Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Using 3D-Var Data Assimilation for Improving the Accuracy of Initial Condition of Weather Research and Forecasting (WRF) Model in Java Region (Case Study : 23 January 2015) Sagita, Novvria; Hidayati, Rini; Hidayat, Rahmat; Gustari, Indra; Fatkhuroyan, Fatkhuroyan
Forum Geografi Vol 30, No 2 (2016): December 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/forgeo.v30i2.2512

Abstract

Weather Research and Forecasting (WRF) is a numerical weather prediction model developed by various parties due to its open source, but the WRF has the disadvantage of low accuracy in weather prediction. One reason of low accuracy  of model is inaccuracy initial condition model to the actual atmospheric conditions. Techniques to improve the initial condition model is the observation data assimilation. In this study, we used three-dimensional variational (3D-Var) to perform data assimilation of some observation data. Observational data used in data assimilation are observation data from basic stations, non-basic stations, radiosonde data, and The Binary Universal Form for the Representation of meteorological data (BUFR) data from the National Centers for Environmental Prediction (NCEP) , and aggregate observation data from all stations. The aim of this study compares the effect of data assimilation with different data observation on January 23, 2015 at 00.00 UTC for Java island region. The results showed that changes root mean square error (RMSE) of surface temperature from 2° C to 1.7° C - 2.4° C, dew point from 2.1o C to 1.9o  C - 1.4o C, relative humidity from 16.1% to 3.5% - 14.5% after the data assimilation.
Analisis Variasi Diurnal Gaya Angkat Pesawat di Bandar Udara Internasional Yogyakarta Tahun 2020 Musyaffa, Faqih; Saputra, Agung Hari; Hariadi, Hariadi; Sagita, Novvria
WARTA ARDHIA Vol 49, No 2 (2023)
Publisher : Badan Kebijakan Transportasi, Kementerian Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/wa.v49i2.515.96-101

Abstract

Informasi meteorologi diperlukan operator penerbangan untuk mendukung pesawat saat penerbangan, lepas landas, dan mendarat di landasan pacu. Operator penerbangan perlu memahami variasi unsur cuaca permukaan diurnal meliputi suhu udara permukaan, tekanan udara permukaan, dan gaya angkat pesawat untuk mendukung aktivitas penerbangan. Penelitian ini menganalisis variasi diurnal gaya angkat pesawat di Bandar Udara Internasional Yogyakarta selama periode bulan Januari-Desember tahun 2020. Pengolahan data pengamatan AWOS dilakukan secara statistik dengan perhitungan analisis bivariat secara deskriptif. Airbus A320 merupakan pesawat yang dipilih untuk menghitung gaya angkat pesawat di landasan pacu 11 dan 29. Suhu udara tertinggi sekitar 29,7°C terjadi pada pukul 06.00 UTC dan terendah sekitar 24,5°C pada pukul 23.00 UTC. Tekanan udara permukaan tertinggi sekitar 1.010,8 hPa terjadi pada pukul 02.00 UTC dan terendah sekitar 1.007,2 hPa pada pukul 09.00 UTC. Gaya angkat pesawat tertinggi sekitar 12.853 N terjadi pada pukul 23.00 UTC dan terendah sekitar 10.527 N pada pukul 06.00 UTC. Kondisi dan waktu terbaik untuk melakukan pendaratan dan lepas landas pada pukul 13.00-23.00 UTC saat terjadi gaya angkat maksimum.
Identification of Dominant Factor for Air Pollution Fluctuations at The Beginning of Covid-19 Large-Scale Social Restrictions (PSBB) in Jakarta Sagita, Novvria; Saputra, Agung Hari; Novianti, Rima
Jurnal EnviScience (Environment Science) Vol. 6 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/jev.v6i1.334

