Syahrul Basri
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS POTENSI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO PADA AREA QUARRY (TAMBANG BATU KAPUR) PT. SEMEN BOSOWA MAROS TAHUN 2015 Hasbi Ibrahim; Syahrul Basri; Aswarin Prastiani
Al-Sihah : The Public Health Science Journal Volume 7, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.798 KB) | DOI: 10.24252/as.v7i2.2011

Abstract

Kasus kecelakaan kerja pada skala nasional relatif tinggi dan semakin meningkat tiap tahunnya. PT. Semen Bosowa Maros merupakan industri yang tempat kerjanya memiliki ragam potensi bahaya, dikarenakan banyaknya alur proses produksi yang terdapat pada industri ini. Dimulai dari penambangan batu kapur hingga pengemasan. Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis potensi bahaya serta menilai risiko pada area Quarry (tambang) PT. Semen Bosowa Maros. Penelitian ini merupakan Survey Deskriptif, dengan metode analisis risiko berdasarkan ISO 31000:2009 tentang Manajemen Risiko. Populasi adalah seluruh karyawan di area Quarry (Tambang Batu Kapur) PT. Semen Bosowa Maros dengan jumlah 74 karyawan dan sampel diambil secara total sampling, sampel pada penelitian ini berjumlah 74 pekerja, di unit Planning berjumlah 24 pekerja, unit Produksi berjumlah 30 pekerja, dan unit Hauling berjumlah 20 pekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di departemen quarry pada unit planning level risiko tertinggi adalah high sebesar 40% dengan potensi bahaya tingginya intensitas debu dan dozer terguling, sedangkan level risiko terendah adalah low sebesar 20% dengan potensi bahaya tidak menggunakan safety belt. Pada unit produksi level risiko tertinggi adalah extreme sebesar 11,1% dengan potensi bahaya kebakaran pada alat bor, sedangkan level risiko terendah adalah medium sebesar 66,7% dengan potensi bahaya yaitu, heat rash, drum truk terguling, material menggantung, operator tidak menggunakan earplug dan earmuff, dan sebagainya. Selanjutnya pada unit Hauling, level risiko tertinggi adalah extreme sebesar 12,5% dengan potensi bahaya operator tidak menggunakan helm, sedangkan level risiko terendah adalah medium sebesar 75% dengan potensi bahaya, yaitu heat rash, dan sebagainya. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis potensi bahaya dan penilaian risiko, dengan melanjutkannya hingga ketahap manajemen risiko berikuttnya yaitu evaluasi risiko dan pengendalian risiko
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan Pengguna Narkoba pada Pasien Rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar Tahun 2015 Habibi Habibi; Syahrul Basri; Fitri Rahmadhani
Al-Sihah : The Public Health Science Journal Volume 8, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.965 KB) | DOI: 10.24252/as.v8i1.2017

Abstract

Masalah   penyalahgunaan   narkoba   merupakan   masalah   yang   sangat kompleks bagi pengguna narkoba sehingga beberapa faktor masih menjadi penyebab pengguna narkoba mengalami relapse. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan (relapse) pengguna narkoba pada pasien rehabilitasi. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional dimana penarikan sampelnya menggunakan tehnik simple random sampling. Jumlah populasi 115 dan jumlah sampel  yaitu 89 pasien pengguna narkoba. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status ekonomi (nilai p=0.02 dan RP=1.96), jenis napza (p=0.01 dan RP=1.69), faktor keluarga (nilai p=0.03 dan RP=1.78) dan faktor teman (nilai p=0.00 dan RP=1.34) dengan kekambuhan kembali. Disarankan kepada pihak rehabilitasi agar dapat memperkuat program yang ada di balai rehabilitasi, yang mampu membekali pasien untuk mengatasi trigger factor setelah mereka selesai mengikuti kegiatan rehabilitasi. Bagi residen yang menjalani rehabilitasi manfaatkanlah harta dengan membelanjakan barang yang halal, dan bergaul dengan teman yang lebih baik serta jauhilah ajakan teman yang bersifat negatif yang dapat berpengaruh buruk terhadap anda 
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Gangguan Pendengaran Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Unit Makassar Tahun 2014 Hasbi Ibrahim; Syahrul Basri; Zainal Hamzah
Al-Sihah : The Public Health Science Journal Volume 8, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.432 KB) | DOI: 10.24252/as.v8i2.2659

Abstract

Kemajuan teknologi di sektor industri, telah berhasil menciptakan berbagai macam produk mesin yang dalam pengoperasiannya seringkali menghasilkan polusi suara atau timbulnya bising di tempat kerja. Suara bising, salah satu efek dari sektor industri dapat menimbulkan gangguan pendengaran atau ketulian pada seseorang yang bekerja atau berada di lingkungan industri. Setiap pekerja yang terpajan kebisingan mempunyai risiko untuk mengalami gangguan pendengaran.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko dengan keluhan gangguan pendengaran pada tenaga kerja bagian produksi PT. JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk. Unit Makassar Tahun 2014.Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian dimana faktor independen dan dependennya diteliti secara bersamaan, dalam periode waktu yang sama. Untuk memperoleh data di lapangan dilakukan dengan cara pengukuran intensitas kebisingan pada area kerja produksi dan penyebaran kuesioner kepada 46 responden yang sedang bekerja pada bagian produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Unit Makassar tahun 2014.Hasil penelitian menunjukkan bahwa  terdapat hubungan antara intensitas kebisingan (P=0,000), lama kerja (P=0,05), masa kerja (P=0,002), umur pekerja (P=0,003) dan pemakaian alat pelindung telinga (P=0,029) dengan keluhan gangguan pendengaran pada tenaga kerja bagian produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Unit Makassar tahun 2014.Untuk mengurangi risiko keluhan gangguan pendengaran pada pekerja bagian produksi, maka direkomendasikan untuk menggunakan alat pelindung telinga (APT) yang sesuai standar (safety ear plug dan ear muff).