Wahyulia Cahyanti
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan, Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KERAGAMAN GENETIK DAN BIOREPRODUKSI EMPAT POPULASI IKAN MATA MERAH (Puntius orphoides Valenciennes, 1842) Wahyulia Cahyanti; Fera Permata Putri; Sri Sundari; Anang Hari Kristanto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.738 KB) | DOI: 10.15578/jra.15.3.2020.141-149

Abstract

Ikan mata merah merupakan ikan konsumsi yang berkerabat dekat dengan ikan tawes yang terdistribusi luas di kawasan tropis. Analisis keragaman genetik dan performa reproduksi ikan mata merah, baik jantan maupun betina belum tersedia secara lengkap dan valid. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan keragaman genetik ikan mata merah dari berbagai lokasi, dan mengkaji bioreproduksinya. Ikan sampel yang diperoleh dari nelayan dan pengumpul di empat lokasi berbeda yaitu: Jawa Barat (Tasikmalaya dan Cianjur), Jawa Tengah (Purwokerto), dan Jawa Timur (Umbulan, Pasuruan), ditampung di Balai Benih Ikan lokal, kemudian ditransportasikan ke Instalasi Plasma Nutfah, Cijeruk, Bogor. Sampel ikan dari berbagai ukuran digunakan untuk analisis keragaman genetik melalui analisis morfometrik dan RAPD, sedangkan untuk kajian bioreproduksi ikan yang digunakan adalah calon dan induk ikan mata merah jantan dan betina. Hasil analisis menunjukkan bahwa keragaman genetik populasi Purwokerto dan Umbulan memiliki perbedaan dengan nilai sharing component intraspesies tertinggi, yaitu 100,0%. Polimorfisme empat populasi ikan mata merah berkisar antara 1,92%-17,30% dengan kisaran tingkat heterozigositas 0,0088-0,0678. Populasi Purwokerto memiliki jarak genetik terjauh (0,0678) dari populasi lainnya. Pada pengamatan kinerja reproduksi hanya dua populasi yang matang gonad dan bisa dipijahkan, yaitu populasi Tasikmalaya dari 10 ekor matang gonad, tiga ekor berhasil memijah, dan Cianjur dari sembilan ekor matang gonad, tiga ekor berhasil memijah dengan nilai derajat pembuahan kedua populasi sebesar 100% dan derajat penetasan yang masih cukup tinggi Tasikmalaya 84,32 ± 7,38a% dan Cianjur 73,15 ± 3,78a%. Volume sperma ikan jantan diperoleh sebanyak 0,1 mL; dengan jumlah spermatozoa sebanyak 75 x 108 sel.Red-eye fish is a fish species closely related to tawes/silver barb/Java barb and widely distributed in tropical regions. As of now, information on genetic diversity and reproductive performance of red-eye fish, both male and female, have not yet been completed. Thus, this study was conducted to determine the genetic diversity of red-eye fish populations from different locations and study their bioreproduction. Live fish were obtained from fishermen and collectors in four different areas namely West Java (Tasikmalaya and Cianjur), Central Java (Purwokerto), and East Java (Umbulan, Pasuruan). The collected fish were temporarily stored in each local fish seed center before transported to the Germplasm Installation, Cijeruk, Bogor. Fish samples of various sizes were used for genetic diversity analysis through morphometric analysis and RAPD. In bioreproduction observation, the fish used were prospectively matured and matured male and female of red-eye fish. The results of the genetic study showed that the Purwokerto and Umbulan populations have genetic diversity differences with the highest intraspecies sharing component value of 100.0%. The polymorphism of four red-eye fish populations ranged from 1.92%-17.30% with a range of heterozygosity levels of 0.0088-0.0678. Purwokerto population has the farthest genetic distance (0.0678) from the other populations. The observation of reproductive performance found only two populations having mature gonad fish and could subsequently be artificially spawned. The populations were Tasikmalaya population with ten mature gonad fish, of which three fish successfully spawned and Cianjur population with nine mature gonad fish, of which three successfully spawned. The fertilization rate of the two spawned populations was 100%. The hatching rateof eggs from Tasikmalaya and Cianjur populations were relatively high of 84.32 ± 7.38a% and 73.15 ± 3.78a%, respectively. The maximum volume of sperm produced by each male fish from both populations was 0.1 mL, with the total number of spermatozoa of 75-108 cells.
PERFORMA PERTUMBUHAN DUA GENERASI IKAN UCENG (Nemacheilus fasciatus Val. 1846) DALAM PEMELIHARAAN DI AKUARIUM Wahyulia Cahyanti; Fera Permata Putri; Vitas Atmadi Prakoso
Media Akuakultur Vol 15, No 1 (2020): (Juni, 2020)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.932 KB) | DOI: 10.15578/ma.15.1.2020.9-14

