Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PRODUKSI PAKAN FUNGSIONAL MENGANDUNG TIGA SENYAWA BIOAKTIF DARI AMPAS TAHU DENGAN MENGGUNAKAN Mikroba Effective Microorganism-4 DAN Lactobacillus plantarum Budi Santosa; Eka Fitasari; Gatut Suliana
BUANA SAINS Vol 17, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.71 KB) | DOI: 10.33366/bs.v17i1.575

Abstract

Tofu waste is a waste product from tofu processing which is known as high protein sources. Its use as feed has a problem due to the antinutrient content and lower amino acids. Effective microorganism (EM4) is a mixture of some microbes that are used to improve the quality of feed. Lactobacillus plantarum is facultative bacteria heterofermentatif group that has a high ability to ferment carbohydrates. The purpose of this study was to determine the effectiveness of both of these bacteria to ferment tofu waste and its influence on the increase in the content of nutrients and amino acids. This study used a Random Nested Design with 2 factor: Factor 1 was type of microbe (EM4 and Lactobacillus plantarum), factor 2 was the concentration of microbes which consists of 5 levels (1%, 5%, 10%, 15%, and 20% , v / w), each treatments was repeated 3 times. The results showed that the average treatment gave very significant effect on dry matter, anorganic matter, crude fiber, crude protein and had significant effect on crude lipid and gross energy. The treatments of 20% concentration of Lactobacillus plantarum giving highest yield on gross energy, crude fiber, calcium and fosfor.
PENINGKATAN PRODUKSI ULAT JERMAN MELALUI KOMBINASI PEMANFAATAN LIMBAH SAYURAN PASAR PADA FORMULASI MEDIA PAKAN YANG BERBEDA Erik Priyo Santoso; Akhadiyah Afrila; Eka Fitasari
BUANA SAINS Vol 17, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.315 KB) | DOI: 10.33366/bs.v17i1.576

Abstract

Waste vegetable of traditional market provided very abundant and rarely used. German mealworm known as giant meal worms are the larvae of insects named Zhopobas morio parent has a size larger than the hongkong mealworm. The purpose of this study was to determine the application of vegetable waste in feed media of German mealworm which has a different nutrient content. This experiment using a completely randomized design (CRD) factorial design with treatment G1P1 (GE 4000 kcal / kg, PK 10%), G1P2 (GE 4000 kcal / kg, PK 12%), G1P3 (GE 4000 kcal / kg, PK 14% ), G2P1 (GE 4500 kcal / kg, PK 10%), G2P2 (GE 4500 kcal / kg, PK 12%), G2P3 (GE 4500 kcal / kg, PK 14%), G3P1 (GE 5000 kcal / kg PK 10 %) G3P2 (GE 5000 kcal / kg PK 12%), G3P3 (GE 5000 kcal / kg PK 14%), each treatments replicated 3 times. The results of the research showed that the application of vegetable waste in german worm feed media is able to increase the use of feed concentrates containing gross energy and crude protein low. Vegetable waste treatment in feed media which containing gross energy of 4000 kcal / kg and 14% crude protein showing the highest value on dry matter feed intake, weight of the harvest, and worm weight gain.
PENINGKATAN PRODUKSI ULAT HONGKONG DI PETERNAK RAKYAT DESA PATIHAN , BLITAR MELALUI TEKNOLOGI MODIFIKASI RUANG MENGGUNAKAN EXHOUST DAN TERMOMETER DIGITAL OTOMATIS Farida Kusuma Astuti; Ahmad Iskandar; Eka Fitasari
JAPI (Jurnal Akses Pengabdian Indonesia) Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.518 KB) | DOI: 10.33366/japi.v2i1.599

