hias tiger catfish dapat matang gonad dipelihara dalam kolam beton berukuran 2,5 m x 2,0 m x 0,8 m dengan ke dalaman air antara 50-60 cm dilengkapi dengan sistem sirkulasi. Perbandingan antara jantan dan betina yaitu 1:2. Bobot rata-rata induk yang siap dipijahkan sekitar 2,5 kg dan sudah berumur minimal dua tahun. Jumlah telur yang dihasilkan setiap satu induk dapat mencapai 300.000 butir dengan daya tetas rata-rata 80%. Telur akan menetas semua dalam waktu 15 19 jam pada suhu berkisar antara 26oC-30oC. Larva yang telah menetas tetap dibiarkan dalam akuarium sampai kuning telur yang menempel di tubuh habis termakan. Keberhasilan pembenihan diawali dari pengelolaan induk yang benar untuk dapat matang gonad, sehingga kualitas telur bagus dan akan menghasikan benih-benih yang berkualitas. Teknik pembenihan juga menjadi faktor yang menentukan untuk keberhasilan pembenihan. Teknologi pemijahan buatan dengan menggunakan stimulasi hormon gonadotropin ikan tiger catfish telah dikuasai dan telah berkembang di para breeder ikan hias.
PERKEMBANGAN REKAYASA GENETIKA DALAM BUDIDAYA IKAN HIAS DI INDONESIA Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.395 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.59-64

Abstract

Teknologi rekayasa genetika transgenesis telah digunakan sejak 1980 dan sekarang berkembang memproduksi makhluk hidup dengan fenotipe yang diinginkan. Di bidang akuakultur, telah dilakukan beberapa metode transgenik antara lain penggunaan vektor yang dinamakan replicationdefective pantropic retroviral (salah satu elemen vektor) untuk menginfeksi sel lines ikan. Perkembangan riset transgenik yang dilakukan sudah sampai tahapan dapat menghasilkan generasi pertama (F-1) yang masih membutuhkan verifikasi untuk mendapatkan keturunan-keturunan transgenik homozigot yang dapat digunakan untuk memproduksi massal ikan transgenik heterozigot hasil perkawinan dengan ikan normal. Teknik rekayasa genetika terus-menerus mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya. Adapun metode-metode yang telah berhasil diterapkan dalam teknologi transfer gen antara lain adalah mikroinjeksi, elektroporasi, dan transfeksi. Keberhasilan menghasilkan ikan hias transgenik melalui biologi molekuler dengan karakter keunggulan tertentu memberikan harapan baru dalam budidaya ikan khususnya dalam menunjang peningkatan kualitas warna dan bentuk. Meskipun rekayasa genetika bukan segala-galanya, karena adanya keterbatasan dalam menghasilkan ikan transgenik seperti badan yang bengkok, kepala bercabang, dan lain-lain.
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS LAUT UNTUK MELESTARIKAN SUMBERDAYA GENETIKNYA Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.244 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.65-70

Abstract

Ikan hias laut merupakan salah satu komoditas sumberdaya kelautan yang potensinya masih kurang diperhatikan. Padahal beberapa jenis ikan hias laut tersebut mempunyai nilai jual tinggi di pasaran internasional. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbenihan guna mendapatkan benih yang unggul agar produksi budidaya dapat lebih maju. Sumberdaya genetik ikan hias laut yang tersebar di perairan Indonesia sangat banyak dan beraneka ragam. Sumberdaya genetik yang ada selama ini telah termanfaatkan untuk komoditas ekspor dan telah dilakukan penangkapan yang terus-menerus. Eksploitasi yang berlebihan dikhawatirkan akan menyebabkan sumberdaya genetik yang ada habis. Penelitian dan pengembangan budidaya ikan hias laut telah dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, dan Balai Budidaya Laut Ambon untuk beberapa jenis di antaranya clown fish, banggai cardinal fish, clown biak, dan letter six. Teknologi pembenihan ikan hias laut tersebut telah dikuasai dengan baik, namun tingkat sintasan dan kualitas benih belum seperti yang diharapkan. Keberhasilan suatu usaha pembenihan ikan hias laut sangat tergantung pada sistem pengelolaan pembenihannya yaitu cara penyediaan dan pematangan induk, cara melakukan pemijahan, pemeliharaan larva dan benih, pengelolaan pakan, penanganan lingkungan, dan pengendalian penyakit. Pada makalah ini akan dipaparkan tentang teknik budidaya ikan hias laut yang telah berhasil dilakukan baik tahap domestikasi maupun pembenihannya, guna ke depannya produksi benih tersebut dapat dijadikan induk-induk yang berkualitas sehingga dapat melestarikan plasma nutfahnya.