Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Validasi Metode Analisis Penentuan Kadar Logam Berat Pb, Cd dan Cr Terlarut dalam Limbah Cair Industri Tekstil dengan Metode Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry Prodigy7 Arif Susanto; Tri Mulyani; Sandi Nugraha
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 1 (2021): April 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.1.191-200

Abstract

Konsep pembangunan secara berkelanjutan diperlukan seiring dengan perkembangan industri. Aktivitas industri menghasilkan limbah buangan yang harus diolah sebagai salah satu konsep penerapan pembangunan berkelanjutan. Kehadiran logam berat dalam limbah cair industri yang melebihi baku mutu air buangan dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi mahluk hidup. Keberadaan logam berat seperti timah hitam (Pb), cadmium (Cd) dan kromium (Cr) berbahaya bagi lingkungan di perairan karena toksisitas yang cukup tinggi dan non-biodegradable. Metode pengujian penentuan konsentrasi logam berat Pb, Cd dan Cr dalam limbah cair industri tekstil diperlukan untuk mendapatkan metode yang valid. Penelitian validasi metode dalam penelitian ini yaitu menggunakan proses pengujian melalui tahap preparasi dekstruksi basah, kemudian diuji dengan Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry (ICP-OES) Prodigy 7. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan 3 (tiga) kadar logam berat dalam satu waktu yang dibandingkan terhadap standar terukur. Validasi metode yang dilakukan untuk penentuan kadar logam tersebut telah memenuhi persyaratan validasi, dimana persentase Recovery sampel harus berada pada rentang 98-102% dengan nilai RSD <2%. Pada pengujian akurasi, presisi dan nilai regresi linear koefisien korelasi (R) >0,997 dan koefisien determinasi (R2) >0,995. Metode yang telah valid tersebut digunakan untuk pengujian terhadap salah satu sampel cair limbah industri yang bergerak di bidang tekstil yang berada di Kota Bandung. Hasil kandungan kadar Cd pada inlet 0,0010± 0,0002 mg/L dan kandungan kadar Cd outlet 0,0006± 0,0001 mg/L, kandungan kadar Cr inlet 0,0035± 0,0009 mg/L dan kandungan kadar Cr outlet 0,0000± 0,0000 mg/L, serta kandungan kadar Pb inlet 0,0565± 0,0157 mg/L dan kandungan kadar Pb outlet 0,0161± 0,0045 mg/L.
PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN AGRI SIMBA DAN SEKAM PADI PADA PROSES PENGOMPOSAN Tri Mulyani
ENSAINS JOURNAL Vol 1, No 2 (2018): ENSAINS Journal September 2018
Publisher : UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.31848/ensains.v1i2.98

