Irviani Anwar Ibrahim
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kejadian Stunting Anak Usia 24-59 Bulan Di Posyandu Asoka II Wilayah Pesisir Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tahun 2014 Rahmayana Rahmayana; Irviani Anwar Ibrahim; Dwi Santy Damayati
Al-Sihah : The Public Health Science Journal Volume 6, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.692 KB) | DOI: 10.24252/as.v6i2.1965

Abstract

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang muncul sebagai akibat dari keadaan kurang gizi yang terakumulasi dalam waktu yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu (praktik pemberian makan, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/Higyene, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan) dengan kejadian stunting anak usia 24-59 bulan di posyandu Asoka II wilayah pesisir Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar tahun 2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif melalui pendekatan analitik observasional dengan desain cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 62 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sampel (54,8%) memiliki masalah stunting dan selebihnya (45,2%) memiliki status gizi normal. Untuk pola asuh ibu, terdapat sekitar 72,6% sampel dengan praktik pemberian makan yang baik, terdapat sekitar 71,0% sampel dengan rangsangan psikososial yang baik, sekitar 67,7% sampel dengan praktik kebersihan/higyene yang baik, sekitar 53,2% sampel dengan sanitasi lingkungan yang baik dan terdapat sekitar 66,1% sampel dengan pemanfaatan pelayanan yang baik.Berdasarkan hasil uji chi-square, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara praktik pemberian makan (P=0,007), rangsangan psikososial (P=0,000), praktik kebersihan/higyene (P=0,000), sanitasi lingkungan (P=0,000) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (P=0,016) dengan kejadian stunting anak usia 24-59 bulan  di posyandu Asoka II wilayah pesisir kelurahan barombong.Untuk mencegah terjadinya peningkatan prevalensi stunting terutama pada Masyarakat Pesisir, diharapkan kepada orang tua terutama para ibu atau pengasuh agar lebih intensif dalam mengasuh anak dimana pola asuh menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan. Upaya dalam memperbaiki praktik pemberian makan, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/higyene, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan tinggi badan anak.
Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Stunting Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Kota Makassar Tahun 2014 Irviani Anwar Ibrahim; Ratih Faramita
Al-Sihah : The Public Health Science Journal Volume 7, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.48 KB) | DOI: 10.24252/as.v7i1.1978

Abstract

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang muncul sebagai akibat dari keadaan kurang gizi yang berlangsung cukup lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi keluarga (pendidikan orang tua, pengetahuan gizi dan stunting pada ibu, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua, dan jumlah anggota keluarga) dengan kejadian stunting anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Barombong Kota Makassar tahun 2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif melalui pendekatan analitik observasional dengan desain cross-sectional study. Jumlah sampel sebanyak 192 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan proportional stratified random sampling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan sampel memiliki masalah stunting sebesar 54,7% (37,5% pendek dan 17,2% sangat pendek). Untuk status sosial ekonomi, terdapat sekitar 77,6% ayah yang berpendidikan kurang, sekitar 78,1% ibu yang berpendidikan kurang, sekitar 51% ibu yang berpengetahuan kurang, sekitar 20,8% ibu yang bekerja, sekitar 71,4% keluarga yang berpendapatan kurang dan terdapat sekitar 10,4% yang memiliki jumlah anggota keluarga besar.Berdasarkan hasil uji chi-square, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu (p=0,020) dan pengetahuan gizi & stunting pada ibu (p=0,000) dengan kejadian stunting anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Barombong. Dan tidak adanya hubungan antara pendidikan ayah (p=0,150), pekerjaan ibu (p=0,513), pendapatan orang tua (p=0,599), dan jumlah anggota keluarga (p=0,178) dengan kejadian stunting anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Barombong.Untuk mencegah terjadinya peningkatan prevalensi stunting, diperlukan penanganan dimulai sejak dini, seperti perlunya pemantauan pertumbuhan balita dengan pengukuran tinggi badan secara berkala melalui posyandu, serta diperlukan penyuluhan kesehatan secara rutin dalam meningkatkan pengetahuan gizi bagi orang tua khususnya pengetahuan ibu sehingga pengetahuan meningkat demi mewujudkan keluarga yang sadar akan gizi. 
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketepatan Waktu Pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) Tingkat Puskesmas di Kota Makassar Tahun 2015 Irviani Anwar Ibrahim; Habibi Habibi; Este Latifahanun
Al-Sihah : The Public Health Science Journal Volume 7, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.557 KB) | DOI: 10.24252/as.v7i2.2009

