Nyoman Radiarta
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERFORMA KOMODITAS BUDIDAYA LAUT PADA SISTEM INTEGRATED MULTI-TROPHIC AQUACULTURE (IMTA) DI TELUK GERUPUK, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT Nyoman Radiarta; Erlania Erlania
Jurnal Riset Akuakultur Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5440.927 KB) | DOI: 10.15578/jra.11.1.2016.85-97

Abstract

Budidaya laut berbasis Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA) merupakan opsi pengembangan budidaya perikanan yang sejalan dengan konsep pelestarian lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis performa komoditas budidaya laut yang pada sistem integrated multi trophic aquaculture (IMTA). Penelitian dilaksanakan di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, pada bulan Juni-November 2015. Model IMTA yang dikembangkan adalah kombinasi antara ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede), dan rumput laut (Kappaphycus alvarezii). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 150 hari masa pemeliharaan ikan kerapu dan bawal bintang menghasilkan pertumbuhan yang baik, dengan rata-rata bobot akhir ikan kerapu sebesar 173,45 ± 36,61 g/ekor; danikan bawal bintang sebesar 161,27 ± 30,05 g/ekor. Pertumbuhan rumput laut selama tiga siklus menunjukkan bahwa siklus pertama (Juni-Juli) dan siklus kedua (Agustus-September) menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan siklus ketiga (Oktober–November). Laju pertumbuhan harian rumput laut di sekitar keramba jarring apung (KJA) ikan sebesar 4,22%-6,09%/hari lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (jarak 2-3 km dari KJA ikan) yaitu 3,90%-5,53%/hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan efektivitas sistem IMTA dalam hal peningkatan produktivitas budidaya rumput laut. Model IMTA dapat diterapkan sebagai model pengembangan budidaya laut yang berwawasan lingkungan melalui peningkatan produksi, sistem produksi bersih, dan berkelanjutan.Mariculture activity with Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA) is an aquaculture development technique which in line with environment conservation concept. This study was aimed to analyze perfomance of mariculture commodities that cultured under integrated multi-trophic aquaculture (IMTA) system. The study was conducted in Gerupuk Bay, Central Lombok, West Nusa Tenggara during June-November 2015. The IMTA model was combined between tiger grouper fish (Epinephelus fuscoguttatus), silver pompano fish (Trachinotus blochii, Lacepede), and seaweed (Kappaphycus alvarezii). The result showed that during 150 days of cultured periods, both of grouper and pompano indicated a good growth performance, with mean body weight at the end of culture period about 173.45 ± 36.61 g/ind. and 161.27 ± 30.05 g/ind., respectively. Seaweed growth performance from three cultivation cycles showed that cycle-1 (June- July) and cycle-2 (August-September) had better growth performance than cycle-3 (October November). Daily growth rate of seaweed that cultured near fish cages was higher (4.22%-6.09%) than control, 2-3 km distance to fish cages (3.90%-5.53%). This study indicated the effectiveness of IMTA system to increase seaweed culture production. IMTA model can be applied as development model of mariculture with environmental concept through production enhancement, zero waste production, and sustainability.
ANALISIS PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN UTARA Nyoman Radiarta; Erlania Erlania; Joni Haryadi; Annisya Rosdiana
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 8, No 1 (2016): (Mei 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.111 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.8.1.2016.29-40

Abstract

Kebijakan pembangunan kemandirian dalam budidaya perikanan dan membangun kemandirian pulau-pulau kecil merupakan kebijakan program Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mendukung poros maritim nasional. Pulau Sebatik di Kabupaten Nunukan memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut cukup besar untuk dikembangkan diantaranya potensi pengembangan budidaya laut, terutama budidaya rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi dan langkah-langkah strategis pengembangan budidaya rumput laut di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara. Data dan informasi dikumpulkan melalui media diskusi (Focus Group Discussion/FGD), kunjungan ke lokasi pengembangan budidaya rumput laut, dan data sekunder. Data dianalisis secara deskriptif dengan memberikan opsi-opsi kebijakan pengembangan budidaya rumput laut. Pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan cukup berkembang dengan pusat kawasan pengembangannya di Kecamatan Nunukan Selatan. Kappaphycus alvarezii (cottonii) merupakan jenis yang umumnya dibudidayakan dengan metode longline. Dalam tulisan ini, potensi, permasalahan, dan strategi pengembangan budidaya rumput laut yang teridentifikasi di lokasi penelitian dibahas secara komprehensif.Policy on aquaculture development in the small and the most outer islands is a strategic program from Ministry of Marine Affair and Fisheries to support national maritime shaft. Sebatik Island in Nunukan Regency has a large potential of coastal and marine resources to be developed include the development of marine aquaculture, especially seaweed culture. This study aimed to evaluate condition and strategic steps in the development of seaweed aquaculture in Sebatik Island, Nunukan Regency North Kalimantan Province. Data and information collected through Focus Group Discussion (FGD), field visit to seaweed aquaculture areas, and secondary data. Data were analyzed descriptively by presenting policy options for seaweed aquaculture development. Marine aquaculture especillay seaweed culture was well developed in Nunukan Regency, which was mainly concentrated in South Nunukan. Kappaphycus alvarezii (cottonii) is the main species cultivated in this region by using long line method. In this paper, the potential, problems and development strategy of seaweed cultivation were identified and discussed comprehensively.