Abstract

Abstract: Compost process is decomposition process of organic compost which happen biologically where the compost was change into more stabil and the result of the material it looks like top soil whict called the compost. The compost system of organic compost with the addition of bacterial and half of rice can make short time for the compost process it can decrease the range of the compost area and it can increase the quality of the compost.Every composter be able to reduct of organic compost around 85, 41% - 87,26% (smaller volume) the highest level of pile average/around 79,3% bb or above the optimal value around 55% bb. Which Cused the pH vaue on both composter which is control composter and the addition of agri samba above normal > 7,5 ratio C/N the beginning process of compost above optimal value < 25 : 1 and ratio C/P unoptimal under 100 : 1 (on the third composter) in the compost process which suusponted with the aerasi un adequate can caused the pile condition became anaerob it can caused the decomposition process become slower and the quality of the compost is not appropriate with the decomposition that we want. Keywords: Agri Simba, Compost, Organic Waste               Abstrak: Proses pengomposan merupakan proses dekomposisi sampah organik yang terjadi secara biologis, dimana sampah tersebut dirubah menjadi bentuk yang lebih stabil dan materi yang dihasilkan menyerupai humus yang disebut dengan kompos. Sistem pengomposan sampah organik dengan penambahan bakteri dan sekam padi dapat memperpendek waktu pengomposan, memperkecil luas area pengomposan, dan meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan.Tiap-tiap komposter mampu mereduksi sampah organik rata-rata sebanyak 85,41% - 87,26% (penyusutan volume). Tingginya tingkat kelembaban tumpukan yang rata-rata mencapai 79,3 % bb atau diatas nilai optimal sebesar 55 % bb, mengakibatkan nilai pH pada kedua komposter yakni komposter kontrol dan penambahan larutan Agri Simba diatas netral > 7,5, rasio C/N awal proses pengomposan dibawah nilai optimal < 25 : 1 dan rasio C/P yang tidak optimal dibawah 100:1 (pada ketiga komposter) pada proses pengomposan yang didukung dengan aerasi yang tidak memadai menyebabkan kondisi tumpukan menjadi anaerob. Sehingga mengakibatkan proses dekomposisi menjadi lambat dan kualitas kompos yang dihasilkan tidak begitu sesuai dengan yang diinginkan. Kata kunci: Agri Simba, Kompos, Sampah Organik
PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN TEKNOLOGI BIOREAKTOR TRICKLING FILTER tri mulyani
ENVIROSAN : Jurnal Teknik Lingkungan Vol 1, No 1 (2018): ENVIROSAN Juni 2018
Publisher : Universitas Kebangsaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.094 KB) | DOI: 10.31848/ejtl.v1i1.67

Abstract

ABSTRAKTahu adalah salah satu sumber makanan bergizi penghasil protein nabati yang cukup baik untuk pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. Akan tetapi limbah yang dihasilkan mempuanyai dampak negatif terhadap lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia dan biologi yang akan menghasilkan zat beracun atau terbentuknya media untuk tumbuhnya kuman. penelitian ini dilakukan menggunakkan teknologi bioreaktor trickling filter. Media biofilm yang dipakai adalah bambu Gombong. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efisiensi dan kinetika reaksi trickling filter dengan parameter yang dianalisis adalah BOD5 dan COD dengan variasi debit (Q) dan waktu tinggal (td). Pada Q1 = 32,5 L/jam dengan td = 4 jam didapat efisiensi BOD5 = 66,6667% dan COD = 40,4651% serta nilai k adalah 3,9067/hari. Sedangkan pada Q2 = 43,3 L/jam dengan td = 3 jam didapat nilai efisiensi BOD5 = 58,9744% dan COD = 32,6930% serta nilai k adalah 3,6585/hari.Kata kunci: air limbah tahu, trickling filter, BOD5ABSTRACTTofu is a nutritious source of food-producing vegetable protein well enough to meet the nutritional needs of the people of Indonesia. However, the wastewater has a negative impact on the environment. Wastewater containing suspended solids and dissolved, will experience changes in physics, chemical and biology that will result in the formation of toxic substances or media for the growth of germs. Study was conducted using a trickling filter bioreactor technology. Biofilm media used is bamboo Gombong. This experience intended to determine the efficiency and reaction kinetics trickling filter with parameters that are analyzed with the variation of BOD5 and COD discharge (Q) and the retention time (td). In Q1 = 32,5 L/h with td = 4 hours resulting efficiency of BOD5 = 66,6667% and 40,4651%, and COD = k value is 3,9067 day. Whereas in Q2 = 43,3 L/h with td = 3 hours resulting efficiency of 58,9744% and BOD5 = COD = 32,6930% and the value of k is 3,6585/day.Keywords: wastewater of tofu, trickling filters, BOD5
PERBANDINGAN PENGOLAHAN AIR SUNGAI CITARUM, AIR SUPERNATAN PRASEDIMENTASI, AIR EFLUEN GUTERTAP (GUGUS FILTER MULTITAHAP) MENGGUNAKAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN SERBUK BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) Gede Cahyana; Heri Heryana; Tri Mulyani
ENVIROSAN : Jurnal Teknik Lingkungan Vol 1, No 2 (2018): ENVIROSAN Desember 2018
Publisher : Universitas Kebangsaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (509.11 KB) | DOI: 10.31848/ejtl.v1i2.64

