Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

LEAF ANATOMICAL COMPARISON BETWEEN NATURAL HYBRID NEPENTHES AMPULLARIA JACK × NEPENTHES MIRABILIS (LOUR.) DRUCE WITH THE PARENTAL SPECIES IN KERINCI, JAMBI Dee Dee Al Farishy; Nisyawati Nisyawati; Destario Metusala
Floribunda Vol. 6 No. 4 (2020)
Publisher : PTTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2460.098 KB) | DOI: 10.32556/floribunda.v6i4.2020.279

Abstract

Dee Dee Al Farishy, Nisyawati, Destario Metusala. 2020. Perbandingan Anatomi Hibrid Alam Daun Nepenthes ampullaria Jack x Nepenthes mirabilis (Lour.) Druce dengan Spesies Induk di Kerinci, Jambi. Floribunda 6(4): 141–153. — Nepenthes merupakan tanaman berumah dua yang dapat memproduksi persilangan alami, termasuk N. ampullaria  dan  N. mirabilis. Persilangan tersebut kurang lebih berbagi karakter atau peralihan antara kedua spesies parental. Objektif penelitian adalah untuk menganalisis ke-samaan karakter taksa persilangan tersebut berdasarkan organ daun dasar. Sampel dikoleksi dari Danau Lingkat, Kerinci, Jambi. Data observasi diukur secara kualitatif, kuantitatif menggunakan SPSS 22 dengan tes parametrik, dan non-parametrik, serta Analisis Komponen Utama (AKU) dari 27 karakter. Secara kualitas, terdapat dua karakter persilangan yang berupa peralihan. Secara kuantitas, terdapat pula 14 karakter yang tidak berbeda signifkan, 1 karakter serupa N. ampullaria, 4 karakter serupa N. mirabilis, 1 karakter peralihan, dan 3 karakter berbeda dengan kedua parental. Dee Dee Al Farishy, Nisyawati, Destario Metusala. 2020. Leaf Anatomical Comparison Between Natural Hybrid Nepenthes ampullaria Jack × Nepenthes mirabilis (Lour.) Druce with the Parental Species in Kerinci, Jambi. Floribunda 6(4): 141–153. — Nepenthes are dioceous plant that could produce natural hybrid, including N. ampullaria and N. mirabilis. The hybrid more or less have intermediate or sharing character between two parent species. The objective of the research were to analyze character similarity acccording to basic leaves organ. Sample collected from Lingkat Lake, Kerinci, Jambi. Observation data were measured qualitatively, quantitatively using SPSS 22 with parametric test, non-parametric test, and Principal Component Analysis (PCA) from 27 characters. Qualitatively, there are two hybrid characters that inter-mediate. Quantitatively, there are 14 characters are not significantly different, 1 character similar to N. ampullaria, 4 characters similar to N. mirabilis, 1 character intermediate, and 3 characters are different with two parent.  
Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Lokal Etnis Batak Mandailing di Desa Tanjung Julu, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara Marina Silalahi; Nisyawati Nisyawati; Riska Septi Wahyuningtyas
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 15, No 1 (2022): AL-KAUNIYAH: JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v15i1.17958

