Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

RITUAL NGAYUN LUCI DALAM PENCIPTAAN KARYA TARI ASEK LUCI Rike Denia Pratama; Adjuoktoza Rovylendes; Indriyetti Indriyetti
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 5, No 1 (2019): Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v5i1.766

Abstract

Karya tari berjudul “Asek Luci” adalah karya tari yang terinspirasi dari bagian prosesi ritual Ngayun Luci, yaitu menghantarkan luci ke sawah. Konsep tari ini disusun berdasarkan hasil riset pengkarya terhadap budaya yang masih diyakini dan dilaksanakan masyarakat Desa Koto Lua Kecamatan Siulak Mukai Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Untuk menvisualisasikan ide garapan ke dalam karya tari pengkarya menggunakan gerak-gerak tradisi Kerinci, musik pengiring karya tari ini mengunakan alat musik yang mampu mendukung suasana dan juga menghadirkan vokal-vokal tradisi Kerinci, serta setting dan properti pun juga membangun suasana yang ingin dihadirkan. Dalam karya tari ini terdapat tiga bagian, pada bagian pertama menghadirkan suasana sebelum terlaksanakannya ritual, bagian kedua menghadirkan Prosesi Ritual Ngayun Luci yaitu menghantarkan luci ke sawah, bagian ke tiga menghadirkan suasana suka cita masyarakat telah melakukan Ritual Ngayun Luci tersebut. Adapun pijakan gerak karya tari Asek Luci berupa gerak tari tradisi Kerinci yaitu tari rangguk.
“Babatehi” Kesenjangan Sosial Terhadap Pemberian Gala di Pariaman Salsabila Filjamiati; Ariefin Alham Jaya Putra; Adjuoktoza Rovylendes; Emri
JURNAL ILMIAH NUSANTARA Vol. 2 No. 6 (2025): Jurnal Ilmiah Nusantara
Publisher : CV. KAMPUS AKADEMIK PUBLISING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61722/jinu.v2i6.6233

Abstract

The Babatehi dance is inspired by the tradition of giving gala to married men (urang sumando) in the Pariaman community of West Sumatra. This tradition reflects a matrilineal kinship system and respect for sons-in-law, but also gives rise to different behaviors depending on the title held, such as Sidi, Sutan, and Bagindo. These differences in behavior are a clear reflection of social inequality within the family and community. The artist interprets this social phenomenon in a dramatic dance form using seven female dancers and accompanied by live experimental music. The work is structured into three sections: differences in behavior based on social status, conflicts resulting from this inequality, and the search for human equality in the eyes of God. The concept combines elements of tradition, contemporary movement exploration, and the symbolism of props to enhance its meaning. Babatehi serves not only as an artistic representation of local tradition but also as a social critique of realities that persist today.