Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Jenis Lead Dan Tenol Pada Pembuatan Kerajinan Kaca Patri Evi Yuliati Rufaida; Endang Pristiwati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i19.1105

Abstract

Bahan utama untuk pembuatan kerajinan kaca patri adalah kaca, lead dan tenol. Bahan-bahan tersebut terdapat di pasaran dengan bermacam-macam jenis, sehingga dlbutuhkun bahan untuk mendapatkan yang terbaik. Semakin tinggi kandungan Pb maka waktu pematrian semakin cepat. Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan pembuatan produk kaca patri dengan menggunakan variasi 3 jenis lead (X, Y, Z) dan 3 jenis tenol (A, P, C) dan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap waktu pematrian dan pemasangan lead pada kaca serta pengujian komposisi jenis lead dan tenol.Hasil uji coba menunjukkan bahwa semua tenol (A, P, C) mempunyai komposisi Pb, Sb dan semua lead (X Y. Z) mengandung unsur Pb, Sb, kecualt lead X mempunyai komposisi Ph, Sb, dan Sn serta mempunyai sifat paling kaku. Jenis tenol tidak mempengaruhi waktu pematrian pada ketiga jenis lead, tetapi jenis lead berpengaruh terhadap waktu pemasangan dan waktu pematrian. Penggunaan lead pada pembuatan kerajinan kaca patri paling baik menggunakan lead X.Bahan utama untuk pembuatan kerajinan kaca patri adalah kaca, lead dan tenol. Bahan-bahan tersebut terdapat di pasaran dengan bermacam-macam jenis, sehingga dlbutuhkun bahan untuk mendapatkan yang terbaik. Semakin tinggi kandungan Pb maka waktu pematrian semakin cepat. Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan pembuatan produk kaca patri dengan menggunakan variasi 3 jenis lead (X, Y, Z) dan 3 jenis tenol (A, P, C) dan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap waktu pematrian dan pemasangan lead pada kaca serta pengujian komposisi jenis lead dan tenol.Hasil uji coba menunjukkan bahwa semua tenol (A, P, C) mempunyai komposisi Pb, Sb dan semua lead (X Y. Z) mengandung unsur Pb, Sb, kecualt lead X mempunyai komposisi Ph, Sb, dan Sn serta mempunyai sifat paling kaku. Jenis tenol tidak mempengaruhi waktu pematrian pada ketiga jenis lead, tetapi jenis lead berpengaruh terhadap waktu pemasangan dan waktu pematrian. Penggunaan lead pada pembuatan kerajinan kaca patri paling baik menggunakan lead X.
EFEKTIVITAS SABUN ALAMI TERHADAP WARNA BATIK Euis Laela; Isnaini Isnaini; Evi Yuliati Rufaida; Rahmat Sayogo
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v35i2.4187

Abstract

This research was conducted to determine the effectiveness of natural soap on the color of batik. Natural soap used is lerak fruit, liquid soap from lerak and liquid soap from mangroves. The method used is comparing the test results using standard soap (AATTC WOB) required in the SNI ISO 105-C06: 2010 method with natural soap. The results showed that the color change values using standard soap, lerak fruit, liquid soap from lerak and liquid soap from mangrove plants were the same on a 4-5 scale. The color desecration value of cotton fiber for standard soap, lerak fruit, liquid soap from lerak on scale 4. The desecration value of cotton fiber for liquid soap from mangroves on a 4-5 scale is better than the standard AATCC soap. The value of the color change between natural soap and standard soap is not significantly different. Then natural soap can be used as a batik washing solution.
Tekno Ekonomi Uji Coba Alat Pembuat Kancing Tempurung Endang Pristiwati; Evi Yuliati Rufaida
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i19.1094

