Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

SANDAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA NASIONAL Endang Pristiwati
Syariah: Jurnal Hukum dan Pemikiran Vol 14, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.061 KB) | DOI: 10.18592/syariah.v14i2.216

Abstract

Sandak is lien land that constitutes sale transaction in culture law (not as assurance institution). However, sandak purchasers could not have sandak land because they have obligation to take back the land at redemption. So, it has not expiration date. In this transaction practice, it has a strong relationship with elements of extortion and it is really disserve the sandak seller. Because of that, it is need to further regulation. On Laws No. 56/PRP/1960, sandak is limited the time period. Beside in that rule, sandak becomes more similar with assurance institution. However, on supreme court decision in 1981 toward sandak land that has passed certain period is not taken back and there is no claim refund, then sandak purchaser can become a sandak owner. While until this time, society is seldom to know about the exist of that rule, so the extortion is continuos. Besides, the new law, Laws No. 4 year 1996 about dependent rights, is not arrange this sandak problem as well.
Konsekuensi yang Timbul Dari Asas Legalitas Dalam Hukum Pidana Materiil Endang Pristiwati
Syariah: Jurnal Hukum dan Pemikiran Vol 13, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.029 KB) | DOI: 10.18592/syariah.v13i2.171

Abstract

The principle of legitimacy as a state aims to protect the society, which is expressed in the principle of legality. While the purpose of the law is more fundamental justice. This principle is officially defined as what is just stated by the constitution. This definition however has been left by some developed countries which is according to them could not be extended in its application. Therefore the definition of the principle of legitimacy should be expanded comprehensively in order reach wider consequence in the law and constitution. Substantive legality principle holds that the main purpose of the law is that justice can be realized based on the laws that have a broader scope than just the law, so it should have been in Indonesia also have to switch the view of the use of formal legality principle to the principle of legality material.
Efisiensi Alat Pelubang Pada Industri Kerajinan Sangkar Endang Pristiwati; Lies Susilaning Sri Hastuti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i18.1092

Abstract

Proses pelubangan pada industri sangkar pada umumnya dilakukan dengan menggunakan bor tangan yang dioperasikan secara manual. Pengaturan jaraknya menggunakan mal/pola yang diletakan disamping bahan yang akan dilubang. Dengan demikian kapasitas pelohungannya rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, telah dilakukan upaya pengembangan alat pelubang khususnya untuk kerajinan sangkar yaitu dengan memodifikasi bor tangan dengan penghantar yang dilengkapi dengan tangkai yang berfungsi sebagui pegangan saat akan menggerakan bahan dan sekaligus mengatur jarak lubangnya yang digerakkan dengan tenaga listrik. Dari hasil uji coba laboratorium alat ini telah dapat memperbaiki sistem yang telah ada. Untuk dapat mengetahui kelayakkan dari alat ini dilakukan uji coba di lapangan. Hasil ujl coba menunjukkan bahwa dengan alat pelubang hasil modifikasi tersebut dapat mempercepat proses pelubangan sampai tiga (3) kali, tidak memerlukan ketrampilan khusus dan kecermatan yang tinggi, tidak memerlukan mal, serta lubang bisa tepat ditengah.Proses pelubangan pada industri sangkar pada umumnya dilakukan dengan menggunakan bor tangan yang dioperasikan secara manual. Pengaturan jaraknya menggunakan mal/pola yang diletakan disamping bahan yang akan dilubang. Dengan demikian kapasitas pelohungannya rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, telah dilakukan upaya pengembangan alat pelubang khususnya untuk kerajinan sangkar yaitu dengan memodifikasi bor tangan dengan penghantar yang dilengkapi dengan tangkai yang berfungsi sebagui pegangan saat akan menggerakan bahan dan sekaligus mengatur jarak lubangnya yang digerakkan dengan tenaga listrik. Dari hasil uji coba laboratorium alat ini telah dapat memperbaiki sistem yang telah ada. Untuk dapat mengetahui kelayakkan dari alat ini dilakukan uji coba di lapangan. Hasil ujl coba menunjukkan bahwa dengan alat pelubang hasil modifikasi tersebut dapat mempercepat proses pelubangan sampai tiga (3) kali, tidak memerlukan ketrampilan khusus dan kecermatan yang tinggi, tidak memerlukan mal, serta lubang bisa tepat ditengah.
Pengaruh Jenis Lead Dan Tenol Pada Pembuatan Kerajinan Kaca Patri Evi Yuliati Rufaida; Endang Pristiwati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i19.1105