Abstract

A Coronavirus Diseases 2019 (COVID-19) stroke many countries at the beginning of 2020. It had an impact not only in the health field but also on the environment. Some countries enforced to lockdown policy. This condition impacted to increase the air quality in big cities in the world. However, the Indonesian government ruled large scale social restriction (PSBB) since April 2020. PSBB is not as strict as lockdown in other countries because society could go out for some crucial reason such as working, and getting food. Many researchers reported that the lockdown policy decreased air pollution in some big cities such as Beijing, Italy, etc. Therefore, this study aimed to identify the dominant factor of air pollution fluctuation 1-month before PSBB, during PSBB and 1-month after PSBB. Is only PSBB reducing social mobility caused changes of air pollutions such as CO, SO2, NO2, PM, and O3 or did meteorological factors such as relative humidity and wind speed also impact air pollutions concentration? To calculate the dominant factor by highest contribution value, this study used multiplication between the slope of pollutant to relative humidity or wind speed or social mobility and the slope of relative humidity or wind speed or social mobility to the time. The result showed that the social mobility at 1-month before PSBB, during PSBB and 1-month after PSBB was the dominant factor of CO decreasing at the rate of -0.44, -0.01, and -0.11 ppm. However, the contribution of relative humidity, wind speed and social mobility to other air pollutions did not always same as the trend of air pollutions.
Analisis Variasi Diurnal Gaya Angkat Pesawat di Bandar Udara Internasional Yogyakarta Tahun 2020 Musyaffa, Faqih; Saputra, Agung Hari; Hariadi, Hariadi; Sagita, Novvria
WARTA ARDHIA Vol. 49 No. 2 (2023)
Publisher : Sekretariat Badan Kebijakan Transportasi, Kementerian Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/wa.v49i2.515.96-101

Abstract

Informasi meteorologi diperlukan operator penerbangan untuk mendukung pesawat saat penerbangan, lepas landas, dan mendarat di landasan pacu. Operator penerbangan perlu memahami variasi unsur cuaca permukaan diurnal meliputi suhu udara permukaan, tekanan udara permukaan, dan gaya angkat pesawat untuk mendukung aktivitas penerbangan. Penelitian ini menganalisis variasi diurnal gaya angkat pesawat di Bandar Udara Internasional Yogyakarta selama periode bulan Januari-Desember tahun 2020. Pengolahan data pengamatan AWOS dilakukan secara statistik dengan perhitungan analisis bivariat secara deskriptif. Airbus A320 merupakan pesawat yang dipilih untuk menghitung gaya angkat pesawat di landasan pacu 11 dan 29. Suhu udara tertinggi sekitar 29,7°C terjadi pada pukul 06.00 UTC dan terendah sekitar 24,5°C pada pukul 23.00 UTC. Tekanan udara permukaan tertinggi sekitar 1.010,8 hPa terjadi pada pukul 02.00 UTC dan terendah sekitar 1.007,2 hPa pada pukul 09.00 UTC. Gaya angkat pesawat tertinggi sekitar 12.853 N terjadi pada pukul 23.00 UTC dan terendah sekitar 10.527 N pada pukul 06.00 UTC. Kondisi dan waktu terbaik untuk melakukan pendaratan dan lepas landas pada pukul 13.00-23.00 UTC saat terjadi gaya angkat maksimum.
Perbandingan Panjang Periode Minimum Data Klimatologi Untuk Analisis IklimDengan Metode Mackus’s, n-hat Dan Multistage Nonfinite Population (MNP) Sagita, Novvria
Megasains Vol 8 No 1 (2017): Megasains Vol. 8 No. 1 Tahun 2017
Publisher : Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46824/megasains.v8i1.183

Abstract

Fenomena iklim tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi pertanian di Indonesia. Analisis variabilitas iklim diperlukan untuk mengantisipasi adanya fenomena iklim esktrim yang nantinya berdampak pada produksi pangan. Analisis variabilitas iklim memerlukan data yang cukup agar memperoleh analisis yang akurat. Data yang cukup merupakan data yang memiliki panjang periode mencukupi panjang data minimum. Beberepa metode untuk menghitung panjang data minimum telah diperkenalkan diantaranya Mackus, n-hat dan Multistage Nonfinite Population (MNP). Hasil pengolahan data stasiun meterologi Lhoksumawe dari tahun 1992 hingga 2011 menggunakan ketiga metode tersebut menunjukkan hasil yang berbeda. Pengolahan data dengan metode Mackhus memperoleh hasil yang berbeda dan tidak stabil untuk panjang data minimum antar data bulanan, 3 bulanan, musiman dan tahunan, sedangkan metode n-hat dan MNP memperoleh hasil yang cenderung stabil karena tidak terpengaruh dengan jumlah populasi data.