Abstract

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyelidikan epidemiologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara lebih menyeluruh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu pelaksanaan penyelidikan epedemiologi DBD tingkat Puskesmas. Menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik melalui pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah petugas PE DBD tingkat Puskesmas dengan sampel sebanyak 46 orang yang diambil dengan menggunakan total sampling. Dan data dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang berhubungan dengan ketepatan waktu pelaksanaan PE DBD pada penelitian ini yaitu pendidikan (ρ=0.006), perolehan pelatihan (ρ=0.014), faktor form (ρ=0.012), dan perhatian pimpinan (ρ=0.004) dengan ketepatan waktu pelaksanaan PE DBD. Sedangkan variabel independen yang tidak berhubungan yaitu jenis kelamin (ρ=0.244), lama kerja (ρ=0.949), keberadaan insentif (ρ=0.08), dan tugas rangkap (ρ=0.161), dengan ketepatan waktu pelaksanaan PE DBD.  Untuk petugas PE DBD agar kiranya lebih meningkatkan lagi kualitas kerja dalam hal ketepatan waktu ketika melaksanakan penyelidikan sehingga tidak terjadi penyebaran kasus yang lebih luas lagi khususnya penyakit DBD. 
Gambaran Pengguna Narkoba Inhalasi (Ngelem) Pada Anak Jalanan Di Kota Makassar Tahun 2015 Azriful Azriful; Irviani Anwar Ibrahim; Yuliana Sulaiman
Al-Sihah : The Public Health Science Journal Volume 8, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.739 KB) | DOI: 10.24252/as.v8i1.2153

Abstract

Perilaku menyimpang yang populer dikalangan anak jalanan adalah ngelem yang secara harfiah memang berarti menghirup lem. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran epidemiologi pengguna narkoba inhalasi (ngelem) pada anak jalanan di Kota Makassar. Penelitian ini tergolong kuantitatif dengan pendekatan Deskriptif Observasional dengan sampel sebanyak 43 responden yang dipilih secara Accidental sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan anak jalanan yang menggunakan narkoba inhalasi (ngelem) sebagian besar pada umur 15-18 tahun sebanyak 29 (67,4%) responden, dengan jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki sebanyak 41 (95,3%) responden. serta pendidikan tertinggi yakni, SD sebanyak 21 (48,8%) responden. Status ekonomi orang tua responden cenderung rendah dimana pendidikan pada ayah yang tertinngi yakni SD sebanyak 15 (34,9%) responden begitu pula pada Ibu yakni SD sebanyak 19 (44,2%) responden. Sebagian besar Pekerjaan Ayah yaitu di bidang jasa sebanyak 18 (41,9%) responden sedangkan pada Ibu yaitu IRT sebanyak 34 79,1% responden serta seagian besar pendapatan orang tua kurang dari Rp 2.075.000 sebanyak 33 (76,7%) responden.Jenis lem yang tertinggi yang digunakan adalah lem fox sebanyak 39 (90,7%) responden sebagian besar mendapatkan lem dengan membeli sendiri sebanyak 17 (39,5%) responden dan sebagian besar menghirup lem karena diajak teman sebanyak 22 (51,2%) responden. Teknik menghirup lem yang tertinggi dengan menggunakan kantong plastik sebanya 33 (76,7%) responden dan sebagian besar menghirup lem dilakukan di emperan toko sebanyak 17 (39,5%) responden diatas pukul 22 Wita sebanyak 14 (32,6%) responden. Lama menggunakan lem sebagian besar 1-4 bulan sebanyak 19 (44,2%) responden. Dengan Menghabiskan lem sebagian besar 1-3 kaleng/hari sebanyak 22 (51,2%) responden dengan menghirup lem sebagian besar 4-6 kali/hari sebanyak 27 (62,8%) responden. Implikasi penelitian ini adalah dihimbau kepada Dinas sosial dan LSM yang terkait lainnya agar menggiatkan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang bahaya penggunaan narkoba khususnya pada inhalasi (ngelem).Kata Kunci : Anak Jalanan, Narkoba inhalasi (Ngelem)