Eri Setiadi
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KANIBALISME PADA YUWANA IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DALAM KONDISI PEMELIHARAAN SECARA TERKONTROL Eri Setiadi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (841.672 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.2.2006.245-254

Abstract

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomi penting sebagai komoditas ekspor dan telah berhasil dibudidayakan di Indonesia. Kendala yang dihadapi dalam budi daya ikan tersebut yaitu masih tingginya tingkat kanibalisme pada pemeliharaan secara intensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi gigitan, menelan, dan mortalitas pada pemeliharaan yuwana ikan kerapu macan dan upaya pengendaliannya. Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu penelitian variasi ukuran yang dipuasakan (Penelitian I) dan variasi ukuran dengan kepadatan jembret yang berbeda (Penelitian II) terhadap terjadinya kanibalisme, seperti frekuensi gigitan, menelan, dan mortalitas telah dilakukan. Ukuran yuwana kerapu macan yang digunakan sebagai hewan uji terdiri atas tiga ukuran, yaitu ukuran kecil, sedang, dan besar. Hasil penelitian I menunjukkan bahwa ada perbedaan (P<0,0001) di antara perlakuan terhadap frekuensi gigitan, menelan, dan mortalitas. Penelitian II menunjukkan juga adanya perbedaan (P<0,0006) di antara perlakuan terhadap frekuensi gigitan, menelan dan mortalitas. Kepadatan jembret 1.000 individu/L dapat mengurangi kanibalisme.Tiger grouper, E. fusoguttatus is one of the marine finfish species have a high economic value as an export commodity in Indonesia. Mass production of this species has largely been successful in Indonesia. However, cannibalism is a main problem can be reduced mass production during in an intensive culture system. The aim of this experiment is to examine frequency of bitting and swallowing, mortality, and its control. This experiment was focused on size variation and mysid density that affect on frequency of bitting, frequency of swallowing, and mortality. The fry of tiger grouper used in this experiment was consisted of three sizes (small, medium, and big). Two kinds of experiments were set up namely size variation and starvation (experiment I) and size variation and mysid density (experiment II). The result showed that size variation indicated that significantly different (P<0.0001) in frequency of bitting and swallowing, and mortality and also mysid density could affect the frequency of biting and swallowing, and mortality (P<0.0006) among the treatments. Mysid density (1,000 individu/L) could be reduced the cannibalism.
PENGARUH PENGGUNAAN SKIMMER TERHADAP ABNORMALITAS PADA PEMELIHARAAN LARVA IKAN KERAPU BEBEK, Cromileptes altivelis Suko Ismi; Eri Setiadi; Wardoyo Wardoyo; Tridjoko Tridjoko
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.117 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.1.2007.1-8

Abstract

Dengan keberhasilan produksi benih kerapu bebek, masih banyak kendalakendala yang harus diperbaiki di antaranya kualitas benih, yaitu morfologi benih kerapu bebek dari hasil produksi perbenihan masih ada yang cacat seperti insang terbuka, mulut bengkok, tulang belakang bengkok, dan sebagainya yang akan mengganggu pertumbuhan bila dibudidayakan, selain mempunyai harga yang murah dan rentan terhadap penyakit. Diduga salah satu penyebab cacat adalah tidak berkembangnya gelembung renang pada larva yang diakibatkan ketidakmampuan larva mengambil udara di permukaan air yang tertutup oleh lapisan minyak. Karena itu untuk membersihkan lapisan minyak di permukaan air perlu adanya penelitian penggunaan skimmer dengan waktu yang berbeda yaitu: saat larva berumur 6 hari; 15 hari, dan tanpa skimmer. Hasil yang diperoleh adalah penggunaan skimmer pada larva berumur 6 hari menghasilkan sintasan dan pertumbuhan lebih baik di samping mempunyai persentase perkembangan gelembung renang yang lebih tinggi dan persentase benih yang cacat lebih rendah dibanding dengan perlakuan yang lain.
PEMBERIAN MINYAK CUMI PADA PERMUKAAN AIR TERHADAP ABNORMALITAS DALAM PEMELIHARAAN LARVA IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) Eri Setiadi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 1 (2006): (April 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1786.129 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.1.2006.35-47

Abstract

Pembenihan ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) di Indonesia telah berhasil dengan baik, namun masih dijumpai tingginya abnormalitas. Penelitian abnormalitas pada stadia perkembangan larva dari yolk sac sampai flexion melalui pewarnaan tulang telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh minyak cumi pada permukaan air terhadap abnormalitas, saat abnormal mulai muncul dan bagian tulang yang rentan terhadap abnormal serta sintasannya. Hasil penelitian dari stadia yolk sac sampai flexion menunjukkan bahwa persentase abnormalitas pada pemeliharaan dengan minyak cumi pada permukaan air lebih rendah (P<0,001) dibandingkan dengan tidak menggunakan minyak cumi pada permukaan air. Abnormal mulai terlihat pada stadia preflexion dan flexion. Tipe-tipe abnormal yang dijumpai adalah lordosis, skoliosis, khiposis, fusi, reduksi, percabangan, dan penambahan. Bagian tulang yang rentan terhadap abnormal ditemukan pada vertebrae bagian tengah (15,21%) dan hypurals (8,50%) pada pemeliharaan dengan minyak cumi, sedangkan tanpa menggunakan minyak cumi dijumpai pada dorsal proximal radials (32,50%) dan vertebrae bagian posterior (31,88%). Sintasan sebesar 7,04% (P<0,0001) dijumpai pada pemeliharaan dengan minyak cumi pada permukaan air, sedangkan tanpa minyak cumi pada permukaan air hanya 2,48%. Penggunaan minyak cumi pada permukaan air dapat menurunkan abnormalitas dan meningkatkan sintasan.The mass seedling production of humpback grouper to (Cromileptes altivelis) has largely been successful in Indonesia. However, the high rate of abnormality of seed produced is the main problem. The rate of abnormality from yolk sac to flexion stages was examined. The purpose of the study was to examine the influence of squid oil at the water surface to the abnormality and determine which part of skeleton was vulnerable to deformation using clearing and staining methods. The result had indicated that larvae reared using squid oil at the water surface showed significantly lower (P<0,001) compared to that without squid oil at the water surface in abnormality. The deformation occurred at preflexion stage in both of squid oil or without squid oil at the water surface was detected. The types of deformities encountered during larval rearing period were as follows: scoliosis, lordosis, khyposis, fusion, shortening, branching, and supernumerary elements. Based on nine of bone elements indicated that larvae reared using squid oil at the water surface showed the rate of abnormality in the middle of vertebrae (15,21%) and hypurals (8,50%) while that without squid oil at the water surface showed the rate of abnormality of the dorsal proximal radials (32,50%) and the vertebrae at the posterior region (31,88%). The survival of larvae reared using squid oil at the water surface was higher (7,04%) (P<0,0001) than without squid oil (2,48%). Squid oil addition at the water surface could reduce the abnormality and increase in the survival rate.