Abstract

Ulat hongkong (Tenebrio molitor L) merupakan bagian dari “aneka ternak” yang sangat mudah diterapkan bagi ibu rumah tangga baik sebagai mata pencaharaian utama maupun sampingan. Ulat hongkong merupakan komoditas yang digunakan sebagai makanan burung, ikan, reptile, pangan, dan sebagai bahan baku kosmetik. Dalam masa hidupnya, ulat hongkong melewati beberapa siklus yaitu telur, larva, kepompong (pupa), dan kepik / serangga. Bagi peternak ulat hongkong, 4 tahapan siklus ini harus dilakukan sendiri karena tidak ada pasar yang hanya menjual bibit berupa ulat muda maupun kepiknya saja. Kelembaban dan suhu merupakan masalah yang seringkali dialami oleh peternak ulat hongkong karena sangat berpengaruh pada siklus produksi terutama perubahan ulat dewasa menjadi kepik. Suhu dan kelembaban yang yang terlalu panas atau terlalu rendah akan menyebabkan pembentukan kepik dari ulat dewasa menjadi tidak serempak sehingga ulat yang lambat berkembang akan mengalami kematian akibat diinjak-injak atau dimakan oleh ulat yang sudah berubah menjadi kepik. Untuk mengatasi hal ini solusi yang dilakukan adalah (1) identifikasi masalah pokok yang mempengaruhi perkawinan ulat hongkong (2) Penjelasan mengenai siklus hidup ulat hongkong dan factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya (3) Penerapan teknologi modifikasi ruangan perkawinan ulat hongkong melalui pemasangan exhaust dan pemasangan thermometer digital yang secara otomatis menyala sendiri sesuai suhu ideal ruangan perkawinan ulat (4) Pendampingan dan pelayanan konsultasi dilakukan selama seluruh kegiatan pengabdian yaitu 8 bulan penuh, yang meliputi terhadap semua kegiatan dan praktek hingga mengetahui dampak dari teknologi yang ditransfer bagi tingkat kematian kepik dan peningkatan produksi. Dari hasil pelaksanaan pengabdian masyarakat ini disimpulkan bahwa penerapan teknologi melalui modifikasi ruangan menggunakan exhaust dan thermometer digital otomatis dapat menurunkan tingkat kematian kepik ulat hongkong sebesar 20%, peningkatan kuantitas ulat hongkong sebesar 16,7 % dan peningkatan pendapatan sebesar 70,9%.
STUDI TEKNOLOGI PAKAN PADA USAHA TERNAK PUYUH PETELUR Riyanto Djoko; Eka Fitasari
JAPI (Jurnal Akses Pengabdian Indonesia) Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.019 KB) | DOI: 10.33366/japi.v2i1.613

Abstract

Studi teknologi pakan ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan bantuan kepada peternak agar dapat meningkatkan keuntungan usaha ternak puyuh, sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Bantuan yang diberikan berupa mesin pembuat pelet, agar peternak mampu membuat pakan sendiri dengan komposisi campuran bahan pakan yang kandungan nutrisi dan bentuknya sesuai dengan kebutuhan ternak puyuh. Dengan kemampuan membuat pakan sendiri, diharapkan akan dapat mengurangi biaya pengeluaran untuk pembelian makan. Untuk lebih mendukung keberhasilan usaha ternak puyuh yang dilakukan diberikan juga bantuan sangkar dan bibit puyuh. Metode pelaksanaan dilakukan melalui beberapa tahapan, yakni : a) Menginventarisasi jenis bahan pakan ternak terutama puyuh yang tersedia di daerah. Dari jenis bahan pakan yang diketemukan kemudian ditelusuri kandungan nutrisinya melalui penelusuran pustaka. Kalau tidak diketemukan, untuk mengetahui kandungan nutrisi bahan pakan maka perlu dilakukan analisa laboratorium. b). Jenis bahan pakan yang terpilih kemudian disusun komposisinya berdasarkan kandungan nutrisinya, sehingga diperoleh komposisi ransum yang sesuai dengan kebutuhan pakan puyuh petelur. c) Ransum pakan yang berasal dari campuran beberapa jenis bahan pakan diolah dalam mesin pembuat pelet, sehingga ketika keluar dari mesin sudah berbentuk pelet dan pakan ini siap diberikan sebagai pakan puyuh. Hasil dari kegiatan ini adalah : a) Peternak mampu menysusun pakan ternak puyuh dalam bentuk pelet, sehingga disukai oleh puyuh. b) Peternak mampu memanfaatkan bahan pakan yang tersedia di masing-masing daerah, sehingga dapat menekan biaya pengeluaran untuk pakan, karena bahan pakan yang tersedia di daerah harganya relatif lebih murah. c) Peternak mampu menyusun komposisi pakan puyuh sendiri berdasarkan kandungan nutrisi dari bahan pakan yang tersedia di daerah. d) Pemanfaatan sangkar dengan model telur diambil di dalam sangkar diantara kerumunan puyuh menyebabkan puyuh tidak mudah stres. Dan pemakaian tempat minum model Nipple P1 Artupic dapat memenuhi kebutuhan minum puyuh dengan baik.