Abstract

Tempurung kelapa mempunyai sifat fisik yang menarik dan cocok dimanfaatkan menjadi produk kerajinan khususnya kerajinan perhiasan atau perabot busana. Salah satu barang kerajinan yang dapat dibuat dari tempurung kelapa adalah kancing baju untuk busana ataupun kancing untuk asesoris tas. Pembuatan kancing tempurung dengan menggunakan alat hasil rekayasa Balai Besar Industri Kerajinan dan Batik yang terdiri dari 3 unit alat, yaitu alat pengeplong, alat pelubang dan alat bubut. Untuk mengetahui kelayakan operasional dari alat tersebut maka perlu dilakukan uji coba dan analisa secara tekno ekonominya.Hasil pengujian alat menunjukkan bahwa 1 jam dapat membuat kancing tempurung sebanyak 12,43 set. Kapasitas produksi perhari sebanyak 87 set kancing tempurung rangkap dengan tenaga kerja 5 orang. Alat hasil rekayasa tersebut akan mencapai efektifitas dan efisiensi dengan spesialisasi dalam proses produksinya, yaitu 1 orang spesialisasi dalam proses plong dan bur dan 4 orang spesialisasi dalam pembubutan. Perhitungan ekonomi uji coba a/at tersebut sebagai berikut : - Total modal Rp. 4.752.150,- - Biaya produksi Rp. 6.426.050,-- Jumlah produksi 6.525 set per 3 bulan - Harga jual perset sekitar Rp. 1.350 .-- Hasil penjualan per 3 bulan Rp. 8.808. 750,- - Keuntungan sebelum pajak Rp. 2.382. 700,- - Prosentase keuntungan 50,14 % - Waktu pengembalian modal 5,6 bulan - Prosentase batas rugi laba 65,2 %- Harga jual perset sekitar Rp.1.350 ,-Tempurung kelapa mempunyai sifat fisik yang menarik dan cocok dimanfaatkan menjadi produk kerajinan khususnya kerajinan perhiasan atau perabot busana. Salah satu barang kerajinan yang dapat dibuat dari tempurung kelapa adalah kancing baju untuk busana ataupun kancing untuk asesoris tas. Pembuatan kancing tempurung dengan menggunakan alat hasil rekayasa Balai Besar Industri Kerajinan dan Batik yang terdiri dari 3 unit alat, yaitu alat pengeplong, alat pelubang dan alat bubut. Untuk mengetahui kelayakan operasional dari alat tersebut maka perlu dilakukan uji coba dan analisa secara tekno ekonominya.Hasil pengujian alat menunjukkan bahwa 1 jam dapat membuat kancing tempurung sebanyak 12,43 set. Kapasitas produksi perhari sebanyak 87 set kancing tempurung rangkap dengan tenaga kerja 5 orang. Alat hasil rekayasa tersebut akan mencapai efektifitas dan efisiensi dengan spesialisasi dalam proses produksinya, yaitu 1 orang spesialisasi dalam proses plong dan bur dan 4 orang spesialisasi dalam pembubutan. Perhitungan ekonomi uji coba a/at tersebut sebagai berikut : - Total modal Rp. 4.752.150,- - Biaya produksi Rp. 6.426.050,-- Jumlah produksi 6.525 set per 3 bulan - Harga jual perset sekitar Rp. 1.350 .-- Hasil penjualan per 3 bulan Rp. 8.808. 750,- - Keuntungan sebelum pajak Rp. 2.382. 700,- - Prosentase keuntungan 50,14 % - Waktu pengembalian modal 5,6 bulan - Prosentase batas rugi laba 65,2 %- Harga jual perset sekitar Rp.1.350 ,-
Teknologi Pembengkokan Kayu Evi Yuliati Rufaida; Mahdi Jakfar
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i21.1106

Abstract

Kerajinan kayu merupakan kerajinan yang membutuhkan komponen dengan bentuk yang bermacam-macam, antara lain bentuk bengkok/lengkung. Pada waktu memotong menjadi bentuk lengkung akan mengakibatkan banyak kayu yang terbuang dan pengerjaannyapun relatif lebih sulit. Untuk itu diperlukan teknologi pembengkokan kayu yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan kayu dan pengerjaan yang lebih cepat dan mudah.Pada penelitian int dilakukan pembengkokan 5 jenis kayu, yaitu Jati, Kruing, Kamper, Mahoni, Meranti dengan sistem steaming, dan variasi perlakuan waktu perendaman, waktu steaming, tebal kayu. Evaluasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada hasil pembengkokan. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kayu mahoni dapat dibengkokkan dengan baik (tidak pecah) sampai ketebalan 3 cm hampir pada semua variasi rendaman dan steaming. Kayu meranti dapat dibengkokkan dengan baik pada ketebalan 2 cm dan 3 cm untuk perlakuan dengan rendaman kostik 48 jam maupun air 7 hari dengan pemberian tekanan 2 atmosfir. Kayu kamper dan jati dapat dibengkokkan cukup baik pada tebal 2 cm dengan perendaman air J mi11ggu, steaming dengan a tau tanpa tekanan. Kayu kruing tidak dapat dibengkokkan dengan baik pada semua ukuran teba/ maupun semua perlakuan.Kerajinan kayu merupakan kerajinan yang membutuhkan komponen dengan bentuk yang bermacam-macam, antara lain bentuk bengkok/lengkung. Pada waktu memotong menjadi bentuk lengkung akan mengakibatkan banyak kayu yang terbuang dan pengerjaannyapun relatif lebih sulit. Untuk itu diperlukan teknologi pembengkokan kayu yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan kayu dan pengerjaan yang lebih cepat dan mudah.Pada penelitian int dilakukan pembengkokan 5 jenis kayu, yaitu Jati, Kruing, Kamper, Mahoni, Meranti dengan sistem steaming, dan variasi perlakuan waktu perendaman, waktu steaming, tebal kayu. Evaluasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada hasil pembengkokan. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kayu mahoni dapat dibengkokkan dengan baik (tidak pecah) sampai ketebalan 3 cm hampir pada semua variasi rendaman dan steaming. Kayu meranti dapat dibengkokkan dengan baik pada ketebalan 2 cm dan 3 cm untuk perlakuan dengan rendaman kostik 48 jam maupun air 7 hari dengan pemberian tekanan 2 atmosfir. Kayu kamper dan jati dapat dibengkokkan cukup baik pada tebal 2 cm dengan perendaman air J mi11ggu, steaming dengan a tau tanpa tekanan. Kayu kruing tidak dapat dibengkokkan dengan baik pada semua ukuran teba/ maupun semua perlakuan.