Abstract

Bahan utama untuk pembuatan kerajinan kaca patri adalah kaca, lead dan tenol. Bahan-bahan tersebut terdapat di pasaran dengan bermacam-macam jenis, sehingga dlbutuhkun bahan untuk mendapatkan yang terbaik. Semakin tinggi kandungan Pb maka waktu pematrian semakin cepat. Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan pembuatan produk kaca patri dengan menggunakan variasi 3 jenis lead (X, Y, Z) dan 3 jenis tenol (A, P, C) dan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap waktu pematrian dan pemasangan lead pada kaca serta pengujian komposisi jenis lead dan tenol.Hasil uji coba menunjukkan bahwa semua tenol (A, P, C) mempunyai komposisi Pb, Sb dan semua lead (X Y. Z) mengandung unsur Pb, Sb, kecualt lead X mempunyai komposisi Ph, Sb, dan Sn serta mempunyai sifat paling kaku. Jenis tenol tidak mempengaruhi waktu pematrian pada ketiga jenis lead, tetapi jenis lead berpengaruh terhadap waktu pemasangan dan waktu pematrian. Penggunaan lead pada pembuatan kerajinan kaca patri paling baik menggunakan lead X.Bahan utama untuk pembuatan kerajinan kaca patri adalah kaca, lead dan tenol. Bahan-bahan tersebut terdapat di pasaran dengan bermacam-macam jenis, sehingga dlbutuhkun bahan untuk mendapatkan yang terbaik. Semakin tinggi kandungan Pb maka waktu pematrian semakin cepat. Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan pembuatan produk kaca patri dengan menggunakan variasi 3 jenis lead (X, Y, Z) dan 3 jenis tenol (A, P, C) dan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap waktu pematrian dan pemasangan lead pada kaca serta pengujian komposisi jenis lead dan tenol.Hasil uji coba menunjukkan bahwa semua tenol (A, P, C) mempunyai komposisi Pb, Sb dan semua lead (X Y. Z) mengandung unsur Pb, Sb, kecualt lead X mempunyai komposisi Ph, Sb, dan Sn serta mempunyai sifat paling kaku. Jenis tenol tidak mempengaruhi waktu pematrian pada ketiga jenis lead, tetapi jenis lead berpengaruh terhadap waktu pemasangan dan waktu pematrian. Penggunaan lead pada pembuatan kerajinan kaca patri paling baik menggunakan lead X.
Tekno Ekonomi Uji Coba Alat Pembuat Kancing Tempurung Endang Pristiwati; Evi Yuliati Rufaida
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i19.1094

Abstract

Tempurung kelapa mempunyai sifat fisik yang menarik dan cocok dimanfaatkan menjadi produk kerajinan khususnya kerajinan perhiasan atau perabot busana. Salah satu barang kerajinan yang dapat dibuat dari tempurung kelapa adalah kancing baju untuk busana ataupun kancing untuk asesoris tas. Pembuatan kancing tempurung dengan menggunakan alat hasil rekayasa Balai Besar Industri Kerajinan dan Batik yang terdiri dari 3 unit alat, yaitu alat pengeplong, alat pelubang dan alat bubut. Untuk mengetahui kelayakan operasional dari alat tersebut maka perlu dilakukan uji coba dan analisa secara tekno ekonominya.Hasil pengujian alat menunjukkan bahwa 1 jam dapat membuat kancing tempurung sebanyak 12,43 set. Kapasitas produksi perhari sebanyak 87 set kancing tempurung rangkap dengan tenaga kerja 5 orang. Alat hasil rekayasa tersebut akan mencapai efektifitas dan efisiensi dengan spesialisasi dalam proses produksinya, yaitu 1 orang spesialisasi dalam proses plong dan bur dan 4 orang spesialisasi dalam pembubutan. Perhitungan ekonomi uji coba a/at tersebut sebagai berikut : - Total modal Rp. 4.752.150,- - Biaya produksi Rp. 6.426.050,-- Jumlah produksi 6.525 set per 3 bulan - Harga jual perset sekitar Rp. 1.350 .-- Hasil penjualan per 3 bulan Rp. 8.808. 750,- - Keuntungan sebelum pajak Rp. 2.382. 700,- - Prosentase keuntungan 50,14 % - Waktu pengembalian modal 5,6 bulan - Prosentase batas rugi laba 65,2 %- Harga jual perset sekitar Rp.1.350 ,-Tempurung kelapa mempunyai sifat fisik yang menarik dan cocok dimanfaatkan menjadi produk kerajinan khususnya kerajinan perhiasan atau perabot busana. Salah satu barang kerajinan yang dapat dibuat dari tempurung kelapa adalah kancing baju untuk busana ataupun kancing untuk asesoris tas. Pembuatan kancing tempurung dengan menggunakan alat hasil rekayasa Balai Besar Industri Kerajinan dan Batik yang terdiri dari 3 unit alat, yaitu alat pengeplong, alat pelubang dan alat bubut. Untuk mengetahui kelayakan operasional dari alat tersebut maka perlu dilakukan uji coba dan analisa secara tekno ekonominya.Hasil pengujian alat menunjukkan bahwa 1 jam dapat membuat kancing tempurung sebanyak 12,43 set. Kapasitas produksi perhari sebanyak 87 set kancing tempurung rangkap dengan tenaga kerja 5 orang. Alat hasil rekayasa tersebut akan mencapai efektifitas dan efisiensi dengan spesialisasi dalam proses produksinya, yaitu 1 orang spesialisasi dalam proses plong dan bur dan 4 orang spesialisasi dalam pembubutan. Perhitungan ekonomi uji coba a/at tersebut sebagai berikut : - Total modal Rp. 4.752.150,- - Biaya produksi Rp. 6.426.050,-- Jumlah produksi 6.525 set per 3 bulan - Harga jual perset sekitar Rp. 1.350 .-- Hasil penjualan per 3 bulan Rp. 8.808. 750,- - Keuntungan sebelum pajak Rp. 2.382. 700,- - Prosentase keuntungan 50,14 % - Waktu pengembalian modal 5,6 bulan - Prosentase batas rugi laba 65,2 %- Harga jual perset sekitar Rp.1.350 ,-