Abstract

ABSTRAKSudah dilaksanakan penelitian pengolahan air Sungai Citarum menggunakan koagulan aluminum sulfat dan serbuk biji kelor (Moringa oleifera) dengan Jar Test. Ada tiga tingkat kekeruhan yang diteliti, yaitu air Citarum berkekeruhan 214 NTU, air Citarum yang diendapkan dua jam berkekeruhan 48,4 NTU, dan air Citarum yang diolah terlebih dahulu dengan Gutertap (Gugus Filter atau Filtrasi Multitahap), kekeruhan efluennya 14,7 NTU. Dosis optimum yang diperoleh bervariasi untuk tiga kekeruhan air dan tiga koagulan. Aluminum sulfat dan serbuk biji kelor tanpa lemak mampu menurunkan kekeruhan dengan efisiensi lebih dari 95%. Serbuk biji kelor berlemak perlu dosis yang lebih besar untuk menurunkan kekeruhan dengan efisiensi lebih dari 95%. Tetapi pada air efluen Gutertap yang rendah kekeruhannya, efisiensi ketiga koagulan tidak lebih dari 45%. Diperoleh bahwa makin keruh air, makin besar efisiensi penurunan kekeruhannya, baik dengan koagulan alum sulfat maupun biji kelor berlemak dan tanpa lemak. Serbuk biji kelor mampu memberikan muatan listrik positif (kation) yang menetralkan muatan negatif koloid. Selama pertumbuhan flok, koloid dan suspended solid ikut terperangkap di dalam flok sehingga air menjadi lebih jernih.  Kata kunci : Citarum, kekeruhan, aluminum sulfat, biji kelorABSTRACTWater treatment research for Citarum River has been done using coagulants aluminum sulphate and Moringa oleifera seeds powder with Jar Test. Three different turbidities have been tested, e.g. Citarum water with turbidity 214 NTU, supernatant water 48,4 NTU, and effluent of Multistage Filtration (Gutertap) 14,7 NTU. Dose of coagulants are varied for three turbidities and three kind of coagulants. Aluminum sulphate and nonfatty Moringa powder could reduce turbidity more than 95%. Fatty Moringa powder needs more dose to reduce turbidity for 95%. But in case of low turbidity of Gutertap effluent, efficiency of the three coagulants were less than 45%. Concluded that more turbid the water, the reduction of turbidity will be higher both for aluminum sulphate and Moringa powder with and without fat. This happened because of the electrical charge of Moringa powder. In the process of flocc growth, colloidal and suspended solid are trapped in floccs so that the water become clearer.Keywords: Citarum, turbidity, aluminum sulphate, Moringa seed
Pengolahan Air Limbah Betalaktam Menggunakan Reagen Kaporit, PAC, dan Alum Sulfat Gede H. Cahyana; Gilang Gumilar; Tri Mulyani
Jurnal Serambi Engineering Vol 6, No 3 (2021): Juli 2021
Publisher : Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/jse.v6i3.3118

Abstract

Beta lactam  antibiotics are pollutant in water bodies such as lakes and rivers. Beta lactam rings may have a negative impact on living beings  in lakes and rivers. Beta lactam rings also cause resistance or bacterial resistance to antibiotics. If human beings are  exposed to beta lactam ring, this  could negatively impact on their health. This study attempted  to break down the beta lactam rings  with several chemical reagents. These reagents hydrolyze the beta lactam ring and are then  analyzed using the  HPLC (High Performance Liquid Chromatography) instrument. This study aims to determine the how effective  the reagent for breaking the beta lactam ring. The research was conducted in  three stages: preliminary research, research on reagent effectiveness  , and research on β-lactamase degradation  using reagents. The results showed that calcium hypochlorite was able to  break the beta lactam cycle  with 100% efficiency.