Nurhidayati Nurhidayati
Program Studi Seni Tari- Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Padangpanjang, Jl. Bahder Johan Padangpanjang

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

TARI SIKAMBANG DI PESISIR SELATAN DALAM KONTEKS SENI PERTUNJUKAN: TINJAUAN GENDER DAN SEMIOTIKA Nurhidayati Nurhidayati; Adriana Gusti; Yusfil Yusfil
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 8, No 1 (2022): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v8i1.2523

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas tari Sikambang dalam konteks Seni Pertunjukan pada masyarakat Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan dalam kajian Analisis Gender dan Semiotika. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yaitu seluruh data yang didapat baik data tertulis, maupun data dilapangan, di deskripsikan kemudian dianalisis sesuai permasalahan peneliti yang diajukan. Teori yang digunakan adalah teori Gender yang dikemukakan Gayle Rubin danteori Semiotika oleh Ferdinand De Sausure. Gender dalam tari Sikambangyaitu penari laki-laki yang berperan sebagai perempuan dalam pertunjukan tari Sikambangdalam pesta perkawinan dari sudut pandang Gayle Rubin. Hal ini terlihat dari busana yang digunakan oleh penari. Tari Sikambang ditarikan oleh dua orang penari laki-laki yang berperan sebagai ayah dan ibu. Busana yang digunakan oleh penari yang berperan sebagai ibu adalah baju kebaya, rok dari kain panjang, dan tutup kepala (jilbab), sedangkan penari yang berperan sebagai ayah adalah baju koko, celana panjang dan peci hitam, walaupun demikian karakter gerak yang dihasilkan oleh penari yang berperan sebagai perempuan tetap terlihat Maskulin, sebagaimana Kodratnya sebagai laki-laki. Begitu juga dengan struktur gerak yang terdapat dalam tari Sikambang yang memiliki makna dalam kehidupan. Kata Kunci:    Tari Sikambang; pesta perkawinan; Pesisir Selatan; gender; semiotika