Abstract

Masyarakat lokal etnis Batak di Sumatra Utara masih menggunakan tumbuhan dalam pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dan manfaat tumbuhan obat oleh masyarakat etnis Batak Mandailing di Desa Tanjung Julu Kecamatan Mandailing Natal. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan etnobotani. Sebanyak 32 responden umum dan 8 informan kunci diwawancarai dengan wawancara bebas dan semi terstruktur. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan menghitung nilai tanaman obat. Masyarakat di Desa Tanjung Julu menggunakan 163 jenis dengan 128 marga dan 56 famili untuk mengobati 23 macam penyakit. Zingiberaceae, Rutaceae, Asteraceae, dan Arecaceae adalah famili yang paling banyak jumlahnya. Sebagian besar tumbuhan digunakan untuk mengatasi penyakit gaib (gangguan setan 47 jenis) dan penyakit alam (demam sebanyak 59 jenis dan sakit perut sebanyak 43 jenis). Pemanfaatan bunga jopan (Clibadium surinamense) dan sirampas para (Mikania cordata) perlu dikaji lebih lanjut karena tanaman ini masih sangat mudah ditemukan di lingkungan sekitarnya sehingga dapat dikembangkan sebagai alternatif obat sakit perut.Abstract The local Batak ethnic community in North Sumatra still uses plants in traditional medicine. This study aims to determine the types of plants used and the benefits of medicinal plants by the Mandailing Batak ethnic community in Tanjung Julu Village, Mandailing Natal District. The research was conducted with the ethnobotany approach. A total of 32 general respondents and eight key informants were interviewed with free and semi-structured interviews. Data were analyzed qualitatively and quantitatively by calculating the value of medicinal plants. Communities in Tanjung Julu Village used 163 type with 128 genera and 56 families to treat 23 types of diseases. Zingiberaceae, Rutaceae, Asteraceae, and Arecaceae are the most numerous families. Most of the plants are used to overcome supernatural diseases (47 species of devil disorders) and natural diseases (fever as many as 59 species and stomach pain as many as 43 species). The utilization of bunga jopan (Clibadium surinamense) and sirampas para (Mikania cordata) needs to be studied further because they are attainable around the environment to be developed as an alternative stomach ache medicine.
Potential Medicinal Plant Species For Fever Used by Minangkabau Ethnic at Nagari Taruang-Taruang, West Sumatra, Indonesia Ardian Khairiah; Nisyawati Nisyawati; Marina Silalahi; Adeel Abdulkarim Fadhel Altuhaish
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 15, No 2 (2022): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v15i2.25261

Abstract

AbstractFever is a symptom of illness that is commonly found in the Minangkabau ethnic community. This way, the Minangkabau ethnic community has local knowledge of utilizing plants to cure fever. The purpose of this study was to obtain species of plants used by the Minangkabau ethnic community in the treatment of diseases with symptoms of fever, as well as their potential as modern medicinal ingredients. The research method was carried out by using the open, semi-structural, and participatory observation techniques. Interviews were conducted with 9 key informants selected by purposive sampling and 126 respondents selected by snowball sampling. Data were analyzed qualitatively with descriptive statistic and quantitatively by calculating the Cultural Significance Index (CSI) and fidelity value. The medicinal plants used were 40 species from 22 families. The most used families were Euphorbiaceae (5 species), Musaceae, and Poaceae (each of 4 species), and Rubiaceae (3 species). Cocos nucifera had the highest CSI value, indicating the species was widely used in Minangkabau community. Based on the value of fidelity, 70% value was obtained by 4 plants to treat fever, namely Costus speciosus, Kalanchoe pinnata, Sacciolepeis interrupta, and Enhydra fluctuans. The four plants have the potential to be further developed into modern medicinal ingredients.AbstrakDemam merupakan gejala sakit yang umum ditemukan pada masyarakat etnis Minangkabau. Masyarakat etnis Minangkabau memiliki pengetahuan lokal dalam memanfaatkan tumbuhan untuk penyembuhan demam. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat etnis Minangkabau dalam pengobatan penyakit dengan gejala demam, serta potensinya sebagai bahan obat modern. Metode penelitian dilakukan dengan teknik wawancara terbuka, semistruktural dan observasi partisipasif. Wawancara dilakukan pada 9 orang informan kunci yang dipilih secara purposive sampling dan 126 orang responden yang dipilih menggunakan snowball sampling. Data dianalisis secara statistika deskriptif dan kuantitatif dengan menghitung nilai kultural (Index of Cultural Significance) dan nilai Fidelitas. Tumbuhan yang obat yang dimanfaatkan sebanyak 40 jenis yang berasal dari 22 suku. Famili terbanyak yang dimanfaatkan yaitu Euphorbiaceae (5 jenis), Poaceae dan Musaceae (masing masing 4 jenis), dan Rubiaceae (3 jenis). Cocos nucifera merupakan tumbuhan obat dengan nilai kultural (CSI) tertinggi. Berdasarkan nilai fidelitas terdapat 4 tanaman yang memiliki nilai 70% dalam penyembuhan demam, yaitu Costus speciosus, Kalanchoe pinnata, Sacciolepeis interrupta, dan Enhydra fluctuans. Keempat tanaman tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bahan obat modern.