Abstract

Ikan uceng (Nemacheilus fasciatus Val. 1846) merupakan salah satu spesies ikan air tawar dengan nilai ekonomi cukup tinggi yang ketersediaannya masih mengandalkan penangkapan di alam, sehingga diperlukan upaya domestikasi untuk menjaga kelestariannya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengamati dan mengevaluasi performa pertumbuhan dua generasi (G0 dan G1) ikan uceng. Penelitian ini menggunakan ikan uceng G0 yang diperoleh melalui hasil tangkapan alam dari Sungai Progo, Temanggung, Jawa Tengah dan ikan uceng G1 diperoleh dari hasil pemijahan semi-buatan induk ikan uceng dari lokasi yang sama. Ikan yang digunakan berukuran panjang total 5,57 ± 0,528 cm dan bobot 1,06 ± 0,270 g. Uji performa pertumbuhan ikan uceng dilakukan pada akuarium (40 cm × 30 cm × 30 cm) dengan dua ulangan, dengan kepadatan 20 ekor per akuarium. Pengamatan pertumbuhan dilakukan setiap 30 hari sekali selama 330 hari masa pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan panjang dan bobot kedua generasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05). Selisih laju pertumbuhan bobot harian sebesar 0,02% dengan pertumbuhan biomassa G1 3,69% lebih besar daripada G0, namun nilai tersebut tidak berbeda nyata (p>0,05). Sintasan kedua generasi juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0,05). Selisih nilai koefisien variasi antara generasi G1 dan G0 cukup besar untuk memperlihatkan perbedaan 24,91% dengan nilai faktor kondisi G0 sebesar 0,99 ± 0,13 dan G1 sebesar 1,00 ± 0,18. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada performa pertumbuhan antara ikan uceng G0 dan G1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa proses domestikasi ikan uceng dari G0 ke G1 pada penelitian ini belum menghasilkan perubahan yang signifikan dari aspek keragaan pertumbuhan dari generasi awal (ikan liar/hasil tangkapan alam) ke generasi berikutnya dalam proses domestikasi.Barred loach (Nemacheilus fasciatus Val. 1846) is a species of freshwater fish locally known as uceng fish and highly valued in Indonesia’s local markets. The demand of this fish species still relies on wild stock population. As such, a domestication effort prior to the development of its aquaculture technology has to be started in order to maintain the long term fish sustainability. This research was conducted with the aim to evaluate the growth performance of two generations (G0 and G1) of uceng fish. This study used G0 uceng fish caught from the Progo River, Temanggung, Central Java and the G1 were obtained from a semi-artificial spawning of uceng fish broodstock from the same location. The fish used had a total length of 5.57 ± 0.528 cm and a weight of 1.06 ± 0.270 g. The performance test of the fish’s growth was carried out in an aquarium (40 m × 30 cm × 30 cm) with two replications, with a density of 20 fish per aquarium. Growth observation was carried out once every 30 days during 330 days of maintenance. The results showed that the growth length and weight of the two generations did not show any significant difference (p>0.05). The difference in the daily weight growth rate was 0.02% with G1 biomass growth of 3.69% greater than G0 but no significant different (p>0.05) observed on the two parameters. The survival rate of the two generations also showed no significant difference (p>0.05). The difference in the coefficient of variation between G1 and G0 generations was 24.91% with the condition factor on G0 of 0.99 ± 0.13 and G1 of 1.00 ± 0.18. This study concluded that there were no significant differences in growth performance between G0 and G1 of barred loach. These results indicated that the domestication process of barred loach from G0 to G1 in this study do not produced any significant changes on growth performance from the initial generation (wild/natural catches) to the next generation in the domestication process. 
KERAGAAN PERTUMBUHAN IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) DENGAN KEPADATAN BERBEDA Otong Zenal Arifin; Wahyulia Cahyanti; Vitas Atmadi Prakoso
Media Akuakultur Vol 14, No 2 (2019): (Desember, 2019)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.242 KB) | DOI: 10.15578/ma.14.2.2019.83-87

Abstract

Padat tebar merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keragaan pertumbuhan dalam budidaya ikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan optimum untuk pertumbuhan ikan tambakan. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP), Bogor. Ikan tambakan generasi ke-2 dengan panjang total 2,10 ± 0,18 cm dan bobot 4,83 ± 0,17 g yang diperoleh melalui program domestikasi dipelihara di kolam bak beton yang diberi sekat (ukuran 3 m x 3,5 m x 1 m). Pakan komersial berupa pelet terapung (protein 39%-41%; lemak 5%) diberikan sebanyak 3% per hari dari biomassa dengan frekuensi pemberian sebanyak tiga kali. Perlakuan kepadatan yang dilakukan pada penelitian adalah 25, 50, dan 75 ekor/m2 dengan tiga ulangan. Pengambilan data dilakukan setiap 30 hari sebanyak 30 ekor dari setiap ulangan selama 150 hari masa pemeliharaan terhadap panjang, bobot, kelangsungan hidup, biomassa, dan rasio konversi pakan. Pengukuran kualitas air juga dilakukan sebagai data pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang baku, panjang total, bobot, dan sintasan tertinggi diperoleh pada kepadatan 25 ekor/m2.Stocking density is one of the influencing growth performance indicators in aquaculture. This study was conducted to determine the optimum stocking density in optimizing the growth rate of kissing gourami. The study was carried out at the Research Station for Freshwater Fisheries Germplasm, Cijeruk, RIFAFE Bogor. A second generation of kissing gourami with total length of 2.10 ± 0.18 cm and body weight of 4.83 ± 0.17 g produced from a domestication program were reared in separated-nets concrete ponds (pond division: 3 m x 3,5 m x 1 m) and fed using commercial floating pellets (protein: 39%-41%; lipid: 5%). Feed was given 3% of biomass per day with a feeding frequency of three times per day. Stocking density treatments in this study were 25, 50, and 75 fish/m2 with three replications. Data collection was conducted every 30 days from 30 fish in each replicate during 150 days of rearing period on growth parameters including length, weight, survival rate, biomass, and feed conversion ratio. Water quality measurement was also conducted as supplementary data. The results showed that the highest values on standard length gain, absolute length gain, weight gain, and survival rate were found in the fish population with a stocking density of 25 fish/m2.