Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penyakit Jantung Koroner dan Antioksidan Winnie Nirmala Santosa; Baharuddin Baharuddin
KELUWIH: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 1 No. 2 (2020): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (June)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1061.993 KB) | DOI: 10.24123/kesdok.V1i2.2566

Abstract

Abstract—Coronary heart disease (CHD), one of cardiac diseases, is caused mainly due to the narrowing of the coronary arteries because of atherosclerosis or spasm or a combination of both. Coronary heart disease is one disease that is scary and is still a problem in both the developed and developing countries. The oxidative stress originates mainly in mitochondria from reactive oxygen and reactive nitrogen species (ROS/RNS) and can be identified in most of the key steps in the pathophysiology of atherosclerosis and the consequential clinical manifestations of cardiovascular disease. Treatment of coronary heart disease is by pharmacological treatment and non-pharmacological therapy. One way of non-pharmacological therapy is to eat antioxidant. Several studies have shown that eating antioxidant can reduce LDL oxidation and play a role in inhibiting the process of hardening of the arteries. Keywords: antioxidant, coronary heart diseas, oxidative stress Abstrak—Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit jantung mematikan. Penyebab utama terjadinya penyakit ini adalah penyempitan arteri koronaria. Penyempitan terjadi karena adanya kondisi aterosklerosis atau spasme maupun kombinasi dari keduanya. Penyakit jantung koroner masih menjadi masalah utama baik di negara maju maupun negara berkembang. Kejadian ini dipicu oleh stres oksidatif terutama di mitokondria. Adanya oksigen reaktif dan spesies nitrogen reaktif (ROS / RNS) dan dapat diidentifikasi dalam sebagian besar merupakan kunci dalam patofisiologi aterosklerosis dan manifestasi klinis konsekuensial dari penyakit kardiovaskular. Pengobatan penyakit jantung koroner adalah dengan pengobatan farmakologis dan terapi non-farmakologis. Salah satu cara terapi non-farmakologis adalah dengan mengkonsumsi antioksidan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan antioksidan dapat mengurangi oksidasi LDL dan menghambat proses pengerasan pembuluh darah. Kata kunci: antioksidan, penyakit jantung coroner, stress oksidatif
ANALISIS PERFORMA CHATGPT DALAM KASUS PROBLEM BASED LEARNING Baharuddin Baharuddin; Devitya Angielevi; Dita Sukmaya Prawitasari
Prosiding Sains Nasional dan Teknologi Vol 13, No 1 (2023): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2023
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/psnst.v13i1.9591

Abstract

Latar Belakang: Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) telah mengalami perkembangan pesat, terutama dalam bidang Natural Language Processing (NLP). Salah satu contoh aplikasi NLP yang menjanjikan adalah ChatGPT, yang dikembangkan oleh OpenAI. ChatGPT telah menunjukkan kemampuan yang signifikan dalam berbagai aspek, mulai dari penyelesaian matematika hingga menjawab pertanyaan umum. Dalam bidang pendidikan kedokteran, penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) sangat penting dalam melatih kemampuan pemikiran kritis dan pemecahan masalah mahasiswa. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan akurasi kemampuan ChatGPT dalam memahami kasus PBL, menganalisis tingkat akurasi diagnosa dan diagnosa banding ChatGPT terhadap kasus PBL, serta menunjukkan tingkat variasi diagnosa banding. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Metode: Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah penelitian eksperimental-deskriptif kuantitatif. Pada penelitian ini dilakukan pengujian akurasi terhadap aplikasi ChatGPT menggunakan kasus PBL. Hasil:Hasil penelitian menunjukkan bahwa ChatGPT memiliki tingkat akurasi tinggi dalam memberikan respon diagnosa pada kasus PBL. Dalam 6 kasus PBL yang diuji, ChatGPT mencapai tingkat akurasi sekitar 92% dalam memberikan diagnosa. Namun, terdapat beberapa variasi dalam diagnosa banding yang diberikan oleh ChatGPT, yang lebih banyak dibandingkan dengan diagnosa banding faktual dari kasus PBL yang telah diujikan ke siswa sebelumnya. Kesimpulan: hasil analisis menunjukkan bahwa ChatGPT memiliki tingkat akurasi tinggi dalam memberikan respon diagnosa pada kasus PBL. Tingkat akurasi diagnosa adalah sekitar 92%, sedangkan akurasi diagnosa banding adalah sekitar 88%. Terdapat variasi diagnosa banding yang lebih banyak dibandingkan dengan diagnosa banding faktual. Oleh karena itu, ChatGPT dapat digunakan sebagai sumber informasi tambahan untuk meningkatkan wawasan, namun tetap perlu melakukan validasi informasi.